Saturday, December 28, 2019

SI TOU TIMOU TUMOU TOU SEBAGAI WUJUD PENGERAT MASYARAKAT KOTA MANADO DALAM MENANGKAL RADIKALISME



ESSAY COMPETITION SEASON-11 MA/PONPES DAN PERGURUAN TINGGI SE-SULAWESI UTARA TAHUN 2018


JUDUL KARYA

“SI TOU TIMOU TUMOU TOU SEBAGAI WUJUD PENGERAT MASYARAKAT KOTA MANADO DALAM MENANGKAL RADIKALISME

Disusun oleh; MISBAHUL MUNIR MAKKA, NIM. 15.1.1.029
ERISA H.A. SAKINAH NIM. 18.1.1.039



PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO MANADO
2018



SI TOU TIMOU TUMOU TOU SEBAGAI WUJUD PENGERAT MASYARAKAT KOTA MANADO DALAM MENANGKAL RADIKALISME
Misbahul Munir Makka1, Erisa H. A. Sakinah2

Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

1 misbahulmakka66@gmail.com

2 erisaheli07@gmail.com


Kota Manado adalah kota yang paling toleran di Indonesia dan rasa toleran ini dilandasi degan sifat dari si tou timou tumou tou itu sendiri. Mereka menganggap bahwa walaupun ada perbedaan keyakinan, budaya dan kebiasaan masing-masing,   namun   tidak   memungkiri   bahwa   manusia   harus   saling menghargai satu sama lain. Dengan demikian, kemakmuran dan kesejahteraan di Kota Manado dapat tercapai.
Berdasarkan data Wikipedia, penganut agama Kristen sekitar 62,10 persen, Katolik 5,02 persen sedangkan yang beragama Islam sebanyak 31,30 persen dan sisanya beragama Hindu, Budha dan Konghuchu. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017 jumlah penduduk Sulawesi Utara, 2.461.082 jiwa dan khusus kota Manado sebanyak 430.133 jiwa.
Si   tou   timou   tumou   tou   adalah   suatu   ungkapan   falsafah   hidup bermasyarakat yang telah dikemukakan oleh putra terbaik Tanah Toar Lumunuut, yaitu Dr. Sam Ratulangi untuk masyarakat Minahasa (seluruh keturunan leluhur Toar Luminuut). Falsafah tersebut mengandung banyak arti dalam hidup bermasyarakat, diantaranya:
-     Interaksi sosial, dalam hidup bermasyarakat harus menunjukan sifat- sifat yang baik sesuai kaidah/norma/aturan masyarakat yang telah disepakati.
-    Toleransi, menghargai orang lain (tidak ada sifat meremehkan).

-     Kerjasama, harus ada sifat saling membantu (kita hidup membutuhkan orang lain.



-    Aspek ekonomi, hidup jangan sampai merugikan pihak lain (konsep

pareto optimum dan welfare economics).1

Menurut Sondakh, dalam pandangannya mengenai si tou timou tumou tou memberikan sifat dan ciri karakter bahwa manusia dilahirkan dan hidup sebagai manusia, bahwa manusia yang hidup adalah hidup secara dewasa, bertanggung jawab dan mandiri oleh pengabdiannya untuk membentuk dan melahirkan manusia-manusia baru dewasa (melalui proses pendidikan), bertanggung jawab dan  mandiri  di  kemudian  hari,  untuk  selanjutnya  manusia  baru  yang  telah terbentuk  itu  melanjutkan  lagi  tugas  pengabdiannya  dalam  rangka “memanusiakan” manusia sesamanya.2
Walaupun memiliki arti yag banyak, namun falsafah hidup ini hanya mempunyai satu makna yaitu manusia hidup harus dapat menghidupkan manusia lain”. Sifat mengasihi sesama manusia serta menjaga alam sekitarnya sebagai ciptaan Maha Kuasa adalah kunci dari falsafah ini.
Si  tou  timou  tumou  tou  memberikan  carminan  dalam  persatuan  dan kesatuan dengan cara memperhatikan kesusahan orang lain dan mengulurkan bantuan untuk mereka. Ketika kita melihat pendapat dari sondakh bahwa masyarakat Minahasa yang ideal itu dibagi menjadi beberapa kelompok salah satunya tou sama’ Tou sama’ berarti mencerminkan kasih, suka cita damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan  diri.  Ini  berarti  para  mahasiswa  berupaya  merangkul  masyarakat untuk mempersatukan bangsa melalui rasa saling membantu satu sama lain.
Dari segi agama, semua orang di negara Indonesia terkhususnya kota Manado tentu meyakini salah satu agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia. Ada yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Kita sedari kecil sudah meyakini dan melaksanakan ajaran agama yang kita anut masing-masing, dan juga negara menjamin kehidupan masyarakat yag beragam. Kita  bisa  melihat  pada  UUD  1945  pasal  29  ayat  (2);  negara  menjamin

1 Sonny Ramber, Mapalus Sebagai Kapital Sosial Pembangunan di Minahasa, Makalah Pribadi
Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana/S3, Bogor, Mei 2004, h. 3

2 A.J. Sondakh, Si Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa), Refleksi atau Evolusi Nilai-nilai
Manusia, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) 2002, h. 13



kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Semua agama yang ada di Indonesia menagjarkan adanya perdamaian dan adnya perdamaian itu dipengaruhi oleh beberapa bentuk perilaku yang harus kita wujutkan, antara lain;
-    Menghormati agama kepercayaan orang lain;

-     Tidak memaksakan orang yang beragama lain untukmengikuti agama yang kita yakini;
-     Selalu bersikap toleran terhadap keyakinan dan segala macam ibadah yang dilakukan oleh orang yang memiliki agama yang berbeda;
-    Tidak memandang rendah orang yang beragama berbeda dengan kita. Dan itu semua tertanam dalam istilah si tou timou tumou tou itu. Menurut
Sondakh  Si  Tou  Timou  Tumou  Tou  memiliki  pandangan  tentang  manusia

Minahasa ideal dalam tiga kelompok, yaitu:

-     Tou Ente, memiliki arti dan karakteristik fisik yang kuat atau kekar, gagah berani dan tak segan bertarung atau berperang demi membela dan menegakkan nama, harga diri, gengsi taranak (keluarga) dan ro’ong (kampong/negeri), keras, tegas, teguh dalam prinsip dan pendirian, berdisiplin tinggi, terbuka, jujur, berterus terang, demokratis. Kualitas etik yang  harus  dijunjung  tinggi  oleh  setiap  pemimpin  adalah;  jujur  dalam setiap tindakan, tidak boleh mendustakan orang, tidak boleh memperkaya diri, tidak boleh mempermainkan wanita, tidak boleh memaki-maki.
-    Tou  Nga’asan,  yaitu  mencirikan  kekuatan  pada  rasio,  otak  dan  akal.

Artinya kualitas intelektual dan kecerdasan.

-     Tou sama, menekankan pada nurani, dalam arti menjadi orang baik. Bagi masyarakat Minahasa kualitas diri seseorang tidak hanya diukur pada indikator kekuatan, keberanian, ataupun kecerdasan. Tou sama’ justru mencerminkan nilai utama dari filosofi Si Tou Timou Tumou Tou. Tou sama’ berarti mencerminkan kasih, suka cita damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.3

3 Ibid, h. 13



Jika kita melihat nilai dari budaya tou ente, merupakan budaya yang sekiranya dapat mendorong masyarakat yang memiliki sikap pekerja keras yakni dengan upaya yang penuh dengan semangat dan sungguh-gungguh dalam mengatasi  berbagai  persoalan  di  berbagai  aktivitasnya  masing-masing.  Tidak ingin mundur dan tidak juga ingin berputus asa jika mengalami berbagao persoala, tapi dapat menyelesaikan persoalan itu dengan sebaik-baiknya serta memiliki gagasan-gagasan upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Budaya tou sama’ dimaksudkan untuk mendorong masyarakat memiliki karakter yang baik. Keberhasilan masyarakat yang hidup damai dan rukun bukan bukan hanya ditemukan oleh ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang ia miliki. Sikap dan perilaku masyarakat dalam dalam menjalankan tugasnya sangatlah  penting.  Oleh  karena  itu  perlu  adanya  dorongan  dari  sikap-sikap religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam ajaran agama yang dianutnya, toleran orang yang hendak melaksanakan ibadah yang berbeda dengan keyakinan kita, dan rasa hidup rukun dengan pemeluk agama lain serta sikap dengan penuh kejujuran. Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Hal penting juga yang harus dibenahi dalam rangka membangun karakter masyarakat yang rukun adalah sikap kepedulian sosial. suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan. Dan yang paling penting adalah rasa untuk tidak merendahkan dan menindas orang lain.
Ketika kita mendengar kata radikalisme pasti sudah tidak asing lagi. Radikalisme ialah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan  perubahan  atau  pembaharuan  sosial  dan  politik  secara  drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.4  Jika dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga  penganut/paham  ini  melakukan  kekerasan  untuk  mencapai  tujuan mereka.


4 Ahmad Asrori, Radikalisme di Indonesia (Antara Historitas dan Antropolitas), Journal Raden
Intan, Vol 9 (2) Desember 2015



Radikalisme sering disangkutpautkan dengan perbedaan agama, dari perbedaan agama inilah menjadi celah dari paham radikalisme muncul, dan hal ini menjadi konflik yang harus kita hindari. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan, antara lain;
-     Menunjukan segi-segi persamaan dalam agama, tidak memperdebatkan segi-segi perbedaan dalam agama;
-     Melakukan kegiatan sosial yang melibatka para pemeluk agama yang berbeda;
-     Meningkatkan pembinaan individu ysng mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlak yang baik;
-     Menghindari  sikap  egoisme  dalam  beragama  sehingga  mengklaim dirinyalah yang paling benar.
Dalam kontek politik radikalisme bisa disebabkan oleh perilaku diskriminatif  beberapa  kelompok  penguasa  terhadap  kelompok  tertentu.  Salah satu cantoh, baru-baru ini kita melihat berita tentang penolakan Habib Bahar bin Smith di kota Manado yang kita cintai ini, mereka melakuka razia terhadap setiap kendaraan yang hendak keluar dari bandara Sam Ratulangi.5  Penolakan ini disebabkan mereka beralasan bahwa Habib Bahar bin Smith adalah sosok yang intoleran, dan mereka adalah tokoh yang anti NKRI.6  Tidak adanya rasa toleransi dan menganggap bahwa pendapatnyalah yang paling benar serta berambisi untuk mewujutkan dari apa yang dikehendakinya membuat perpecahan di negeri ini terutama di kota Manado, dan inilah yang disebut dengan sikap radikalisme.
Penyebaran berita hoax juga dapat meyebabkan sikap radikalisme. Ujaran- ujaran kebencian yang diberikan antara yang satu dengan yang lainnya membuat terjadinya perpecahan dan merusak nilai luhur dari kesatuan negeri ini terutama di kota Manado, baik dari sosial media Facebook, Instagram, Whatsapp, Twiter dan lain-lain. Sehingga, Yenny Wahid dari Direktur Wahid Foundation, meminta kepolisian RI untuk perlu meningkatkan upaya penangananujaran kebencian dan



5 Lihat pantauan Liputan6.com Senin 15 Oktober 2018 diakses pada 29 Oktober 2018

6 Lihat juga pada TribunJambi.com, selasa 16 Oktober 2018 diakses pada 29 Oktober 2018



kekerasan  yang  menyebabkan  adanya  radikalisme  itu  timbul.  (Dikutip  dari

CNNIndonesia.com tanggal 29/1/18 pada tanggal 28 Oktober 2018).

Radikalisme   itu   sendiri   lebih   condong  kepada  oknum- oknum yang  nakal  membuat panas suasana  sehingga banyak yang saling menyalahkan dan memperdebatkan hal tersebut, hasilnya  banyak  berita  berita  tentang  perpecahan  yang lebih ditimbulkan  agama Islam  di dalam  media  masa solusinya  kita sebagai   umat  beragama  harus  menangkal   isu   isu   tersebut dengan  kita  bertabayyun  terlebih  dahulu  untuk  mendapatkan berita  yang benar asal  usulnya sehingga perpecahan  di antara kita dapat terminimalisir terlebih dahulu
Hal yang membuat paham radikalisme dalam beragama menjadi semakin kuat karena kurangnya rasa toleransi.  Rasa ini semakin lama semakin langka konflik yang dikarenakan perbedaan agama membuat sikap toleransi menjadi semakin berkurang dan akhirnya menghilang. Selain kurangnya rasa   toleransi, ciri-ciri seorang yang radikal yaitu; tidak mau bertukar pikiran, mengara kepada kekerasan, suka menjustifikasi orang, dan cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan tersebut.
Radikalisme dalam beragama menjadi semakin kuat karena kurangnya rasa toleransi. Rasa ini semakin lama semakin langka konflik yang dikarenakan perbedaan agama membuat sikap toleransi menjadi semakin berkurang dan akhirnya  menghilang.  Selain  kurangnya rasa   toleransi,  ciri-ciri  seorang  yang radikal yaitu; tidak mau bertukar pikiran, mengara kepada kekerasan, suka menjustifikasi orang, dan cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan tersebut.
Si tou timou tumou tou merupakan sebuah konsep sikap dari norma serta konsep-konsep nilai budaya yang dianut oleh budaya yag dianut. Konsep ini memiliki ide atau dasar dari nilai-nilai yang menjiwai, mengisi serta saling memperkuat satu sama lain sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Si tou timou tumou  tou  ini  berfungsi  sebagai  landasan  dan  sekaligus  sebagai  pendorong,



pengendali kehidupan dalam mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup masyarakat tang toleran antar satu sama lain.
Adanya  persatuan  dan  kesatuan  karena  adanya  kerukunan.  Kerukunan telah digunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti kerukunan antar beragama, kerukunan   antar   bangsa   dan   lain-lain.   Penggunaan   dan   pemahaman   dari kerukunan ini bahkan telah tertera dalam dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila itu sendiri. Sebagai negara Pancasila, Indonesia memberikan tempat kebiasaan beragama.  Oleh  karena  itu,  kerukunan  hidup  baragama  menjadi  suatu  yang penting untuk diwujudkan, sebuah kerukunan yang dilandasi kesadaran bahwa walaupun  terdapat  perbedaan  agama tetapi  setiap  orang mempunyai  tanggung jawab yang sama untuk mengupayakan kesejahteraan bagi orang banyak.7
Cara lain juga untuk mengatasi dan melawan sikap dari radikalisme ini adalah dengan menguatkan sikap pluralisme. Pluralisme merupakan cara pandang atau kerangka berfikir untuk menyelaraskan gaya hidup serta menyeimbangkan makna-makna nilai sosial di dalam masyarakat majemuk dan menjunjung tinggi nilai perbedaan agama.8 Dan ini tertanam dalam sifat si tou timou tumou tou, yang dimana jika ada rasa saling menghargai walaupun memiliki perbedaan, terkhususnya beragama maka kedamaian antar manusia dapat terpenuhi.
Masyarakat kota Manado hendaknya memegang semangat dan nilai yang luhur dari sifat persatuan dan persaudaraan antar sesama. Sikap yang dimaksud adalah nilai dari si tou timou tumou tou yaitu dimana manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang lain. Setiap manusia sebagai mahluk sosial harus hidup untuk bermanfaat bagi manusia yang lain.
Oleh karena itu masyarakat kota Manado, baik dari kalangan birokrat, mahasiswa, ketua adat dan lain-lain yang memiliki kewenangan dan kebijakan harus berperan aktif dalam membentuk negara dan terkhususnya kota Manando menjadi kota tempat yang pluralis dan sangat toleran.


7  Wulan  Purnama  Sari,  Studi  Pertukaran  Sosial  dan  Peran  Nilai  Agama  Dalam  Menjaga
Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama di Manado, Profetik Jurnal Komunikasi, Vol.11
No.1, April 2018, h. 99

8  Rasimin,  Toleransi  dan  Kerukunan  Umat  Beragama  di  Masyarakat  Randuacir,  INJECT: Interdisciplinary Journal of Communication, Vol. 1 (1), Juni 2016, 99-118, h.102



Realitas kehidupan manusia saat ini menyatakan bahwa agama selalu mengajarkan kedamaian, persatuan dan kesatuan, kebersamaan sekaligus menyemburkan kemaslahatan antar warganya. Kehidupan harmoni yang selalu dirajut setiap umat beragama. Salain itu sikap toleransi dan saling menghargai satu sama lain juga dapat meningkatkan kesejahteraan umat dan dapat menjadi pencegah dari sifat radikal.
Dengan adanya si tou timou tumou tou ini dapat memberikan penyadaran bahwa perbedaan agama ras, budaya lokal tidak membuat rasa toleransi antar manusia pudar, dan tidak menimbulkan rasa gengsi dari masing-masing pihak dalam sikap saling membantu satu sama lain.


REFERENSI

Asrori,   Ahmad.   2015.   Radikalisme   di   Indonesia   (Antara   Historitas   dan
Antropolitas), Journal Raden Intan. Vol 9 (2).

Lihat  juga  pada  TribunJambi.com,  selasa  16  Oktober  2018  diakses  pada  29
Oktober 2018

Lihat pantauan Liputan6.com Senin 15 Oktober 2018 diakses pada 29 Oktober
2018

Ramber,   Sonny.   2004.   Mapalus   Sebagai   Kapital   Sosial   Pembangunan   di Minahasa. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana/S3, Bogor.

Rasimin.  2016.  Toleransi  dan  Kerukunan  Umat  Beragama  di  Masyarakat
Randuacir. INJECT: Interdisciplinary Journal of Communication. Vol. 1 (1).  99-
118.

Sari,  Wulan  Purnama.  2018. Studi Pertukaran  Sosial dan  Peran  Nilai Agama Dalam  Menjaga  Kerukunan  Antar  Kelompok  Umat  Beragama  di  Manado. Profetik Jurnal Komunikasi. Vol.11 No.1.

Sondakh, A.J.. 2002. Si Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa), Refleksi atau
Evolusi Nilai-nilai Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

No comments:

Post a Comment

Metode Pelaksanaan Bangunan

 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan yakni : I                PEKERJAAN PERSIAPAN II               PEKERJAAN TANAH DA...