BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakangmasalah
Mencariilmumerupakansuatukewajiban yang harusditempuhbagisetiapmanusia,
seperti yang disabdakanRosulullah SAW yang Artinya :”
Mencariilmuitusangatwajibbagimuslimlaki-lakimaupunmuslimperempuan”.
Telahkitaketahuipadahaditstersebutbahwasannyamencariilmumerupakansuatukewajibanbukanhanyabagikaum
Adam, bahkankaumHawapundiwajibkanunukmencarinyadanilmutersebutakandiperolehtentunyadenganmelalui
proses pembelajaan.
Namun dalam proses pembelajaran saat ini,nilai tidak
hanya berdasarkan kemampuan akademiknya saja , tetapi juga berdasarkan sikap
dan tingkah laku siswa tersebut terhadap gurunya. Banyak dari siswa yang saat ini
tidak tahu bagaimana ia seharusnya bersikap terhadap gurunya. Terkadang
beberapa dari sikap dan perkataan mereka dianggap kurang sopan namun mereka
tidak menyadari hal tersebut.Disini pendidikan hendaknya bagaimana merubah
pengetahuan atau ilmu yang mereka dapat itu menjadi tingkah laku dan bagaimana
mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Etika itu harus diajarkan sejak dari dini agar para
murid tahu siapa dirinya dan kepada siapa saja mereka harus hormat. Sehingga
nantinya akan tampak jelas peran orang tua dalam mendidik mereka dan juga akan
tampak bagaimana mereka merealisasikan ilmu yang telah merek dapat dalam
kehidupan sehari-hari.
1.2. RumusanMasalah
1. Apa itu Etika ?
2. Apa itu guru dan apa itu murid ?
3. Bagaimana etika murid terhadap dirinya
dan gurunya?
4. Apa dalil al -qurandan hadist
tentang etika kepada guru ?
5. Apa saja hikmah dari beretika dan
hormat kepada guru ?
1.3. Tujuanmasalah
1.
Mengetahui
pengertian Etika
2.
Mengetahui
Pengertian Guru dan murid
3.
Memahami
Etika murid kepada diri dan gurunya
4. Mengetahui Dalil al-qurandan Hadist
tentang etika kepada guru
5.
Mengetahui
hikmah dari beretika dan hormat kepada guru
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika
Kata etika berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani yang berarti
kebiasaan (custom). Dalam kamus Webster etika adalah thedistinguishingcharacter, sentiment, moral nature, orguidingbeliefsof
a person, group, orinstitution (karakter istimewa, sentimen, tabiat moral,
atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok atau institusi). Pengertian
yang lebih tegas makna etika adalah thesystematic study
ofthenatureofvalueconcepts, good, bad, ought, right, wrong, etc.
Andofthegeneralprincipleswhichjustifyus in applyingthemtoanything; alsocalled moral
philosophy (etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik,
buruk, harus, benar, salah, dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang
membenarkan kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja).[1]
2.2.
Pengertian Guru dan Murid
a. Pengertian
Guru
Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991:330), guru adalah orang yang pekerjaanya (mata pencaharianya, profesinya)
mengajar. Pengertian guru adalah orang yang tahu persis dan kondisi diterapkan kurikulum
yang berlaku selain itu guru,bertanggung jawab atas terciptanya hasilbelajar
yang di inginkan (Raka Joni, 1983:26). Sedangkan guru adalah semua orangyang
berwenang dan bertanggung jawabuntuk membimbing dan membina anak didik,baik
secara individual maupun klasikal,di sekolah maupun di luar sekolah.(Syaiful,
2010: 32).[2]
Jadi, tugas guru adalah mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan
memelihara hasil karyanya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
b. Pengertian
Murid
Murid / Siswa adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. Anak didik adalah unsur manusiawi yang yang penting dalam kegiatan
interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan
pendidikan dan pengajaran. (Syaiful,2010: 51).[3]
Jadi murid adalah orang yang sedang berada pada fase
pertumbuhan dan
perkembangan
baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
2.3.Etika
Murid terhadap diri dan Gurunya
a. Etika
Murid terhadap dirinya
Seorang murid haruslah memiliki etika yang
baik terhadap dirinya sendiri agar usaha dalam mencari ilmu berbuah sempurna
diantaranya dengan :
1.
Niat
yang ikhlas
Niat adalah sesuatu yang fundamen bagi
seorang murid yang melangkahkan kaki untuk mendalami ilmu pengetahuan disamping
sebagai motivasi keberhasilan suatu tujuan niat menjadi pokok dasar segala
amal. Rasulullah SAW bersabda[4]
:
عَنْعُمَرَأَنَّرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهمعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَإِنَّمَاالْأَعْمَالُبِالنِّيَّةِوَلِكُلِّامْرِئٍمَانَوَىفَمَنْكَانَتْهِجْرَتُهُإِلَىاللَّهِوَرَسُولِهِفَهِجْرَتُهُإِلَىاللَّهِوَرَسُولِهِوَمَنْكَانَتْهِجْرَتُهُلدُنْيَايُصِيبُهَاأَوِامْرَأَةٍيَتَزَوَّجُهَافَهِجْرَتُهُإِلَىمَاهَاجَرَإِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau
karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia
hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Seorang murid , dikala mendalami ilmu pengetahuan
hendaknya berniat semata-mata mencari keridhoanallah SWT. demi kebahagiaan
akhirat , dan memerangi kebodohoan yang bersemanyam pada diri mereka .
hendaknya juga berniat memerangi kebodohan didalam masyarakat ,
mengembangkan dan mempertegak agama
islam dalam peredaran di bumi raya ini .
2.
Pribadi Ilmuan
Bagi kaum ilmuan,
selayaknya menghindarkan diri dari segala akhlak dan perbuatan yang tercela
memlihara diri dari kenistaan , seperti toma’ ( Mengharap sesuatu dari orang
lain), merupakan keharusan bagi murid , agar tidak menimbukankesan yang hina
terhadap ilmu dan sifat ilmuannya . dan bagi seorang murid hendaknya Tawaddu’[5], iffah, sabar, dan tabah,
wara’, dan tawakal.(Mahali, 1996)
Syaikhul-Imam
Ruknul-islam _ seorang sastrawan mansyur dan produktif – mengemukakan karya syairnya[6] :
Tawadhu’ pekerti orang takwa
Dengan tawadhu’ nama dirinya
Naik menjulang ke angkasa
Hal yang ajaib, bahkan lebih ajaib
Bagai orang yang tak tahu diri
Bahagiakah atau celakalah nanti
Bagaimanakah waktu meninggal nanti
Dikala nyawa di cabut kembali
Berbahagia ataukah merugi
Kesombongan dan keangungan
Khusus sifat ilahi rabbi
Singkirilah dan hindarilah
Sifat tercela itu dalam diri
3.
Memilih ilmu , Guru dan Teman
·
Memilih ilmu
Seorang murid selayaknya memilih ilmu pengetahuan yang paling bagus dan
dibutuhkan dalam kehidupan beragama ketika itu barulah kemudian ilmu yang
digunakan untuk masa mendatang
·
Memilih Guru
Didalam memilih guru, hendaknya yang lebih ‘alim(cendekia) , wara’ ( bisa
menjauhi barang haram ) dan yang lebih tua usia sebab, guru yang ‘alim banyak
memiliki pembendaharaan ilmu , guru yang wara’ dapat dipercaya dalam segala
tindak laku , dan guru yang lebih tua banyak pengalaman dalam beramal maupun
dalam menghadapi murid
·
Memilih teman
Didalam memilih teman belajar , murid hendaknya memperhatikan beberapa hal
diantaranya ketekunan, wara’ , berkepribadian jujur dan mudah memahami masalah .
seorang pemalas penganggur , banyak bicara , pengacau, suka membuat onar dan
suka membuat fitnah sebaiknya dihindari dan dijauhi didalam syair ditegaskan[7]:
Jangan kau bertanaya , “siapa dia?”
Cukup kau tahu siapa temannya
Sungguh siapapun orangnya jua
Pasti berwatak seperti temannya
Sekiranya kawannya seorang durhaka
Singkirilah dan hindarilah
Bila kawannya itu bagus budinya
Rangkul , dekatilah dia
Pasti dirimu berbahagia
4.
Tabah dalam belajar
Tabah dan sabar dalam mendalami ilmu merupakan pangkal keutamaan dan
keberhasilan , disamping merupakan kunci dari segala kesuksesan . seperti
senandungan puisi ali bin abithalib[8] :
Ingatlah
Tidak bisa kau raih ilmu
tanpa enam sentaja ampuhnya
Kuterangkan keenam
senjata itu
Agar dirimu faham dan
tahu
Cerdas, sabar , loba ,
Jangan lupa mengisi
kantongmu
Sang guru yang mampu
membina
Dirimu tabah sepanjang
waktu
5.
Harus mempunyai ketekunan , kesinambungan
dan cita-cita yang luhur
Dalam mmeperdalam ilmu pengetahuan , murid harus bersungguh-sungguh , tekun
dan terus menerus belajar tanpa mengenal lelah dan pantang menyerah
6.
Memelihara diri dan menjaga kesehatan
Selayaknya seorang murid tidak membuat dirinya terlalu payah , sehingga
gairah mendalami ilmu tidak pernah padam. Murid juga harus memlihara kesehatan
dan ilmu pengetahuan tentang itu , baik yang menyangkut diri pribadi , orang
lain , maupun lingkungan .
b. Etika murid kepada gurunya
Seorang murid tidak akan mendapatkan kesuksesan didalam mendalami ilmu dan
tidak akan bisa memetik buahnya , baik untuk diri sendiri , agama , nusa , dan
bangsa kecuali dengan menghormati dan mengangungkan ilmu pengetahuan , ilmuan
dan guru pendidikan (Mahali, 1996) . Menghormati guru
termasuk dalam kategori menghormati dan mengangungkan ilmu . sebab guru
merupakan perantara ( washilah ) untuk mendapatkan ilmu pengetahuan Ali bin abithalib R.A. menegaskan :
“ Aku bersedia menjadi hamba sahaya orang yang telah mendidiku dengan satu
huruf . terserah kepadanya , aku mau dijual , dimerdekakan , maupun tetap
dijadikan hamba sahaya selamanya “.
Ali bin abitahlib rela
menjadi hamba sahaya karena mengangungkan guru yang menjadi perantara dia
mendapatkan ilmu pengetahuan . (Mahali, 1996) dan ia juga
menggubah syair yang berkaitan dengan menghormati guru . didalam syair itu dia
menegaskan[9] :
Aku yakin atas hak guru
Hak yang paling hak adalah itu
Paling wajib dan harus dijaga
Seluruh muslim yang berbahagia
Demi memuliakan guru
Hadiah wajib diaturkan kepadanya
Sebanyak dirham seribu
Mengajar huruf satu pada hamba
Dan juga diantara murid
yang melukai guru, maka keberkatan ilmu baginya tertutup dan hanya akan
memeperoleh manfaat yang sedikit dari ilmu yang telah dikaji Didalam syair
dikatakan[10]
:
Sungguh doketer dan guru
Takkan memberi nasihat
kepadamu
Bila tidak ada rasa
hormat di dadamu
Terimalah penyakitmu
Bila dirimu tak acuh
pada doktermu
Dan terimalah kebodohan
menimpa dirimu
Bila kau menentang sang
guru
Dokter dan guru tidak akan memberikan kebaikan kepada
pasien dan anak didiknya tanpa adanya kesopanan dan penghormatan darinya.
Karena , kalau yang sakit ingin segara sembuh , dan murid ingin sukses dalam
mendalami ilmu pengetahuan , hendaknya mereka taat dan patuh serta hormat
kepada dokter dan guru . kalau tidak
penyakit dan kebodohan tetap akan becokol pada dirinya.
seorang murid dihadapan gurunya selayaknya Memulai mengucapkan salam kepada guru ,Menjaga dari
ucapan ( perkataan ) yang sia-sia dihadapan guru ,Ikut berdiri saat guru
berdiri ,Tidak mengatskan kepadanya , “ pendapat si fulan berbeda dengan Anda
“. ,Tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya di majlis ,Tidak sembari tertawa
bila berbicara dengannya ,Tidak menunjukkan sikap konfrontatif (tanpa dasar ) terhadap pendapat guru , Tidak
menarik pakaiannya saat dia berdiri , Tidak menanyakan sesuatu hal kepada guru
disaat tengah perjalanan , tetapi menundanya hingga tiba dirumah atau tempat
tujuan dan Tidak menghujaninya dengan berbagai pertanyaan ketika sedang letih[11]
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami
berucap : "bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara,
memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang
tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang
alim, maka cucunyalah nanti."Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan
berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas
perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang
membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang
keluar dari rumah. Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya
rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak
bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam
melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti
menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang
bersangkut paut dengannya .Di sini Guru kita Syaikhul Islam
BurhanuiddinShahibul Hidayah pernah bercerita bahwa ada seorang imam besar di
Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di tenmgahmajlis belajar ia sering
berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya :
ada seorang putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan
teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi menghormati guruku.
Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa
lagi pula sangat di hormati sultan itu berkata : "Saya bisa menduduki
derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak
makanan beliau, yaitu beliau Abi Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut
memakannya." Dan Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya
tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.[12]
2.4. Dalil al-quran dan
hadist tentang Etika kepada guru
Dalil Qur’an
-
Surat An-Nahl Ayat 125
ادْعُإِلَىٰسَبِيلِرَبِّكَبِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِ
ۖ وَجَادِلْهُمْبِالَّتِيهِيَأَحْسَنُ ۚ إِنَّرَبَّكَهُوَأَعْلَمُبِمَنْضَلَّعَنْسَبِيلِهِ
ۖ وَهُوَأَعْلَمُبِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
-
surah al-Nahl ayat 43
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ
لاَتَعْلَمُونَ
“Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.”
Di dalam al-Qur’an terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap
gurunya, kisah Nabi Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa ‘alaihissalam meminta
Khidir untuk mengajarkannya ilmu. Allah berfirman dalam surah al-Kahfi ayat 67;
إِنَّكَلَنْتَسْتَطِيعَمَعِيَصَبْراً
“Khidir menjawab, sungguh engkau (Musa) tidak akan sanggup sabar
bersamaku.”
Nabi Musa dengan segenap ketinggiannya di hadapan Allah, tidak diizinkan
untuk mengambil ilmu dari Khidir. Allah berfirman dalam al-Qur’an surah
al-Kahfi ayat 70;
فَلاتَسْأَلْنِيعَنْشَيْءٍحَتَّىأُحْدِثَلَكَمِنْهُذِكْراً
“Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku
tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya.”
Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka
jika seorang guru tidak mengizinkan untuk bertanya maka jangalah bertanya,
tunggulah sampai guru mengizinkan bertanya.
Dalil hadist
1.
Pendidik Harus Adil
عَنِالنُّعْمَانَبْنَبَشِيرٍ، قَالَ:
قَالَرَسُولُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ: "
اعْدِلُوابَيْنَأَبْنَائِكُمْ، اعْدِلُوابَيْنَأَبْنَائِكُم
“Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Rosulullahsaw bersabda, “Berlaku
adilah kamu di antara anak-anakmu! Berlaku adilah kamu di antara
anak-anakmu!”(HR. An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)
2.
Pendidik Harus Berniat Ikhlas
عنعمرابنالخطابرضىاللهعنهقال: سمعترسولاللهصلىاللهعليهوسلميقول:
إِنَّمَاالأَعْمَاُلُبِالنِّيَّاتِوَإِنَّمَالِكُلِّامْرِئٍماَّنَوَى،
فَمَنْكَانَتْهِجْرَتُهُإِلَىاللهِوَرَسُوْلِهِفَهِجْرَتُهُإَلَىاللهِوَرَسُوْلِهِ،
وَمَنْكَانَتْهِجْرَتُهُلِدُنْيَايُصِيْبُهَاأَوامْرَأَةٍيَنْكِحُهَافَهِجْرَتُهُإِلَىمَاهَاجَرَإِلَيْه
) رواهالبخارىومسلم
Umar bin khotobra. Berkata, “Aku mendengar Rosulullahsaw bersabda, “setiap
amal perbuatan harus disertai dengan niat, balasan bagi setiap amal manusia
sesuai dengan apa yang diniatkan. Barangsiapa yang berhijrah untuk mengharapkan
dunia atau seorang perempuan untuk dinikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa
yang diniatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
3.
Pendidik Harus Berlaku Dan Berkata Jujur
عنعمربنالخطاب ...
قاَلَفَأَخْبِرْنِيعَنِالسَّاعَةِقاَلَماَالمْسَؤُوْلُعَنْهَابِأَعْلَمَمِنَالسَّاِئلِ.... رواهالبخارىومسلم.
“Umar bin khotob meriwayatkan, “.... Jibril berkata lagi, “beritahukan
kepadaku tentang hari kiamat. Rosulullah menjawab, tentang masalah ini , saya
tidak lebih tahu dari engkau” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
4.
Pendidik Harus Lemah Lembut Dan Kasih
Sayang
عَنْأَبِيسُلَيْمَانَمَالِكِبْنِالْحُوَيْرِثِقَالَأَتَيْنَاالنَّبِيَّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَوَنَحْنُشَبَبَةٌ
4مُتَقَارِبُونَ
فَأَقَمْنَاعِنْدَهُعِشْرِينَلَيْلَةًفَظَنَّأَنَّااشْتَقْنَاأَهْلَنَاوَسَأَلَنَاعَمَّنْتَرَكْنَافِيأَهْلِنَافَأَخْبَرْنَاهُوَكَانَرَفِيقًارَحِيمًافَقَالَارْجِعُواإِلَأَهْلِيكُمْفَعَلِّمُوهُمْوَمُرُوهُمْوَصَلُّواكَمَارَأَيْتُمُونِيأُصَلِّيوَإِذَاحَضَرَتْالصَّلاَةُفَلْيُؤَذِّنْلَكُمْأَحَدُكُمْثُمَّلِيَؤُمَّكُمْأَكْبَرُكُمْ
.) رواهالبخار ى
“Abu Sualiman Malik ibnal-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang pemuda
sebaya datang kepada Nabi saw., lalu
kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah
merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga.
Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus
perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah
mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya
mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang
kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam”. (HR.
Al-Bukhori).
2.5. Hikmah beretika dan
Hormat kepada guru[13]
a. Ilmu yang diperoleh akan
menjadi berkah dalam kehidupan kita.
b. Akan lebih mudah menerima
pelajaran yang disampaikan.
c. Ilmu yang diperoleh dari guru akan menjadi
bermanfaat bagi orang lain.
d. Akan selalu didoakan oleh
guru.
e. Akan membawa berkah,
memudahkan urusan, serta dianugerahi nikmat yang lebih dari Allah Swt.
f. Seorang guru tidak selalu
berada di atas muridnya. Ilmu dan kelebihan itu merupakan anugerah dan Allah
Swt. akan memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Guru adalah
seorang pengajar suatu ilmu dengan tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi murid. Guru dalam Islam juga
disebut pewaris para nabi. Karena lewat seorang guru, wahyu atau ilmu para nabi
diteruskan kepada umat manusia.
Guru adalah orang yang mengajarkan
kita dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan mendidik kita sehingga menjadi
orang yang mengerti dan dewasa.
Diantara bentuk-bentuk akhlak kepada
guru adalah sebagai berikut.
- Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan,
tidak menghina atau mencaci-maki guru
- Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi
tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda
Rosulullah saw.
- Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke
tempat belajar dengan penampilan yang rapi,
- Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan
ketika guru sedang menjelaskan
- Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya
kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik.
- Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru
bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat
Beberapa contoh etika murid terhadap
guru , diantaranya adalah sebagai berikut :
- Mereka selalu rendah hati terhadap gurunya,
meskipun ilmu sudah lebih banyak ketimbang gurunya.
- Mereka menaati setiap arahan serta bimbingan
guru.
- Mereka juga senantiasa berkhidmat kepada
guru-guru mereka dengan mengharapkan balasan pahala serta kemuliaan di
sisi Allah Swt.
- Mereka memandang guru dengan perasaan penuh
hormat dan ta’zim (memuliakan) serta memercayai kesempurnaan ilmunya.
Dengan menghormati seorang guru,
kita akan mendapatkan berbagai macam keuntungan, antara lain sebagai berikut.
- Ilmu yang diperoleh akan menjadi berkah dalam
kehidupan kita.
- Akan lebih mudah menerima pelajaran yang
disampaikan.
- Ilmu yang diperoleh dari guru akan menjadi
bermanfaat bagi orang lain.
- Akan selalu didoakan oleh guru.
- Akan membawa berkah, memudahkan urusan, serta
dianugerahi nikmat yang lebih dari Allah Swt.
4.1. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu
para peserta didik untuk semakin tahu bagaimna seharusnya mereka bersikap.Dan
para peserta didik hendaknya tahu bagaiman etika mereka jika mereka berhadapan
dengan guru mereka.
[1]Etika bisnis
islami dalam praktek bisnis rasulullah. Saefullah, Muhammad. 2011. semarang :
walisongo, 2011, Vol. 19. 1 , hal 131
[2]Hambatan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pelaksanaan. Ningsih, Nuroktya. 2012. Yogyakarta : Jurnal Citizenship, 2012, Vol. 1. 2 , hal
124-125.
[3]Hambatan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pelaksanaan. Ningsih, Nuroktya. 2012. Yogyakarta :
Jurnal Citizenship, 2012, Vol. 1. 2 , hal 124.
[4]Mahali, A.Mudjab Mahali dan
Umi Mujawazah. 1996.kode etik
Santri. Bandung : Al-bayan,
1996,hal 24
[5]Tawadhu` adalah : Terfokusnya hati kepada
Allah `azza waJalla , merendah diri dan belas kasihkepadamakhluq, sampai
tingkatan dimana dia tiada lagi melihat bahwa dirinya memiliki keutamaan diatas
seorang-pun , tiada dia melihat dirinya memiliki haq pada diri seorang-pun. Al
Fudhail bin Iyadhrahimahulloh ditanya tentang tawadhu` maka beliau jawab :
Tunduk kepada kebenaran, melaksanakannya dan menerimanya dari siapa yang
menyampaikannya. Dan dikatakan : Tawadhu`adalah Sekiranya kamu tiada melihat
bahwa pada dirimu memiliki keunggulan, dan siapa yangberpandangan bahwa dirinya
punya keunggulan , maka dia tidak punya bagian dalam tawadhu` sedikitpun. (Syaikh
Husain Al Awaysyah : At tawadhu` wamanzilatuminaddiin).
[7]Mahali, A.MudjabMahali dan Umi
Mujawazah. 1996. kode etik Santri.
Bandung : Al-bayan, 1996,hal 45
[8]Mahali, A.MudjabMahali dan Umi
Mujawazah. 1996. kode etik Santri.
Bandung : Al-bayan, 1996,hal 44
[9]Mahali, A.MudjabMahali dan Umi
Mujawazah. 1996. kode etik Santri. Bandung
: Al-bayan, 1996,hal 51
[10]Mahali, A.MudjabMahali dan Umi
Mujawazah. 1996. kode etik Santri. Bandung : Al-bayan, 1996,hal 55
[11]ghazali, A.
(2008). Rasa'ilal-ghazali. jakarta: Diadit media, hal 227.
[12]Az-Zarnuji,
Syeikh. 2009.TERJEMAH TA’LIM MUTA’ALIM. Surabaya : MUTARA ILMU
Surabaya, 2009 , fasal 4 .
[13]Ya'kub, H.
(1996). Etika islam. bandung: Diponegoro.
No comments:
Post a Comment