Saturday, November 23, 2019

Sejarah Dakwah Masuknya Islam Ke Indonesia (Masa Wali)

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.[1][1] Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimat syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Agama islam datang pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera selanjutnya penyiaran agama islam berkembang ke pulau-pulau lain di Nusantara seperti di jawa Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan nusantara di kenal dengan pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar kepulauan antar dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.[2][2] Wilayah Barat Nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh berasal dari Maluku di pasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. pelabuhan-pelabuhan seperti di sumatera dan jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik Jawa).[3][3]
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama selalu berpegang teguh pada pendiriannya dan prinsip-prinsip mereka seperti dalam QS. Al-Baqarah: 256 yang artinya “tidak ada paksaan dalam agama” (QS. Al-Baqarah: 256)

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1.Perdagangan[4][4]
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.

3.Pendidikan[5][5]
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.Kekuasaan-Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat diambil oleh penulis adalah “Bagaimana awal Islam masuk ke Indonesia dan bagaimana  peranan walisongo dalam menyiarkan ajaran agama Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa?”.
D. Tujuan Makalah
1.Untuk mengetahui awal Islam masuk ke Indonesia
2.Untuk mengetahui  peranan apa saja yang sudah dilakukan walisongo terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
3.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dakwah yang di ampu oleh Dr. Abdul Syukur, MA

BAB II
PEMBAHASAN

A.POLA PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau kegiatan dakwah di Indonesia cukup menarik karena kondisi Indonesia  pada masa itu dikuasai oleh pemerintahan Spanyol. Namun demikian, sulit menentukan dengan tepat mengenai waktu pertama kali masuknyaIislam ke Indonesia. Akan tetapi, ada dugaan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad pertama hijriah. Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan nusantara di kenal dengan pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar kepulauan antar dengan berbagai daerah di daratan asia tenggara. Sementara itu, pala dan cengkeh berasal dari maluku di pasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing pelabuhan-pelabuhan seperti di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera, Sunda Kelapa dan (Gresik Jawa ).[6][6] Menjelang abad ke-13 M. Masyarakat muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang di sumatera. Di Jawa, makam Fatimahh binti maimun di Leran Gresik yang berlaku tahun 475 H (1082 M).  Sampai berdirinya kerajaan-kerajaaan islam itu, perkembangan agama islam di indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu ; (1). Singgahhnya pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhannusantara, sumbernya adalah berita luar negeri, terutama cina. (2) Adanya komunitas-komunitas islam di beberapa daerah kepulauan indonesia. dan (3) berdirinya kerjaan-kerajaan islam.
Di samping itu Moquette menguatkan teori islam nusantara berasal dari gujurat (india), dengan hasil penelitiannya terhadap batu nisan di kedua wilayah tersebut. Menurutnya, ada persamaan mencolok dan jelas antara batu nisan di pasai yang tertulis tanggal 17 zulhijjah 831 H/ 27 September 1428 M dan batu nisn Syekh Maulana Malik Ibrahim ( salah satu wali songo) di gresik dengan batu nisan di Cambay, gujurat atasdasar penemuan itulah. Moquette menegaskan bahwa islam di nusantara berasal dari gujurat. Namum berdasarkan hasil seminar nasional masuknya islam ke indonesia yang diadakan tahun 1969 dan tahun 1978, mereka menyimpulkan bahwa agama islam masuk ke Indonesia pada abad ke VII M da langsung dari tanah arab. Daerah yang pertama kali disinggahi adalah pesisir sumatera. Agama islam disebarkan oleh para saudagar muslim yang juga bertindak sebagai mubaligh dan dilakukan dengan cara damai.

1.      Islam di Sumatera

Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah Pantai Barat Pulau Sumatera dan daerah Pasai yang terletak di Aceh Utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.


Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261-1297 M).[7][7] Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.

Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh Besar).[8][8]

Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Banda Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).

Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Aceh.

2.Islam di Jawa

Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,[9][9] yaitu : 
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik;
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel;)
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku);
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim);
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid);
f. Sunan Drajat;
g. Syarif Hidayatullah;
h. Sunan Kudus; dan
i. Sunan Muria. 

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam

“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan. 

Dalam versi lain Dewan Wali Sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya. 

3. Islam di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi. 

Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).

4. Islam di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan. 

Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para mubhallig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Mubhallig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

a. Islam di Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam. 
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.
b. Islam di Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.

5. Islam di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke-15 atau sekitar tahun 1440 M dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.

Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.

 Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku.
Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.
B. Proses Penyebaran Islam di Indonesia sebelum Penjajahan (Masa Wali)
Proses penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan banyak cara, yaitu : melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemuanya mendukung ajaran agama Islam.
·         Perdagangan , pada abad ke-7 M. Bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Di samping berdagang sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikaan dan mengajarkan agama. Dengan cara tersebut banyak pedagang Indonesia yang memeluk islam dan merekapun menyebarkan agama dan budaya Islam yang baru dianut kepada orang lain. Proses penyebaran islam dengan berdagang sangat menguntungkan dan lebih efektif dibandingkan dengan cara lainnya.
·         Perkawinan, Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
·         Politik, di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu, politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk agama Islam.
·         Tasawuf , pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan pra-Islm itu Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
·         Pendidikan , islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pokok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama Kiai-Kiai, dan ulama-ulama dan kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Seperti pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Gunung Giri di Giri.
·         Kesenian, saluran islamisasi melalui kesenian yang paalling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan Sunan Kalijaga adalahtokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang, dia tidak pernah meminta upah pertunjukan tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Dengan cara inilah yang dilakukan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam.
Dengan melalui banyak saluran di atas, agam Islam dapat diterima dan berkembang pesat sejak abad ke-13M.  Para mubaligh da’i datang ke indonesia dari india selatan yang banyak menganut mazhab syafi’i. Kebanyakan mereka menganut mazhab syafi’i, disamping mazhab hanafi, maka ini berpengaruh di Indonesia yang berasal dari Pantai Malaba, di mana kota-kota pelabuhannya sering dikunjungi oleh para pedagang-pedagang dari Jawa, Cina, Yaman, dan Persia. Dengan cara semacam inilah kaum penetap islam di kepulauan indonesia meletakan dasar-dasar politik  dan sosial bagi pelaksanaan dakwah mereka. Namun demikian, tarikh Melayu menyebutkan seorang Arab bernama Abdullah Arif sebagai penyebar Islam yang pertama di Aceh, dan muridnya bernama Burhanuddin menyebarkan dan mengembangkan agama Islam kedaerah selatan menyusur Pantai Barat sampai ke Pariaman.
C. Peran Walisongo dalam Perkembangan Islam
Agama Islam datang pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera selanjutnya penyiaran agama Islam berkembang ke pulau-pulau lain di Nusantara seperti di Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain. Proses islamisasi Jawa adalah hasil perjuangan dan kerja keras para Walisongo. Proses islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai, nyaris tanpa konflik baik politik maupun kultur.
Walisongo sebagai jantung penyiaran Islam di Jawa. Ajaran-ajaran Walisongo memiliki pengaruh yang besar di kalangan masyarakat Jawa, bahkan kadangkala menyamai pengaruh seperti seorang raja. Masyarakat jawa memberikan gelar sunan kepada walisongo. Kata “sunan” diambil dari kata susuhan yang artinya “yang dijunjung tinggi”. Gelar atau sebutan yang dipakai para raja. Walisongo merupakan sembilan ulama yang merupakan pelopor dan pejuang penyiaran Islam di Jawa pada abad ke-15 dan ke-16. Sekalipun masih ada perbedaan pendapat tentang nama-nama walisongo, namun yang lazim diakui sebagai Walisongo sebagai berikut:

a.      Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik 

Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M (882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik 

b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M. 
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M. 
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama. 

c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.


e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam. 

f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.

h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.

i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam.
D.Teladan Spiritual dan Intelektual   
Walisongo telah menunjukan peranan yang sangat berharga dalam menyiarkan Islam di tanah Jawa. Melihat keberhasilan dakwah walisongo, maka sebagai generasi muda Islam kita harus dapat meneladani kepribadiannya. Kepribadian yang patut diteladani di antaranya melalui:
1.      Sebagai generasi muda Islam harus senantiasa mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
2.      Generasi muda Islam harus  memperdalam tentang penguasaan ilmu , baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
3.      Generasi muda islam harus berjuang dalam rangka meninggikan agama Allah swt.
4.      Mengembangkan jalinan silahturahmi dengan cara-cara bijaksana, sehingga akan melahirkan ukhuwah islamiyah.
5.      Diperlukan keahlian untuk meenyampaikan kebenaran dan kebaikan dengan cara-cara yang cerdas dan simpatik.
6.      Generasi muda senantiasa menunjukan kepribadian luhur serta menghindarkan diri dari sifat-sifat yang kurang terpuji.

No comments:

Post a Comment

Metode Pelaksanaan Bangunan

 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan yakni : I                PEKERJAAN PERSIAPAN II               PEKERJAAN TANAH DA...