ESSAY COMPETITION SEASON-11
MA/PONPES DAN
PERGURUAN TINGGI SE-SULAWESI UTARA TAHUN 2018
JUDUL KARYA
“SI TOU TIMOU TUMOU
TOU SEBAGAI WUJUD PENGERAT MASYARAKAT KOTA MANADO DALAM MENANGKAL RADIKALISME”
Disusun oleh; MISBAHUL MUNIR MAKKA, NIM.
15.1.1.029
ERISA H.A. SAKINAH NIM. 18.1.1.039
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
MANADO
2018
SI TOU TIMOU TUMOU
TOU SEBAGAI WUJUD PENGERAT MASYARAKAT
KOTA MANADO DALAM MENANGKAL RADIKALISME
Misbahul Munir Makka1, Erisa
H. A. Sakinah2
Insitut Agama
Islam Negeri (IAIN) Manado
1 misbahulmakka66@gmail.com
2 erisaheli07@gmail.com
Kota Manado adalah kota yang paling toleran di Indonesia dan rasa
toleran
ini
dilandasi degan sifat dari si tou timou tumou tou itu sendiri. Mereka menganggap bahwa walaupun ada perbedaan keyakinan, budaya dan kebiasaan masing-masing, namun tidak memungkiri bahwa manusia harus
saling menghargai satu sama
lain. Dengan demikian, kemakmuran dan kesejahteraan di
Kota Manado dapat tercapai.
Berdasarkan data Wikipedia, penganut
agama Kristen sekitar 62,10
persen, Katolik 5,02 persen sedangkan yang beragama Islam sebanyak
31,30 persen dan sisanya beragama Hindu, Budha dan Konghuchu. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017 jumlah penduduk Sulawesi Utara, 2.461.082
jiwa dan khusus kota Manado
sebanyak 430.133 jiwa.
Si tou timou tumou tou adalah suatu ungkapan falsafah hidup
bermasyarakat yang telah dikemukakan
oleh putra terbaik Tanah Toar Lumunuut,
yaitu Dr. Sam Ratulangi untuk
masyarakat Minahasa (seluruh keturunan leluhur Toar Luminuut). Falsafah tersebut mengandung
banyak arti dalam hidup bermasyarakat, diantaranya:
- Interaksi
sosial, dalam hidup bermasyarakat harus menunjukan sifat- sifat yang baik sesuai kaidah/norma/aturan masyarakat yang telah disepakati.
- Toleransi, menghargai orang lain (tidak ada
sifat meremehkan).
- Kerjasama, harus ada sifat saling membantu (kita hidup membutuhkan
orang lain.
- Aspek ekonomi, hidup jangan sampai merugikan pihak lain (konsep
pareto optimum dan welfare economics).1
Menurut Sondakh, dalam pandangannya mengenai si tou timou tumou
tou memberikan sifat dan ciri karakter bahwa manusia dilahirkan dan hidup sebagai manusia, bahwa manusia yang
hidup adalah hidup
secara dewasa, bertanggung jawab dan mandiri oleh pengabdiannya untuk membentuk dan
melahirkan
manusia-manusia baru dewasa (melalui proses pendidikan), bertanggung
jawab dan mandiri
di kemudian hari,
untuk
selanjutnya manusia baru yang
telah terbentuk itu
melanjutkan lagi
tugas
pengabdiannya dalam rangka “memanusiakan” manusia sesamanya.2
Walaupun memiliki arti yag
banyak, namun falsafah hidup
ini
hanya mempunyai satu makna yaitu “manusia hidup harus dapat menghidupkan manusia lain”. Sifat mengasihi sesama manusia serta
menjaga alam sekitarnya
sebagai ciptaan Maha Kuasa adalah kunci dari falsafah ini.
Si tou timou
tumou
tou memberikan carminan dalam
persatuan dan kesatuan dengan cara memperhatikan kesusahan orang lain dan mengulurkan bantuan untuk mereka. Ketika kita melihat pendapat dari sondakh bahwa
masyarakat Minahasa yang ideal
itu
dibagi menjadi beberapa kelompok salah
satunya tou sama’ Tou sama’
berarti mencerminkan kasih, suka cita damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri. Ini
berarti para mahasiswa
berupaya
merangkul masyarakat untuk mempersatukan bangsa melalui rasa
saling membantu satu sama lain.
Dari segi agama, semua
orang di negara Indonesia
terkhususnya kota Manado tentu meyakini salah
satu agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia.
Ada yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghuchu. Kita sedari kecil sudah meyakini dan melaksanakan ajaran agama yang kita anut
masing-masing, dan juga negara menjamin kehidupan masyarakat yag beragam. Kita bisa
melihat
pada
UUD 1945 pasal 29 ayat (2); “negara menjamin
1 Sonny Ramber, Mapalus Sebagai Kapital Sosial Pembangunan di Minahasa, Makalah Pribadi
Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca
Sarjana/S3,
Bogor, Mei 2004, h. 3
2 A.J. Sondakh, Si Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa), Refleksi atau Evolusi Nilai-nilai
Manusia, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) 2002,
h. 13
kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”.
Semua agama yang ada di Indonesia menagjarkan adanya perdamaian dan
adnya perdamaian itu dipengaruhi oleh beberapa
bentuk perilaku yang
harus kita wujutkan, antara lain;
- Menghormati agama kepercayaan orang lain;
- Tidak memaksakan orang yang beragama lain untukmengikuti agama
yang kita yakini;
- Selalu bersikap toleran terhadap
keyakinan dan segala macam ibadah yang dilakukan oleh
orang yang memiliki agama yang
berbeda;
- Tidak memandang rendah
orang yang beragama berbeda dengan kita.
Dan itu semua tertanam dalam istilah si tou timou tumou tou itu. Menurut
Sondakh Si
Tou Timou
Tumou
Tou
memiliki
pandangan
tentang
manusia
Minahasa ideal dalam tiga kelompok, yaitu:
- Tou Ente’,
memiliki arti dan karakteristik fisik yang kuat atau kekar, gagah
berani dan tak segan bertarung atau berperang
demi membela dan menegakkan nama, harga diri, gengsi taranak
(keluarga) dan ro’ong
(kampong/negeri), keras, tegas, teguh dalam prinsip dan pendirian, berdisiplin tinggi, terbuka,
jujur, berterus
terang, demokratis. Kualitas etik yang
harus dijunjung tinggi oleh
setiap
pemimpin
adalah; jujur dalam
setiap tindakan, tidak boleh
mendustakan orang, tidak boleh
memperkaya
diri,
tidak boleh mempermainkan wanita, tidak boleh memaki-maki.
- Tou Nga’asan, yaitu
mencirikan kekuatan
pada
rasio,
otak dan akal.
Artinya kualitas intelektual dan
kecerdasan.
- Tou sama’, menekankan pada nurani, dalam arti menjadi orang baik. Bagi masyarakat Minahasa kualitas diri
seseorang tidak hanya diukur pada indikator kekuatan, keberanian, ataupun kecerdasan. Tou sama’ justru
mencerminkan nilai utama dari filosofi
Si Tou Timou Tumou Tou. Tou sama’ berarti
mencerminkan kasih, suka
cita damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.3
3 Ibid,
h. 13
Jika kita melihat nilai dari
budaya tou ente, merupakan budaya yang sekiranya dapat mendorong
masyarakat yang memiliki sikap pekerja keras yakni dengan upaya yang penuh dengan semangat dan sungguh-gungguh
dalam mengatasi berbagai
persoalan di
berbagai aktivitasnya masing-masing. Tidak
ingin mundur
dan tidak
juga ingin berputus asa jika mengalami berbagao
persoala, tapi dapat menyelesaikan persoalan itu
dengan sebaik-baiknya serta memiliki gagasan-gagasan upaya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Budaya tou sama’ dimaksudkan untuk mendorong masyarakat memiliki karakter yang baik. Keberhasilan masyarakat yang hidup damai dan rukun bukan bukan hanya ditemukan oleh ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang ia
miliki. Sikap dan
perilaku masyarakat dalam dalam menjalankan tugasnya
sangatlah penting. Oleh
karena itu
perlu adanya
dorongan dari
sikap-sikap religius. Sikap dan
perilaku yang patuh dalam ajaran agama yang dianutnya, toleran orang yang hendak melaksanakan ibadah yang berbeda dengan keyakinan kita, dan rasa
hidup rukun dengan pemeluk agama lain serta sikap dengan penuh kejujuran. Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Hal
penting juga yang harus
dibenahi dalam rangka membangun karakter masyarakat
yang rukun adalah sikap kepedulian sosial. suatu sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan pada orang lain yang
membutuhkan.
Dan yang paling penting adalah rasa
untuk tidak merendahkan dan menindas orang
lain.
Ketika kita mendengar
kata radikalisme pasti sudah tidak asing lagi. Radikalisme ialah
suatu paham yang dibuat-buat oleh
sekelompok orang yang menginginkan
perubahan
atau pembaharuan
sosial dan politik
secara drastis
dengan menggunakan cara-cara kekerasan.4 Jika dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai
paham keagamaan yang mengacu pada
fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga
penganut/paham ini melakukan kekerasan untuk mencapai
tujuan
mereka.
4 Ahmad
Asrori, Radikalisme di Indonesia (Antara Historitas dan
Antropolitas), Journal Raden
Intan, Vol 9 (2) Desember 2015
Radikalisme sering disangkutpautkan
dengan perbedaan agama, dari
perbedaan agama inilah menjadi celah dari paham radikalisme muncul, dan hal ini
menjadi konflik yang harus kita hindari. Ada
beberapa langkah yang dapat kita lakukan, antara lain;
- Menunjukan segi-segi
persamaan dalam agama, tidak
memperdebatkan
segi-segi perbedaan
dalam agama;
- Melakukan kegiatan sosial yang melibatka para pemeluk agama yang berbeda;
- Meningkatkan pembinaan individu ysng mengarah pada terbentuknya
pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlak yang baik;
- Menghindari sikap
egoisme
dalam beragama
sehingga mengklaim
dirinyalah yang
paling benar.
Dalam kontek politik radikalisme bisa
disebabkan oleh perilaku diskriminatif
beberapa kelompok penguasa terhadap kelompok tertentu.
Salah satu cantoh, baru-baru ini kita
melihat berita tentang penolakan Habib Bahar bin
Smith di kota Manado yang kita cintai ini, mereka melakuka razia terhadap
setiap kendaraan yang hendak keluar dari bandara Sam Ratulangi.5 Penolakan ini disebabkan mereka beralasan bahwa Habib Bahar bin Smith adalah sosok yang
intoleran, dan mereka adalah tokoh yang anti NKRI.6 Tidak
adanya rasa toleransi dan menganggap bahwa pendapatnyalah yang paling benar serta berambisi untuk
mewujutkan dari apa yang dikehendakinya membuat perpecahan di negeri
ini terutama di kota Manado, dan inilah yang disebut dengan sikap radikalisme.
Penyebaran berita hoax juga dapat
meyebabkan sikap radikalisme. Ujaran-
ujaran kebencian yang diberikan antara
yang satu dengan yang lainnya
membuat
terjadinya perpecahan dan merusak nilai luhur dari kesatuan
negeri ini terutama di
kota Manado, baik dari sosial
media Facebook, Instagram, Whatsapp, Twiter dan
lain-lain. Sehingga, Yenny Wahid dari Direktur Wahid Foundation, meminta
kepolisian RI untuk perlu meningkatkan upaya penangananujaran kebencian dan
5 Lihat
pantauan Liputan6.com Senin 15 Oktober 2018 diakses pada 29 Oktober 2018
6 Lihat
juga pada TribunJambi.com, selasa 16
Oktober 2018 diakses pada 29 Oktober 2018
kekerasan yang menyebabkan
adanya
radikalisme itu
timbul.
(Dikutip
dari
CNNIndonesia.com tanggal 29/1/18 pada
tanggal 28 Oktober 2018).
Radikalisme itu
sendiri lebih condong
kepada oknum- oknum yang nakal membuat panas suasana
sehingga banyak yang saling menyalahkan dan memperdebatkan hal
tersebut, hasilnya banyak berita berita tentang perpecahan yang lebih ditimbulkan agama Islam di dalam media masa solusinya kita sebagai umat beragama
harus
menangkal isu isu tersebut dengan
kita bertabayyun
terlebih dahulu untuk mendapatkan berita yang benar asal usulnya sehingga perpecahan di antara kita dapat terminimalisir terlebih dahulu
Hal yang membuat paham radikalisme dalam beragama menjadi semakin kuat
karena kurangnya rasa toleransi.
Rasa ini semakin lama semakin langka konflik yang dikarenakan perbedaan agama membuat sikap
toleransi menjadi semakin berkurang dan akhirnya menghilang. Selain kurangnya rasa
toleransi, ciri-ciri seorang yang radikal yaitu; tidak mau bertukar pikiran, mengara
kepada kekerasan, suka menjustifikasi orang,
dan cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Radikalisme dalam beragama menjadi semakin kuat karena kurangnya rasa toleransi. Rasa ini semakin lama semakin langka konflik yang dikarenakan
perbedaan agama membuat sikap toleransi menjadi semakin berkurang
dan akhirnya menghilang.
Selain
kurangnya rasa
toleransi,
ciri-ciri
seorang yang radikal yaitu; tidak
mau bertukar pikiran,
mengara kepada kekerasan, suka menjustifikasi orang, dan
cenderung menggunakan kekerasan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Si tou timou tumou tou merupakan sebuah konsep sikap dari
norma serta konsep-konsep nilai budaya yang dianut oleh budaya yag
dianut. Konsep ini memiliki ide atau dasar dari nilai-nilai yang
menjiwai, mengisi serta
saling memperkuat satu sama lain sehingga
menjadi kesatuan yang utuh. Si tou timou tumou
tou ini
berfungsi
sebagai
landasan dan sekaligus
sebagai
pendorong,
pengendali kehidupan dalam mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup
masyarakat tang toleran antar satu
sama lain.
Adanya persatuan dan kesatuan
karena adanya kerukunan. Kerukunan telah digunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti kerukunan antar beragama, kerukunan antar bangsa
dan lain-lain.
Penggunaan dan
pemahaman
dari kerukunan ini bahkan telah tertera dalam dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila
itu sendiri. Sebagai negara Pancasila, Indonesia memberikan tempat kebiasaan beragama. Oleh
karena itu,
kerukunan
hidup baragama
menjadi
suatu yang penting untuk diwujudkan,
sebuah kerukunan yang dilandasi
kesadaran bahwa walaupun
terdapat perbedaan
agama tetapi
setiap orang
mempunyai tanggung
jawab yang sama untuk
mengupayakan kesejahteraan bagi orang
banyak.7
Cara lain juga untuk mengatasi dan
melawan sikap dari radikalisme ini
adalah dengan menguatkan sikap pluralisme. Pluralisme
merupakan cara pandang atau kerangka berfikir untuk
menyelaraskan gaya hidup serta
menyeimbangkan makna-makna nilai sosial di dalam masyarakat majemuk dan menjunjung tinggi
nilai perbedaan agama.8 Dan ini tertanam dalam sifat si tou timou tumou tou, yang dimana jika ada rasa
saling menghargai walaupun memiliki perbedaan,
terkhususnya beragama maka kedamaian antar manusia dapat terpenuhi.
Masyarakat kota Manado hendaknya
memegang semangat dan nilai yang
luhur dari sifat persatuan dan
persaudaraan antar sesama. Sikap yang dimaksud
adalah nilai dari si tou timou tumou tou yaitu dimana manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang
lain. Setiap manusia sebagai
mahluk sosial harus hidup untuk
bermanfaat bagi manusia yang
lain.
Oleh karena itu masyarakat kota Manado, baik dari
kalangan birokrat, mahasiswa, ketua adat dan lain-lain yang memiliki kewenangan dan kebijakan
harus berperan aktif dalam membentuk negara dan
terkhususnya kota Manando menjadi kota
tempat yang pluralis dan
sangat toleran.
7 Wulan
Purnama Sari, Studi
Pertukaran Sosial dan
Peran
Nilai Agama
Dalam
Menjaga
Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama di Manado, Profetik Jurnal Komunikasi, Vol.11
No.1, April
2018, h. 99
8 Rasimin,
Toleransi dan
Kerukunan
Umat Beragama di
Masyarakat Randuacir,
INJECT:
Interdisciplinary
Journal of Communication, Vol. 1 (1), Juni 2016, 99-118, h.102
Realitas kehidupan manusia
saat ini menyatakan bahwa agama
selalu mengajarkan kedamaian, persatuan
dan kesatuan, kebersamaan sekaligus
menyemburkan kemaslahatan antar warganya. Kehidupan
harmoni yang selalu dirajut setiap umat beragama. Salain itu sikap toleransi dan saling menghargai satu sama lain juga dapat
meningkatkan kesejahteraan umat dan
dapat menjadi pencegah dari sifat radikal.
Dengan adanya si tou timou
tumou tou ini dapat memberikan penyadaran
bahwa perbedaan agama ras, budaya lokal tidak membuat rasa
toleransi antar
manusia pudar, dan tidak menimbulkan rasa gengsi dari masing-masing pihak
dalam sikap saling
membantu satu sama lain.
REFERENSI
Asrori, Ahmad. 2015.
Radikalisme di Indonesia (Antara Historitas dan
Antropolitas), Journal Raden Intan.
Vol 9 (2).
Lihat juga
pada
TribunJambi.com, selasa
16
Oktober 2018 diakses
pada
29
Oktober 2018
Lihat pantauan Liputan6.com Senin 15 Oktober 2018 diakses pada 29 Oktober
2018
Ramber, Sonny.
2004. Mapalus
Sebagai
Kapital Sosial
Pembangunan di Minahasa. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702)
Sekolah Pasca
Sarjana/S3, Bogor.
Rasimin. 2016. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Masyarakat
Randuacir. INJECT: Interdisciplinary Journal of Communication. Vol. 1 (1). 99-
118.
Sari, Wulan Purnama.
2018. Studi Pertukaran Sosial dan
Peran Nilai Agama Dalam
Menjaga
Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama di
Manado. Profetik Jurnal Komunikasi.
Vol.11 No.1.
Sondakh, A.J.. 2002. Si Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa),
Refleksi atau
Evolusi Nilai-nilai Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
No comments:
Post a Comment