Saturday, November 23, 2019

Perkembangan Islam Di Nusantara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sepeninggal Nabi Muhammad saw., agama Islam terus menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan dipimpin oleh khalifah – khalifah. Islam terus menyebar ke benua – benua Afrika, Asia, bahkan sampai Eropa. Bahkan, agama Islam pernah jaya di benua Eropa tepatnya di Adalusia, Spayol di bawah khalifah Salahudin Al-Ayyubi.
Maka sebelum Islam datang ke Indonesia berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan beberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan – kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah – wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip – prinsip perdamaian, persamaan antar manusia, menghilangkan perbudkann dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangatlah mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Islam berkembang sangat pesat diantaranya di berbagai wilayah di Nusantara yang mula – mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing – masing kerajaan kedua kerajaan tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Perlak dan Samudra Pasai. Dari tanah Sumatra Islam menyebar ke pulau Jawa dengan disampaikan oleh ulama – ulama yang dikenal dengan sebutan wali songo.
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata. Di Jawa telah mendalam, di Sumatra merupakan lapisa tipis, sedang di pulau – pulau lain belum terjadi. Walaupun demikian Islam dapat cepat menyebar.
1.2. Batasan Masalah
            Masalah yang diangkat dalam makalah ini terlalu luas jika dibahas secara menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar kemana-mana Kami hanya mencantumkan pembahasan yang berhubungan dengan Perkembangan Islam di Nusantara , kebudayaan yang di bawa islam , Tokoh yang berjasa dalam perkembangan islam.

1.3RumusanMasalah
Maka makalah akan membahas perihal yang berkaitan dengan:
  1. Apa Yang dimaksud dengan perkembangan Islam di Nusantara?
  2. Kapan Perkembangan islam di Nusanatara itu berlangsung ?
  3. Dimana saja perkembangan Islam di Nusantara ?
  4. Apa peranan islam dalam hal kebudayaan di Nusantara ?
  5. Siapa Saja tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Nusantara ?

1.4. Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Perkembangan Islam di Nusantara
2.      Untuk  mengetahui perkembangan islam di Nusantara
3.      Untuk mengetahui wilayah perkembangan islam di Nusantara
4.      Untuk mengetahui peranan islam dalam hal kebudayaan di Nusantara
5.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Nusantara
1.5. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah Perkembangan Islam Di Nusantara adalah :
1.      Dapat mengetahui pengertian Perkembangan Islam di Nusantara
2.      Dapat mengetahui perkembangan islam di Nusantara
3.      Dapat mengetahui wilayah perkembangan islam di Nusantara
4.      Dapat mengetahui Peranan islam dalam hal kebudayaan di Nusantara
5.      Dapat mengetahui Tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Nusantara

1.6. Metode penyusunan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah :Metode Studi Pustaka. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku-buku .

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perkembangan Islam Di Nusantara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berkembang ialah menjadi bertambah sempurna tentang pribadi, pikiran, pengetahuan dan sebagainya[1].
            Sedangkan Islam  yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah swt[2]. Artinya perkembangan Islam di Indonesia yakni ajaran Islam yang ada di Indonesia menjadi semakin bertambah sempurna baik tentang pribadi, pikiran, pengetahuan dan sebagainya.
2.2 Perkembangan  islam di Nusantara
Banyak teori yang menjelaskan tentang kedatangan islam ke nusantara diataranya teori Arab , persia , india , cina , dan turki . dengan kesimpulan masuknya islam secara individual sudah terjadi sejak abad pertaa hijriah atau 7/8 Masehi seperti banyak bukti yang disuguhkan oleh Crawfurd , Keijzer, Niemann , de Hollander , J.C. van Leur, T.W. Arnold , dan lain-lain . mereka menggagas teorinya dari penemuan dan argumentasi yang ditemukan dari sumber-sumber klasik Arab dan Cina.[3]
Kedatangan Islam ke Nusantara telah berproses melalui beberapa tahapan : dari “Individuals”(Pribadi-pribadi) ke “Community” (Kelompok, komunal) ke “Society”(Masyarakat), ke “State” (Negara-negara kerajaan) dan terakhir membentuk “Majority”(Mayoritas).sejak Abad 15 Masehi Ketika penyebaran telah menyentuh seluruh kepulauan Nusantara ,Islam kemudian muncul menjadi agama yang paling penting di Asia Tenggara  dan mengubur puing-puing kebudayaan India ke sudut-sudut sejarah[4]

2.3  Wilayah Perkembangan Islam Di Indonesia

            Setelah masuknya Islam ke Indonesia melalui perdagangan yang mengikuti jalur-jalur pelayaran dan perdagangan, perkembangan islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. (1) Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina, (2) Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita asing, juga makam-makam Islam, dan (3) Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.[5]
1.      Sumatera
Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka adalah tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina maka dari itu Sumatera bagian Utara adalah daerah pertama yang dimasuki Islam, tepatnya di Pasai yang kemudian pada daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Samudra Pasai.
Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya.[6]
2.      Jawa
Menjelang akhir abad ke-15 M, perkembangan Islam di Jawa seiring dengan kemunduran Majapahit yang memberi peluang untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Kerajaan pertama Islam di Jawa adalah Kerajaan Demak. Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahab Palembang Sayidin Panatagama.[7]
Banten dan Kalimantan Selatanpun diislamkan oleh Demak. Kemudian Banten meluaskan agama Islam ke Sumatera Selatan, terutama di Lampung. Palembang pada waktu itu sudah lebih dahulu menjadi Islam berkat kegiatan Gede ing Suro dari Surabaya.[8]
3.      Kalimantan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya  krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat, agar menggantikannya nanti adalah cucunya Raden Samudera, akan tetapi keempat anak Raja Sukarama tentu tidak terima dengan wasiat tersebut. Setelah Raja Sukarama wafat, jabatan dipegang oleh anak tertua yaitu Pangeran Mangkubumi yang kemudian dibunuh oleh pegawai istana yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumanggung, maka Pangeran Mangkubumi menjadi raja Daha.
Sementara itu Pangeran Samudera berkelana ke wilayah muara dan menghasilkan kekuatan perlawanan untuk membalas pamannya sendiri. Pangeran Samudera meminta bantuan kepada Kerajaan Demak, Sultan Demak bersedia membantu asal Pangeran Samudera nanti masuk Islam. Dalam peperangan itu Pangeran Samudera mendapatkan kemenangan dan sesuai janjinya ia masuk Islam beserta kerabat kraton dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1526 M.
4.      Maluku
Kepulauan Maluku terkenal dengan penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik pedagang asing, tak terkecuali pedagang muslim dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Hal ini menyebabkan perkembangan dakwah Islam di kepulauan Maluku ini. Islam mencapai kepulauan Maluku pada pertengahan terakhir abad ke-15 M. Sekitar tahun 1460, Raja Ternate memeluk agama Islam. Nama raja itu adalah Vongi Tidore.[9]
5.      Sulawesi
Islam mulai masuk ke Sulawesi pada awal abad ke-17 M. Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang merupakan daerah transit sangat strategis.[10]
Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri. Dibawah pemerintahan Sultan Babullah, Ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo. Ketika itulah, raja Ternate mengajak penguasa Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, tetapi gagal. Setelah Datu’ Ri Bandang datang ke kerajaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.[11]
Penyebaran Islam itu berlangsung sesuai dengan tradisi yang telah lama diterima oleh para raja. Tradisi yang mengharuskan seorang raja memberitahukan “hal baik” kepada yang lain. Karena itu, kerajaan Gowa-Tallo menyampaikan “pesan islam” kepada raja-raja lain.[12]
2.4 Peranan Islam dalam hal kebudayaan di Nusantara
            Berdasarkan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia, dapat diketahui bahwa umat Islam berperanan besar dalam kehidupan berbudaya. Hal itu dapat dilihat dari bermacam-macam bentuk peninggalan budayanya, antara lain:
1.      Dalam bentuk masjid yang umumnya merupakan perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat. Masjid yang terbesar di wilayah Indonesia adalah  masjid Demak di Demak (Jawa Tengah), masjid Indraputra di Aceh, Masjid Sunan Kudus di Kudus (Jawa Tengah), dan Masjid Sunan Ampel di Ampel (Jawa Timur).[13]
2.      Dalam bentuk Keraton, seperti Keraton Kaibon di Banten, Kasepuhan Cirebon di Cirebon (Jawa Barat), Keraton Solo di Solo, dan Keraton Kasultanan di Yogyakarta.[14]
3.      Dalam bentuk Makam, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik (Jawa Timur), komplek makan di masjid Demak, makam Islam di Tallo, makam Sunan Bayat di Klaten (Jawa Tengah), makam Sunan Kudus di Kudus, makam Sunan Kalijaga, makam Sunan Muria, dan makam Sunan Bonang.[15]
4.      Dalam bentuk Benteng, seperti yang terdapat di Banten.[16]4.
5.      Dalam bentuk karya sastra. Hasil karya sastra peninggalan sejarah Islam umumnya terdiri dari beberapa bentuk seperti suluk, babad, kitab dan seni, pertunjukan, serta hikayat. Di antara karya sastra ini adalah: 1) Karya sastra berupa syair (Syair Perahu oleh Hamzah Fansuri), syair sejarah (Syair Kompeni Walanda), syair perang Banjarmasin, syair fiksi Syair Ken Tambunan, Ikan terubuk, dan Syair Abdul Muluk). 2) Kitab, yang memuat ajaran budi pekerti (nitisastra), Niti Sruti, Kitab Manik Maya, Kitab Anbia Astabrata, Kitab Susana Sunu, dan Kitab tentang pemerintahan.3) Hikayat, yang memuat hikayat raja-raja Pasai, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Bakhtiar, dan Hikayat Jauhar Manikam. 4) Bidang seni, yaitu seni pertunjukan wayang kulit, seni aksara tulisan ArabMelayu (tak memakai harakat), seni kaligrafi, seni pahat, seni ukir (masjid yang diukir di Jepara (Jawa Tengah) pada dinding depan masjid Mantingan).5) Akulturasi dan asimilasi kebudayaan, antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan masyarakat setempat.[17]5.
2.5 Tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran Islam Di nusantara
Diantara Penyebar islam yang berpengaruh diantaranya Wali Songo Wali songo atau wali sanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Mereka tinggal ditiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Wali sanga adalah kelompok syiar dakwah Islam (mubaligh) yang kerap juga disebut dengan Waliyullah atau ‘wakil Allah’. Adapun kata songo atau sanga berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Sehingga wali songo berarti wali sembilan. Para wali ini juga memiliki gelar “sunan”. Sunan berasal dari kata Susuhunan yang artinya “yang dijunjung tinggi” atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan, artinya Guru Besar atau orang yang berilmu tinggi.[18]

Diantara para wali songo itu ialah sebagai berikut :
1.      Maulana Malik Ibrahim Maulana
Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo.Ia diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Dalam Babad Tanah Jawi versi Meinsma disebutkan istilah Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap kata As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang menyebutnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan di akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.[19]
2.      Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dari seorang putri Champa yang bernama Dewi Condrowulan binti Raja Champa Terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran Sejarah  agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.[20]
3.      Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1412 M. Ia memerintah kerajaan Giri kurang lebih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu Satmata. Pengaruh Sunan Giri sangat besar terhadap kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa. Sebagi buktinya adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri.[21]


4.      Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri Adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dilantunkan sampai sekarang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden di Belanda menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa berjudul Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur.[22]
5.      Sunan Drajat Sunan Drajat
adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim, beliau putera Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Sunan Drajat terkenal dengan kegiatan sosialnya. dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang Macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.[23]
6.      Sunan Kudus Sunan Kudus
adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Nama asli beliau adalah Ja’far as-Shadiq. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Sejarah Peradaban Islam Kurikulum 2013 65 Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Masjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.[24]
7.      Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syaikh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syaikh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.[25]
8.      Sunan Muria (Raden Umar Said)
 Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga, dari istrinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus. Nama Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat mengail ikan tidak sampai membuat airnya keruh. Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria. Tempat tinggal beliau di gunung Muria yang salah satu puncaknya bernama Colo. Letaknya di sebelah utara kota Kudus. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliau satu-satunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanti.[26]
9.      Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syaikh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten. Dalam usia yang begitu muda Syarif Hidayatullah ditinggal wafat oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir, tapi anak yang masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah Jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada adiknya yaitu Syarif Nurullah.[27]

Setelah walisongo bershasil menyebarkan islam di nusantara ada juga Ulama Penyebar Islam Pasca Wali Songo . Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di antara Ulama penyebar ajaran Islam Pasca Wali Songo tersebut adalah sebagai berikut[28]:
·         Hamzah Fansuri
·         Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari
·         Syaikh Muhammad Yusuf al-Makassari
·         Syaikh Abdus Shamad al-Palimbani
·         Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani
·         Syaikh Kholil, Bangkalan Madura
·         KH Shaleh Darat
·         KH Ahmad Dahlan
·         KH. M. Hasyim Asy’ari
BAB 3
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
Setelah Islam datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama.
Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Dan membawa rahmat bagi masyarakat Nusantara

3.2. Saran

Sejarah islam sangat penting di pelajari  , sebagai seorang muslim kita harus tahu sejarah islam itu sendiri agar tidak terjadi kesalah fahaman dan kekeliruan dalam beragama kareana banyak sekali musuh islam yang mempelintirkan sejarah

DAFTAR PUSTAKA

Daliman, A. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia,. yogyakarta: Ombak, 2012.
Hasbullah, Moeflich. Islam dan transformasi masyarakat Nusantara. Depok: KENCANA, 2017.
KBBI. t.thn.
Khalil, Muhammad . Buku Siswa Sejarah peradaban Islam 3. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah , 2016.
Marzuki. Pembelajaran Pendidikan agama Islam 3. Surakarta: Mediatama, 2005.
Taufik, Abdullah. Sejarah Umat Islam Indonesia. yogyakarta: Yatim Badri, 2005.
Tjandrasasmita, Uji. “Sejarah Nasional Indonesia III”. yogyakarta: Badri Yatim, 2005.




[1] KBBI (Luring).
[2] Ibid.
[3] Masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah terjadi sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi); masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13 sampai dengan abad ke-16 Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru pulau di Nusantara); masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15 Masehi dan seterusnya melalui kerajaan-kerajaan Islam).,Hasbullah, M . Islam dan transformasi masyarakat Nusantara. (Depok: Kencana 2017). hlm. 11


[4] Ibid hlm. 21
[5] Taufik Abdullah, “Sejarah Umat Islam Indonesia”, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 193.
[6] Uka Tjandrasasmita, “Sejarah Nasional Indonesia III”, dalam Ibid., hlm. 205.
[7] Taufik Abdullah, “Sejarah Umat Islam Indonesia”, dalam op. cit., hlm. 211.
[8] A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 41.
[9] Uka Tjandrasasmita, “Sejarah Nasional Indonesia III”, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, op. cit., hlm. 222.
[10]ibid, hlm. 223.
[11] Taufik Abdullah, “Sejarah Umat Islam Indonesia”, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, op. cit., hlm. 211.
[12] Uka Tjandrasasmita, “Sejarah Nasional Indonesia III”, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, op. cit., hlm. 224.
[13] Marzuki. “Pembelajaran Pendidikan agama Islam 3”. Surakarta: Mediatama, 2005. Hlm.144
[14]Ibid. Hlm.145
[15]Ibid. Hlm.145
[16]Ibid. Hlm.146
[17]Ibid. Hlm.146-147
[18]Khalil, Muhammad . Buku Siswa Sejarah peradaban Islam 3. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah , 2016. hlm. 53
[19]Ibid Hlm.56
[20]Ibid Hlm.58-59
[21]Ibid Hlm.60
[22]Ibid Hlm.61
[23]Ibid Hlm.63
[24]Ibid Hlm. 64-65
[25]Ibid Hlm. 66
[26]Ibid Hlm. 67
[27]Ibid Hlm. 68
[28]Ibid Hlm. 72-92

No comments:

Post a Comment

Metode Pelaksanaan Bangunan

 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan yakni : I                PEKERJAAN PERSIAPAN II               PEKERJAAN TANAH DA...