BAB
2. PEMBAHASAN
D. Landasan Teori
Metrologi adalah ilmu yang mempelajari
pengukuran besaran teknik, sedangkan Metrologi Industri adalah ilmu yang
mempelajari pengukuran dimensi dan karakteristik geometrik suatu produk,
menggunakan alat ukur sehingga didapatkan hasil yang mendekati hasil yang
sebenarnya. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui
dengan suatu besaran yang standar. Besaran adalah standar yang digunakan dalam
pengukuran. Besaran terdiri dari dua jenis:
·        
Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar
internasional, berdiri sendiri, dan dapat dijadikan acuan.
·        
Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa
variabel dalam bentuk persamaan.
Syarat-syarat besaran adalah:
·        
Dapat didefinisikan secara fisik.
·        
Dapat digunakan dimana saja.
·        
Tidak berubah terhadap waktu.
Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai
karakteristik geometrik antara lain:
·        
Dimensi
·        
Posisi
·        
Bentuk
·        
Kualitas permukaan
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:
1.      Pengukuran Linear
2.      Pengukuran Sudut
3.      Pengukuran Kerataan dan
Kedataran
4.      Pengukuran Profil
5.      Pengukuran Ulir
6.      Pengukuran Roda Gigi
7.      Pengukuran Posisi
8.      Pengukuran Kekasaran
Permukaan
Jenis-jenis alat ukur:
Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1.      Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang
lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.
2.      Alat Ukur Pembanding
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran
suatu produk dengan ukuran dasar produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu
dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator.
3.      Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala
nominal, tidak dapat memberikan hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan
untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.
4.      Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah
dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar dari daerah toleransi produk
tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.
5.      Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam
proses pengukuran. Sebenarnya alat ini tidak bisa mengukur objek, namun karena
peranannya yang sangat penting dalam pengukuran maka alat ini dinamakan juga
dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:
1.      Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur
geometri yang khas, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi pada
roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan dilengkapi alat
pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.
2.      Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat
digerakkan dalam ruang, digunakan untuk menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:
1.      Alat ukur mekanik
2.      Alat ukur elektrik
3.      Alat ukur optik
4.      Alat ukur pneumatik
5.      Alat ukur hidrolik dan
aerodinamik
Konstruksi umum dari alat
ukur:
1.      Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur
dengan objek ukur.
Terdiri dari
·        
Sensor mekanik
·        
Sensor optik
·        
Sensor pneumatik
2.      Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal
yang dirasakan oleh sensor menjadi besaran ynag terukur.
Terdiri dari:
·        
Pengubah mekanik
·        
Pengubah optomekanik
·        
Pengubah elektrik
·        
Pengubah opto elektrik
·        
Pengubah pneumatik
·        
Pengubah optik
3.      Penunjuk
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga
pengukuran.
Terdiri dari:
·        
Penunjuk beskala
ü  Skala linear
ü  Skala melingkar
·        
Penunjuk digital
ü  Digital mekanik
ü  Digital elektrik (LED)
Adapun  sifat dari alat
ukur adalah:
1.      Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan
pengkalibrasian.
Tingkatan tersebut adalah
·        
Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.
·        
Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.
·        
Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional.
·        
Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar
internasional.
2.      Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan
yang relatif kecil dari harga pengukuran.
3.      Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk
memberikan harga pengukuran yang jelas dan berarti.
4.      Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu
dilakukan pengukuran secara kontinu dari dua arah yang berlawanan.
5.      Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga
ukur sementara sensor tidak memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
6.      Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun
penunjuk tidak menunjukkan  perubahan pada harga ukur.
7.      Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol
ketika sensor tidak lagi bekerja.
8.      Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak
menunjukkan harga ukur yang konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah
posisi atau bergerak.
Sifat dari pengukuran:
·        
Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk
memberikan nilai yang mendekati harga yang sebenarnya.
·        
Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk
memberikan nilai yang sama dari beberapa pengukuran yang dilakukan
·        
Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca
oleh alat ukur.
Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri
1.      Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur langsung dimana hasil pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2.      Pengukuran Tak Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur pembanding dan alat ukur standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat
diperoleh secara langsung.
3.      Pengukuran dengan Kaliber
Batas
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar daerah
toleransi produk tersebut.
4.      Membandingkan dengan Bentuk
Standar
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan
bentuk produk dengan bentuk standar dari produk tersebut. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara
kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak permukaan batas geometri komponen
harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua komponen yang akan dirakit,
yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan elemen geometrik saat
mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur (skala atau
harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah
kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih
tinggi tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat
mempunyai aspek keterlacakkan (trace ability).
2.2 Teori Dasar Alat Ukur
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah
:
1.      Mistar Ingsut (Jangka Sorong)
150 mm dan 100 mm.
2.      Mikrometer rahang luar
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi
luar suatu benda.
1.      Mikrometer rahang dalam
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi
dalam suatu benda.
1.      Mikrometer kedalaman.
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur kedalaman
lubang.       Mistar Ingsut atau Jangka
Sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang yang memiliki dua skala
yaitu Skala Utama dan Skala Nonius. Skala Utama adalah skala panjang dan Skala
Nonius adalah skala yang digeser-geser. Mikrometer adalah alat ukur dengan
prinsip kerja dengan informasi gerak melingkar skala yang diputar menjadi gerak
tranfersal pada sensornya.
Mistar Ingsut digunakan untuk mengukur:
1.      Dimensi Luar.
2.      Ketebalan.
3.      Diameter Dalam.
4.      Kedalaman Lubang.
Mikrometer digunakan untuk mengukur:
1.      Ketebalan dinding atas.
2.      Ketebalan alas dari suatu
produk.
3.      Diameter dalam dan luar.
Jenis-jenis suian antara lain :
·        
Suaian Paksa.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi poros selalu
berada di atas daerah toleransi lubang.
·        
Suian Pas.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang
berpotongan dengan toleransi poros.
·        
Suaian longgar.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang selalu
berada di atas daerah toleransi poros.
PENGUKURAN LINIER 
Sebagian besar pengukuran
geometris benda ukur dalam metrologi industri adalah  menyangkut pengukuran linier atau pengukuran
panjang (jarak), diameter poros,  tebal  gigi, tinggi, 
lebar, kedalaman, perhitungan sudut 
dengan  metode  sinus 
atau  tangent,  kesemuanya 
itu  merupakan contoh  dari 
dimensi  panjang  (linier) 
dari  benda  ukur 
yang  memang mempunyai  variasi 
bentuk  panjang  yang 
bermacam-macam.  Untuk  itu perlu dipelajari bagaimana cara
mengukurnya dan alat-alat ukur apa saja yang 
bisa  digunakan  untuk 
mengukurnya.  Berdasarkan  cara mengukurnya  maka 
dapat  dibedakan  dua 
jenis  pengukuran  yaitu pengukuran linier langsung dan
pengukuran linier tak langsung. 
A. 
Alat ukur linier langsung dan cara menggunakannya 
Telah dikemukakan bahwa
pegukuran langsung adalah pengukuran yang 
hasil  pengukurannya dapat  langsung 
dibaca  pada  skala 
ukur  dari alat  ukur 
yang  digunakan.  Dengan 
demikian  alat  ukur 
yang  digunakan juga  alat 
ukur  yang  mempunyai 
skala  yang  bisa 
langsung  dibaca skalanya. Alat
ukur linier langsung yang banyak digunakan dalam praktek sehari-hari dapat
digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu : 
1. 
Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk. 
2. 
Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk. 
3. 
Mikrometer dengan berbagai bentuk. 
1. 
Mistar Ukur 
Dalam  kehidupan 
sehari-hari  dikenal  yang 
namanya  mistar  atau penggaris. Ada yang terbuat dari kayu,
ada yang dari bahan plastik, dan ada pula yang terbuat dari baja atau
kuningan.Yang paling banyak saat ini 
adalah  mistar  yang 
terbuat  dari  plastik 
(untuk menggambar/menggambar 
teknik)  dan  mistar 
yang  terbuat  dari 
baja (untuk pengukuran di bidang permesinan). Yang akan dibicarakan
disini mistar  yang  terbuat 
dari  baja  atau 
kuningan  yang  memang 
banyak digunakan untuk pengukuran dalam kerja mesin. Mistar ukur yang
terbuat dari  baja  ini 
bermacam-macam  bentuknya,  misalnya 
meteran  gulung, meteran lipat, mistar
ukur berkait, mistar ukur pendek. Sistem pembagian skalanya juga ada yang
dengan sistem inchi dan ada pula yang dengan sistem metrik. 
1.1. 
Meteran Gulung 
Jenis mistar ukur ini
kebanyakan terbuat dari pelat baja yang tipis dan  bisa 
digulung.  Gulungan  ini 
dimasukkan  dalam  kotak 
sedemikian rupa sehingga cara menggunakannya menjadi lebih praktis. Pada
ujung dari  meteran  lipat 
ini  biasanya  diberi 
semacam  kait  guna 
mengaitkan ujung  ukur  dengan 
benda  ukur  sehingga 
pengukuran  menjadi  lebih mudah. Panjang maksimum dari meteran
lipat ini biasanya mencapai 50 meter. 
Meteran  gulung  ini 
banyak  digunakan  oleh 
pekerja-pekerja bangunan/konstruksi 
bangunan. 
1.2. 
Meteran Lipat 
Meteran lipat ini sebetulnya
merupakan gabungan dari mistar ukur yang 
dihubungkan  oleh  sebuah engsel. Biasanya  terbuat 
dari alumunium atau baja. Dalam penggunaannya memang meteran lipat ini kurang  menguntungkan 
karena  di  samping 
engsel  sering  aus 
juga kemungkinan ketidak lurusan dari garis pengukuran.
1.3. 
Mistar Ukur Berkait (Hook Rule) 
Dengan  mistar 
ukur  berkait  ini 
memberi  kemudahan  kepada 
kita untuk  mengukur  lebar 
alur  ataupun  dalamnya. 
Karena  pada  alat 
ini bagian  ujungnya  diberi 
semacam  kait  persegi 
sehingga  dapat menempatkan pada
posisi nol di bagian-bagian benda ukur yang kurang menguntungkan kalau
digunakan mistar ukur biasa. Untuk benda-benda ukur  yang 
bagian-bagian  tertentu  bentuknya 
menyudut  atau  tirus (chamfer)  mistar 
ukur  berkait  ini 
sangat  cocok  sekali 
digunakan dibandingkan dengan mistar-mistar ukur lainnya.
1.4. 
Mistar Ukur Pendek (Short Rule Set) 
Jenis  mistar 
ukur  ini  merupakan 
satu  set  mistar 
yang  terdiri  dari beberapa 
mistar  ukur  kecil 
yang  bentuknya  pendek-pendek.  Biasanya pada 
proses  pengukuran  dibantu 
dengan  perlengkapan  sebuah pemegang  sehingga 
mempermudah  dalam  menggunakannya.  
1.5. 
Cara Menggunakan Mistar Ukur 
Meskipun  alat 
ukur  yang  bernama 
mistar  ukur  bukan 
merupakan alat  ukur  yang 
begitu  presisi,  akan 
tetapi  untuk  keperluan 
pengukuran dengan  ketelitian  yang 
tidak  begitu  tinggi 
dan  perlu  waktu 
yang  relatif cepat untuk
mengukurnya maka mistar ukur dengan berbagai bentuknya dapat  digunakan. 
Tinggal  bagaimana  cara 
menggunakannya  sehingga
penyimpangan-penyimpangan  dalam  pengukuran 
dapat  dihindari. Tentunya  letak 
dari  mistar  ukur 
harus  betul-betul  sejajar 
dengan  arah memanjang  atau 
tegak  lurus  dengan 
arah  melintang  dari 
benda  yanga akan diukur.
Kadang-kadang untuk keperluan tertentu diperlukan jangka bengkok  atau 
jangka  kaki,  misalnya 
untuk  pengukuran  kasar 
dari diameter luar atau diameter dalam suatu poros dan lubang.
1.5. 
Cara Menggunakan Mistar Ukur 
Meskipun  alat 
ukur  yang  bernama 
mistar  ukur  bukan 
merupakan alat  ukur  yang 
begitu  presisi,  akan 
tetapi  untuk  keperluan 
pengukuran dengan  ketelitian  yang 
tidak  begitu  tinggi 
dan  perlu  waktu 
yang  relatif cepat untuk
mengukurnya maka mistar ukur dengan berbagai bentuknya dapat  digunakan. 
Tinggal  bagaimana  cara 
menggunakannya  sehingga
penyimpangan-penyimpangan  dalam  pengukuran 
dapat  dihindari. Tentunya  letak 
dari  mistar  ukur 
harus  betul-betul  sejajar 
dengan  arah memanjang  atau 
tegak  lurus  dengan 
arah  melintang  dari 
benda  yanga akan diukur.
Kadang-kadang untuk keperluan tertentu diperlukan jangka bengkok  atau 
jangka  kaki,  misalnya 
untuk  pengukuran  kasar 
dari diameter luar atau diameter dalam suatu poros dan lubang.
1.6. 
Cara Pembacaan Skala Ukur Mistar Ukur 
Karena  mistar 
ukur  yang  banyak 
digunakan  dalam  industri 
atau pabrik mempunyai skala dalam inchi dan metrik maka kedua sistem
skala tersebut akan dibicarakan juga dalam pembacaan skala ukur mistar ukur. 
1.6.1. 
Pembacaan Mistar Ukur dalam Inchi 
Dalam  sistem 
inchi  skalanya  dibagi 
dua  sistem  yaitu 
sistem pecahan (fractional) dan sistem per sepuluhan (decimal). 
Sistem Pecahan (Fractional) 
Dalam  sistem 
pecahan  ini  dimensi 
ukuran  dinyatakan  dalam bilangan bulat dan pecahan. Yang banyak
digunakan dalam pengukuran adalah 
1,  ½,  ¼, 
1/8,  1/16,  1/32, 
1/64  inchi.  Jadi, 
ada  skala  kecil 
yang jaraknya  ½  inchi, 
¼  inchi,  sampai 
dengan  1/64  inchi. 
Biasanya  kedua muka  ukurnya 
sudah  dicantumkan  angka 
besarnya  pembagian  skala untuk satu bagian (divisi). Untuk
pembagian skala yang 1, ½, ¼, 1/8 dan 1/16 inchi dicantumkan di muka ukur yang
satu, sedangkan untuk 1/32, dan 1/64 dicantumkan di muka yang lain. Dengan
demikian dalam membacanya tinggal mengalikan baris ke berapa  benda 
ukur  yang  kira-kira 
terletak  segaris  dengan 
skala  (garis) alat  ukur.
Sistem per Sepuluhan (Decimal) 
Dalam  industri-industri  tertentu 
ternyata  lebih  disukai 
mistar  ukur yang pembagian dalam
per sepuluhan. Per sepuluhan di sini artinya satu inchi dibagi sepuluh bagian
yang sama sehingga jarak antara garis satu dengan garis yang kedua yang lain
sama dengan 0.10 inchi. Dari cara ini ada 
pula  yang  1 
inchi  dibagi  dalam seratus 
bagian sehingga  tiap  skala kecil berjarak 0.01 inchi, bahkan
sampai ada yang pembagian skala kecil berjarak 0.01 inchi, bahkan sampai ada
yang pembagian skala kecilnya mencapai seper seperatus ribu inchi. Dan
nampaknya dengan cara atau sistem decimal ini pembacaannya lebih mudah.
1.6.2. 
Pembacaan Mistar Ukur dalam Sistem Metrik 
Mistar ukur dengan sistem
metrik ini ada yang panjangnya sampai 150 
milimeter  dan  ada 
pula  yang  sampai 
300  milimeter.  Satuan 
dasar yang digunakan adalah satuan dasar panjang yaitu meter yang
kemudian diturunkan  menjadi  milimeter 
di  mana  satuan 
ini  digunakan  sebagai satuan  skala 
ukuran untuk  mistar  ukur 
dengan sistem  metrik.  Biasanya pada 
muka  ukurnya  dicantumkan 
angka-angka  1,  2, 
3,  4,  5, 
....  dan seterusnya  sampai 
15  atau  30.  Dari  angka 
1  sampai  dengan 
2 menunjukkan  angka  skala 
ukuran  1  centimeter, 
10  milimeter.  Berarti 
1 sampai 2 dibagi sepuluh bagian yang sama. Dengan demikian jarak satu
skala kecil antara 1 dan 2 adalah 0.1 centimeter = 1 milimeter. Ketelitian mistar
ukur dengan skala metrik ini hanya mencapai 0.5 milimeter, berarti dari angka
ke angka (1 centimeter) dibagi 20 bagian yang sama.
2.  Mistar Ingsut (Jangka sorong) 
Alat ukur ini banyak terdapat
di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-hari mempunyai banyak
sebutan misalnya jangka sorong, mistar 
geser, schuifmaat atau 
vernier.  Pada  batang 
ukurnya  terdapat skala  utama 
yang  cara  pembacaannya 
sama  seperti  pada 
mistar  ukur. Pada  ujung 
yang  lain  dilengkapi 
dengan dua  rahang  ukur 
yaitu  rahang ukur tetap dan
rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini
maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam,
kedalaman dan ketinggian dari benda ukur.   
Di  samping 
skala  utama,  dilengkapi pula  dengan 
skala  tambahan  yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran yaitu yang disebut dengan skala 
nonius.  Adanya  skala 
nonius  inilah  yang 
membedakan  tingkat ketelitian
mistar ingsut. Dalam  pembacaan  skalanya 
ada  yang dalam  sistem 
inchi  dan  ada pula 
yang  dalam sistem metrik.
Biasanya pada masing-masing sisi dari batang 
ukur  dicantumkan  dua 
macam  skala  yaitu 
yang  satu  sisi 
dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. 
Dengan demikian dari satu
alat  ukur  bisa 
digunakan  untuk  mengukur 
dengan  dua  sistem 
satuan sekaligus  yaitu  inchi 
dan  metrik.  Ketelitian 
alat  ukur  mistar 
ingsut  bisa mencapai 0.001 inchi
atau 0.05 milimeter. Ada  pula  mistar 
ingsut  yang  tidak 
dilengkapi  dengan  skala 
nonius. Sebagai  penggantinya  maka 
dibuat  jam  ukur 
yang  dipasangkan sedemikian rupa
sehingga besarnya pengukuran dapat dilihat pada 
jam ukur  tersebut.  Angka 
yang  ditunjukkan  oleh 
jam  ukur  adalah 
angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang menunjukkan
tingkat ketelitian). Jadi ada dua jenis jangka sorong yaitu jangka sorong
(jangka ingsut) dengan skala nonius dan mistar ingsut dengan jam ukur.
Sesuai  dengan  bentuk 
dari  benda  ukur 
maka  saat  ini 
telah  banyak diproduksi mistar
ingsut dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap
sama.
2.1. 
Mistar Ingsut dengan Skala Nonius 
Ada dua macam bentuknya,
yaitu yang hanya mempunyai  rahang
ukur  bawah dan  yang 
lain mempunyai  rahang ukur
bawah  dan  atas. 
Mistar  ingsut  yang 
hanya  mempunyai  rahang 
ukur bawah saja digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam
dari  benda ukur. Sedangkan  mistar 
ukur  yang  mempunyai 
rahang ukur atas  dan  bawah 
dapat  digunakan  untuk 
mengukur  dimensi  luar 
dan dalam,  kedalaman  (depth) 
dan  ketinggian  alur 
bertingkat.  Untuk  skala pembacaan dengan sistem metrik, mistar
ingsut ada yang panjang skala utamanya dari 150 mm, 200 mm, 250 mm dan 300 mm,
bahkan ada juga yang sampai 1000 mm. 
2.2. 
Mistar Ingsut dengan Jam Ukur 
Mistar ingsut jenis ini tidak
mempunyai skala nonius. Sebagai ganti dari 
skala  nonius  maka 
dibuat  jam  ukur. 
Oleh  karena  itu 
namanya menjadi  mistar  ingsut 
jam  ukur.  Pada 
jam  ukurnya  dilengkapi  dengan jarum 
penunjuk  skala  dan 
angka-angka  dari  pembagian 
(divisi)  skala. Jarum  penunjuk 
tersebut  dapat  berputar 
sejalan  dengan  bergeraknya rahang  jalan 
(gerak).  Jadi,  gerak 
lurus  dari  rahang 
ukur  jalan  (sensor) diubah menjadi gerak rotasi dari
jarum penunjuk. Gerak rotasi ini terjadi karena adanya hubungan mekanis antara
roda gigi pada poros jam ukur dengan batang bergigi pada batang ukur. Pada  jam  ukur  biasanya 
sudah  dicantumkan  tingkat-tingkat kecermatannya.  Ada 
yang  tingkat  kecermatannya 
0.10  mm,  ada 
yang 0.05 mm dan ada pula yang sampai 0.02 milimeter. Sedang untuk yang
pembacaannya dalam inchi, tingkat kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan  ada 
yang  0.001  inchi. 
Untuk  yang  tingkat 
kecermatan  0.10  mm, biasanya 
satu  putaran  jarum 
penunjuk  dibagi  dalam 
100  bagian  yang sama. 
Ini  berarti, untuk  satu putaran jarum penunjuk  rahang jalan akan bergerak  100 
x  0.10  mm 
=  10  mm.
2.3. 
Cara Menggunakan Mistar Ingsut 
            Berdasarkan  bagian-bagian 
utama  yang  dipunyai 
oleh mistar  ingsut,  secara 
umum  mistar  ingsut 
dapat  digunakan  antara 
lain untuk mengukur ketebalan, mengukur jarak luar, mengukur diameter
luar, mengukur  kedalaman,  mengukur 
tingkatan,  mengukur  celah, 
mengukur diameter luar, dan sebagainya.Agar pemakaian mistar ingsut
berjalan baik dan tidak menimbulkan kemungkinan-kemungkinan  yang 
dapat  menyebabkan  cepat 
rusaknya mistar ingsut maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu : 
1. 
Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus 
dapat meluncur kelincinan (gesekan) tertentu sesuai denga standar yang
diizinkan dan jalannya rahang ukur harus tidak bergoyang. 
2. 
Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari  kedua 
rahang  ukur  tetapi 
sedapat  mungkin  harus 
masuk  agak kedalam. 
3. 
Harus  dipastikan  bahwa 
posisi  nol  dari 
skala  ukur  dan 
kesejajaran muka rahang ukur betul-betul tepat. 
4. 
Waktu  melakukan  penekanan 
kedua  rahang  ukur 
pada  benda  ukur harus 
diperhatikan  gaya  penekannya.  Terlalu 
kuat  menekan  kedua rahang ukur akan menyebabkan  kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang
ukur.  Disamping itu, bila benda ukur
mudah  berubah  bentuk maka 
terlalu  kuat  menekan 
rahang  ukur  dapat 
menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran. 
5. 
Sebaiknya  jangan  membaca 
skala  ukur  pada 
waktu  mistar  ingsut masih berada pada benda ukur. Kunci
dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca skala
ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul. 
6. 
Jangan  lupa,  setelah 
mistar  ingsut  tidak 
digunakan  lagi  dan 
akan disimpan ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus dijaga dengan cara  membersihkannya  memakai 
alat-alat  pembersih  yang 
telah disediakan misalnya kertas tissue, vaselin, dan sebagainya. 
2.4. 
Cara Membaca Skala Mistar Ingsut 
Mistar ingsut yang banyak
beredar sekarang ada yang mempunyai skala 
ukur  dalam  inchi 
dan  ada  pula 
yang  dalam  metrik. 
Akan  tetapi, kebanyakan  mistar 
ingsut  yang  digunakan 
adalah  dalam  sistem 
metrik. Karena  kedua  sistem 
satuan  tersebut  sama-sama 
digunakan  maka pembahasan cara
membacanya pun kedua-duanya akan dijelaskan. 
2.4.1. 
Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Inchi 
Pada  mistar ingsut dengan skala  inchi, skala vernier(nonius) nya dibagi dalam
25 bagian dan ada juga yang dibagi dalam 50 bagian. Untuk mistar ingsut yang
skala verniernyadibagi dalam 25 bagian, skala utama 1  inchi 
dibagi  dalam  10 
bagian  utama  yang 
diberi  nomor  1 
sampai  9. Berarti  satu 
bagian  skala  utama 
mempunyai  jarak  0.1 
inchi.  Masingmasing  dari 
satu  bagian  skala 
utama  (0.1  inchi) 
dibagi  lagi  dalam 
4 bagian kecil. Untuk mistar ingsut yang skala verniernya dibagi 50
bagian, skala  utama  1 
inchi  juga  dibagi 
dengan  10  bagian. 
Akan  tetapi  yang sepersepuluh bagian (0.1) dibagi lagi
dengan 2 bagian kecil. Berarti satu skala (divisi) dari skala utama berjarak
0.050 inchi. Garis indeks nol skala verniertelah melewati angka satu besar pada
skala  utama  yang 
berarti  ukurannya  menunjukkan 
1  inchi.  Di 
samping melewati angka satu besar, garis nol skala vernierjuga melewati
angka 4 kecil  skala  utama, 
artinya  0.4  inchi. 
Ternyata  garis  nol 
skala verniermelewati satu bagian (divisi) skala utama dari angka 5
kecil, berarti 0.05 inchi  (1  divisi 
skala  utama  = 
0.05  unci).  Kemudian 
dilihat  baris  skala vernieryang segaris dengan baris skala
utama. Ternyata baris ke-9 skala verniersegaris dengan salah satu baris dari
skala utama. Ini berarti ada kelebihan 9 x 0.001 inchi = 0.009 inchi. Dengan
demikian ukuran tersebut menunjukkan : 1 + 0.4 + 0.05 + 0.009 inchi = 1.459
inchi. Garis nol indeks skala verniertelah melewati angka 1 besar skala
utama,  ini  berarti 
ukurannya  =  1 
inchi.  Garis  nol vernier juga  melewati angka 2 kecil skala utama, berarti 2
x 0.1 inchi = 0.2 inchi. Ternyata garis nol skala verniermasih juga melewati
satu skala kecil (divisi) dari skala utama setelah angka 2 kecil tetapi belum
sampai melewati angka 3 kecil, ini berarti ukurannya 0.025 inchi. Setelah dilihat
baris dari skala vernieryang 
segaris  dengan  baris 
dari  skala  utama 
ternyata  baris  ke-13. 
Ini artinya  mempunyai  kelebihan 
sebesar  13  x 
0.001  inchi  = 
0.013  inchi. Secara keseluruhan
ukuran tersebut menunjukkan jarak sebesar : 1 + 0.2 + 0.025 + 0.013 inchi =
1.238 inchi. 
2.4.2. 
Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Metrik 
Sistem  pembacaan 
mistar  ingsut  dengan 
skala  satuan  metrik sebetulnya  sama 
saja  dengan  sistem 
pembacaan  mistar  ingsut 
dalam satuan  inchi.  Perbedaannya 
hanyalah  pada  satuannya dan 
juga  tingkat ketelitian pada skala
nonius (vernier). Untuk mistar ingsut dengan sistem metrik  skala verniernya ada  yang 
mempunyai  ketelitian  sampai 
0.02 (skala vernierdibagi dalam 50 bagian) dan ada yang tingkat ketelitiannya
sampai  0.05  milimeter. 
Tiap  angka  pada 
skala  utama  menunjukkan besarnya jarak dalam centimeter.
Misalnya angka 1 berarti 1 centimeter = 10 milimeter. Jarak antara dua angka berarti
10 milimeter. Jarak ini dibagi dalam 10 
bagian yang sama, berarti satu skala kecil (divisi) pada  skala utama menunjukkan jarak 1 milimeter. Skala  vernier 
sudah  melewati  angka 
2  pada  skala 
utama  yang  berarti menunjukkan  ukuran 
20  mm.  Dari 
angka  2  itu 
pun  masih  melewati 
7 garis, berarti ukurannya 7 mm, akan tetapi belum melewati angka 3
skala utama. Garis nol  ternyata  terletak 
di  antara  baris 
ke  tujuh  dan 
baris  ke delapan  dari 
angka  2  sampai 
3  skala  utama, 
namun  belum  diketahui besarnya.  Untuk 
itu  perlu  mengetahui 
baris  skala  vernier 
yang  segaris dengan  salah 
satu  baris  pada 
skala  utama.  Ternyata 
baris  ke-18  dari skala 
vernier  adalah  segaris 
dengan  salah  satu 
baris  skala  utama. 
Ini berarti  ada  kelebihan 
18  x  0.02 
mm  =  0.36 
mm.  Dengan  demikian keseluruhanukurannya menunjukkan
jarak : 20 + 7 + 0.36 mm = 27.36 mm. 2.5. 
Mistar Ingsut Pengukur Tinggi (Vernier Height Gauge) Salah  satu 
alat  ukur  yang 
prinsip  pembacaannya  sama 
dengan mistar  ingsut  tapi 
penggunaannya  hanya  untuk 
mengukur  ketinggian adalah  mistar 
ukur  ketinggian  (vernier 
height  gauge).  Sistem pembacaannya  ada 
yang menggunakan skala vernier(nonius) dan ada juga  yang 
menggunakan  jam  ukur. 
Salah  satu  bagian 
dari  alat  ukur ketinggian  ini 
juga  dapat  digunakan 
untuk  penggambaran  (menggores) pada  bagian 
permukaan  benda  kerja. 
Secara  keseluruhan  alat 
ukur  ini dapat  diugankan 
untuk  mengukur  tinggi, 
menggambar  garis,
membandingkan  ketinggian,  mengukur 
kemiringan,  mengukur  jarak senter 
lubang  (dengan  bantuan 
peraba  senter),  dan 
membandingkan kedalaman. Sebelum 
digunakan,  posisi  nol 
harus  disetel  terlebih 
dahulu.  Untuk mengukur  ketinggian, 
rahang  ukur  harus 
diletakkan  secara  perlahanlahan 
di  atas  muka 
ukur,  agar  kerusakan 
rahan  ukur  dan 
kesalahan pengukuran  dapat  dihindari. Mistar ingsut mempunyai banyak
macam bentuk yang disesuaikan dengan kondisi dari benda yang akan diukur.
Walaupun banyak macam bentuk akan tetapi 
cara  pembacaannya mempunyai prinsip
yang  sama. Perbedaan  bentuk 
ini hanya pada konstruksi dari 
rahang  ukurnya  saja. Oleh 
karena  itu,  bila 
menjumpai  mistar  ingsut 
yang  konstruksinya agak
berbeda  dengan  yang 
dipakai  sehari-hari  tidak 
perlu  ragu  dalam memakainya karena prinsip pembacaan
skalanya adalah sama. Mistar ingsut digital elektronik dibuat oleh Perusahaan
Starret. Alat ukur ini mempunyai kemampuan jarak linier sepanjang 0 sampai 6
inchi (0  sampai  150 
mm).  Bekerja  secara 
elektronik  dan  hasi 
pengukuran secara  cepat  dan 
mudah  untuk  dibaca 
karena  adanya  sistem 
pencatat digital.  Data  pengukuran 
bisa  langsung  dihubungkan 
ke  komputer  dan printer untuk dianalisis lebih lanjut.
Jenis komputer yang khusus ini dibuat oleh Stareetdengan nomor produksi Starret
720 QC Computer. 
3. 
Mikrometer 
Alat ukur linier langsung
yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer.  Mikrometer 
inipun  mempunyai  bentuk 
yang  bermacammacam  yang 
disesuaikan  dengan bentuk  yang 
bermacam-macam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Bagian
yang sangat penting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya ulir utama
kita dapat menggerakkan  poros  ukur 
menjauhi  dan  mendekati 
permukaan  bidang ukur dari benda
ukur. Ulir  utama  ini 
dibuat  sedemikian  rupa 
sehingga  satu  putaran 
ulir utama dapat menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak
kisar (pitch) ulir. Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi gerak traslasi.
Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya
terjadi  kesalahan  kisar. 
Bila  diamati  kesalahan 
kisar  ini  mulai 
dari  awal gerak  sampai 
batas  akhir  akan 
terjadi  kesalahan  kisar 
yang  biasanya disebut dengan
kesalahan kumulatif. Untuk 
mengurangi  kesalahan  kumulatif dari  kisar 
ulir  utama  maka biasanya 
panjang  ulir  utama 
hanya  dibuat  sampai  25 
mm  yang  berarti panjang poros ukur maksimum hanya 25
mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk pengukuran
yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat landasan
tetap yang dapat diganti-ganti. Secara 
umum,  tipe  dari 
mikrometer  ada  tiga 
macam  yaitu mikrometer  luar 
(outside  micrometer),  mikrometer 
dalam  (insidemicrometer)  dan 
mikrometer  kedalaman  (depth micrometer).  Meskipun mikrometer  ini 
terbagi  dalam  tiga 
tipe  yang  masing-masing 
tipe mempunyai bermacam-macam bentuk, akan tetapi komponen-komponen
penting dan  prinsip baca skalanya  pada 
umumnya  sama.  
3.1. 
Cara Menggunakan Mikrometer 
Mikrometer  adalah 
alat  ukur  yang 
presisi.  Oleh  karena 
itu,  dalam menggunakannya  harus 
dengan  metode  yang 
betul  dan  dengan 
cara yang  hati-hati.  Dengan 
demikian,  keselamatan  alat 
ukur  dan  kesalahan pengukuran  dapat 
dikontrol. Untuk  itu  ada 
beberapa  hal  yang 
harus diperhatikan  bila  akan 
melakukan  pengukuran  dengan 
menggunakan mikrometer. Hal-hal tersebut antara lain yaitu : 
1. 
Permukaan  bidang  ukur 
dari  benda  ukur 
harus  betul-betul  bersih sehingga tidak ada kotoran yang dapat
merusakkan sensor alat ukur dan kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran
adalah kecil. 
2. 
Sebelum  melakukan  pengukuran 
harus  dipastikan  terlebih 
dahulu apakah  posisi  nol 
dari  skala  ukur 
sudah  tepat.  Kalau 
belum  harus dilakukan  penyetelan 
lebih  dulu  dengan 
menggunakan  kunci penyetel. 
3. 
Bila tersedia alat pemegang mikrometer maka sebaiknya mikrometer
diletakkan  pada  alat pemegang 
tersebut  sedemikian  rupa 
sehingga posisinya 
memudahkan  untuk  melakukan 
pengukuran.  Bila  tidak tersedia  alat 
pemegang  mikrometer  maka 
sebaiknya  benda  kerja dipegang dengan tangan kiri dan
mikrometer dengan tangan kanan. Aturlah 
posisinya  sedemikian  rupa  sehingga  skala 
ukurnya  dapat dilihat dan dibaca
dengan mudah. 
4. 
Penekanan  poros  ukur 
terhadap  muka  bidang 
ukur  harus diperhatikan  betul-betul, 
tidak  terlalu  keras 
dan  tidak  terlalu 
lunak. Terlalu keras menekan poros ukur akan cepat merusakkan ulir utama
dan adanya kemungkinan untuk terjadinya perubahan bentuk benda ukur  sehingga 
menimbulkan  kesalahan  pengukuran. 
Terlalu  lunak menekan poros ukur
juga akan menimbulkan kesalahan pengukuran karena  kemungkinan tidak  menyentuhnya sensor pada  bidang 
ukur dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk memastikan tekanan poros ukur
yang  cukup  dapat 
digunakan  alat  pembantu 
pemutar  silinder  putar yaitu gigi gelincir (rachet). Penekanan
poros ukur pada  benda ukur dapat  diatur 
dengan  gigi  gelinchir 
ini  begitu  muka 
poros  ukur menempel pada muka
bidang ukur. 
3.2. 
Cara Pemeliharaan Mikrometer 
Pemeliharaan mikrometer harus
diperhatikan betul-betul. Bila terjadi kerusakan  kecil saja pada mikrometer maka tingkat
kecermatannya  pun menjadi berkurang.
Oleh karena itu, cara menggunakan dan memelihara mikrometer ini harus dilakukan
dengan baik. Setelah dipakai harus dilap yang 
bersih  dengan  kain 
pembersih  yang  disediakan 
dan  harus  diberi vaselin bila disimpan ditempatnya.
Salah  satu  cara 
untuk  mengecek  tingkat 
kecermatannya  adalah dengan cara
kalibrasi. Kalibrasi alat-alat ukur dalam jangka waktu tertentu setelah
digunakan perlu dilakukan untuk mengkalibrasi mikrometer adalah 
sebagai berikut : 
1. 
Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-betul stabil
dalam arti tidak ada goyangan. 
2. 
Mengecek apakah kedudukan posisi nol dari skala ukur sudah tepat. 
3. 
Mengecek  apakah  kedua 
muka ukur  (sensor)  mempunyai 
kerataan dan kesejajaran bila dirapatkan. 
4. 
Mengecek apakah harga-harga yang ditunjukkan oleh skala ukurnya betul-betul  menunjukkan 
harga  yang  benar 
menurut  standar  yang berlaku. 
5. 
Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros ukur dapat
berfungsi dengan baik. 
Bila  hal-hal 
di  atas  dapat 
dilakukan  dengan  baik 
maka  alat  ukur mikrometer  keawetannya 
dapat  dijamin  dan 
tingkat  kecermatannya  pun bisa 
dipelihara.  Ada  dua 
hal  yang  sangat 
penting  untuk  diperhatikan dalam pengecekan mikrometer tersebut
yaitu pemeriksaan kerataan dan kesejajaran muka ukur serta kebenaran skala
ukurnya. 
3.2.1. 
Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur 
Dengan prinsip optis maka
pemeriksaan kerataan salah satu muka ukur 
dapat  dilakukan.  Alat 
bantu  yang  digunakan 
adalah  kaca  datar (optical flat). Kaca datar terbuat dari
gelas atau Batu Sapphireyang satu permukaannya sangat rata dengan toleransi
kerataan antara 0.2 sampai 0.05  um.  (Masalah 
kaca  datar  akan 
disinggung  lagi  pada 
pembahasan pengukuran  permukaan).  Kaca 
datar tidak boleh digosok-gosokan pada muka ukur. Sebab akan merusakkan
kerataan dari kaca datar. Pemeriksaan 
kerataan  adalah  dengan 
bantuan  sinar monochromatis.  Bila 
tidak  ada  sinar 
monochromatis  dapat  juga digunakan  sinar lampu biasa. Kaca datar diletakkan
di  atas muka  ukur. Dengan 
bantuan  sinar  monochromatis 
dapat  dilihat  apakah 
muka  ukur mikrometer masih rata
atau tidak. Bila tidak nampak garis berwarna pada muka  ukur 
setelah  dilihat  melalui 
kaca  datar  maka 
dapat  disimpulkan bahwa muka ukur
adalah rata, bila nampak garis-garis berwarna berarti muka ukur tidak rata.
Ketidak rataan ini dapat dibedakan menurut jumlah garis  berwarna 
yang  nampak  menunjukkan 
adanya  ketidak  rataan sebesar 0.32  mm. Muka ukur mikrometer masih dianggap baik
bila garis berwarna yang nampak paling banyak 2 garis (untuk mikrometer dengan
kapasitas lebih dari 250 mm paling banyak 4 garis). 
3.2.2. 
Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur 
Muka ukur dari mikrometer
tidak saja harus rata, tetapi juga harus sejajar  bila 
dirapatkan  antara  muka 
ukur  yang  satu 
dengan  mua  ukur yang 
lain.  Pemeriksaan  kesejajaran 
muka  ukur  juga 
dapat  dilakukan dengan
menggunakan kaca datar, tetapi kaca datar yang mempunyai dua permukaan yang
rata paralel. Kaca datar seperti ini lebih dikenal dengan nama  kaca 
paralel  (optical  parallel). 
Ketebalan  dari  kaca 
paralel  ini bermacam-macam,  misalnya 
12  mm,  12.12 
mm,  12.25  mm 
dan  12.37 mm. Cara menggunakannya
adalah dengan menjepitkan kaca paralel di antara  kedua 
muka  ukur  dari 
mikrometer.  Cara  menjepitkannya  adalah dengan 
memutar  gigi  gelincir 
(rachet)  secara  hati-hati. 
Seperti  halnya pemeriksaan
kerataan muka ukur, maka untuk pemeriksaan kesejajaran juga menggunakan sinar
monochromatis, bisa juga sinar lampu. Dengan adanya  sinar 
ini  maka  dapat 
dilihat  apakah  ada 
garis  berwarna  pada kedua muka ukur mikrometer yang
diperiksa. Sudah barang tentu untuk memeriksanya  kedua 
muka  ukur  harus 
betul-betul  bersih  dari  kotoran
agar pemeriksaannya seliti. Untuk 
memeriksa  kesejajaran  muka 
ukur  mikrometer  yang mempunyai kapasitas lebih dari 25 mm
dapat digunakan alat bantu lain yaitu blok ukur (gauge block). Blok ukur ini
diletakkan  di  tengah-tengah antara  kedua 
kaca  paralel.  Dengan 
mengamati  jumlah  garis 
berwarna yang  nampak  maka 
dapat  ditentukan  apakah 
kedua  muka  ukur mikrometer  betul-betul 
sejajar  atau  tidak. 
Pemeriksaan  sebaiknya dilakukan
sampai 5  kali pada posisi yang berbeda
yang masing-masing posisi  dicatat  apa 
yang  terjadi.  Kemudian 
hasil  pengamatannya
dibandingkan  dengan  standar 
kesejajaran  yang  diijinkan. 
a. 
Kedua  permukaan  rata 
dan  paralel. Keparalelannya  adalah 
0.32  m  x 
2  ... 0.6 µm 
b. 
Kedua  permukaan  rata 
dan keparalelannya  adalah  0.32 µm 
x  3  = 0.96µm .... 1 µm. 
c. 
Landasan  tetap  bentuknya 
bulat  dengan tingkat
ketidakrataan  sebesar 0.32 µm  x 2 = 0.64 µm. Poros ukur gerak berbentuk
lengkungan  dengan  tingkat 
kemiringan terhadap  landasan  tetap 
0.32 µm  x  3  =
0.96 µm ... 1 µm. Keparalelannya 0.32 µm x 5 = 1.6 µm 
d. 
Landasan  tetap  bentuknya 
bulat  dengan tingkat kebulatan
sebesar 0.6 µm. Poros ukur  gerak  berbentuk 
bulat  pada ujungnya.
Keparalelannya : 0.32 µm x 4 = 1.3 µm.
3.2.3.  Pemeriksaan kebenaran skala ukur mikrometer 
Dalam  sistem 
pengukuran  kita  mempunyai 
ukuran  standar  yang biasa 
digunakan  untuk  membandingkan 
hasil  pengukuran  yang 
kita lakukan. Hasil pengukuran yang dilakukan dengan alat-alat ukur
tertentu harus  sesuai  dengan 
ukuran  standar  diatas. 
Apabila  hasil  pengukuran tidak  sesuai 
dengan  besarnya  harga 
ukuran  standar  maka 
kebenaran skala  alat ukur  yang 
kita  gunakan adalah tidak  tepat atau 
kurang  baik. Demikian juga dengan
kebenaran skala ukur mikrometer, harus diperiksa apakah  harga 
yang  ditunjukkan  oleh 
skalanya  sudah  sesuai 
dengan harga  ukuran  standar. 
Alat  ukur  standar 
yang  biasa  digunakan 
untuk memeriksa kebenaran skala 
ukur  mikrometer  adalah 
blok  ukur  dengan kualitas  kelas 
1  atau  kelas 
2.  pembahasan  lebih 
lanjut  mengenai  blok ukur akan dijumpai pada pembahasan
alat-alat ukur standar. Skala ukur mikrometer yang harus diperiksa adalah mulai
dari ukuran sampai pada ukuran 
maksimum  yaitu  25 
mm.  Blok  ukur 
yang  digunakan  untuk memeriksa  juga 
harus  yang  bertingkat 
biasanya  tingkatan  kenaikan ukurannya adalah 0.5 mm. Bila sudah
diperoleh kepastian bahwa posisi nol betul-betul tepat baru dilakukan
pemeriksaan dengan mengukur blok ukur yang 0.5 mm, dicatat harga yang
ditunjukkan oleh skala mikrometer. Kemudian 
diteruskan  mengukur  blok 
ukur  dengan  ukuran 
yang  lebih tinggi  sampai 
pada  mengukur  blok 
ukur  yang  maksimum. 
Setiap  kali mengukur  blok 
ukur  harus  dicatat 
harga  yang  ditunjukkan 
oleh  skala mikrometer.  
Dengan  demikian 
diperoleh  harga-harga  pengukuran 
blok ukur  dengan  mikrometer 
yang  banyaknya  tergantung 
dari  jumlah  blok ukur 
yang  digunakan  untuk 
pemeriksaan.  Besarnya  tingkat 
kesalahan yang mungkin terjadi adalah: Kesalahan = pembacaan mikrometer
– ukuran blok ukur Kemudian dilakukan pengukuran ulang dengan cara seperti
diatas, hanya mulainya dari pengukuran blok ukur yang maksimum sampai pada
pengukuran blok ukur yang terkecil sampai pada posisi nol semula. Dari
kedua  hasil  pengukuran 
(pengukuran  naik  dan 
pengukuran  turun) diperoleh harga
rata-ratanya. Dengan adanya harga rata-rata inilah maka dibuat grafik tingkat
kesalahan kumulatif (cumulative error).
3.3. 
Cara Membaca Skala Ukur Mikrometer 
Sistem  pembacaan 
mikrometer  ada  yang 
menggunakan  sistem Inchi  dan 
ada  pula  yang 
menggunakan  sistem  matrik. 
Yang  paling banyak  digunakan 
dalam  praktek  sehari-hari 
adalah  sistem  metrik. 
Karena kedua sistem tersebut digunakan
maka untuk mengenalkan cara 
pembacaannya kedua-duanya akan
dibicarakan. 
3.3.1. Cara Pembacaan Skala Ukur
Mikrometer dan Inchi 
Pada skala tetap(sleeve),
jarak dari angka 1 sampai angka 2 adalah 0.1 
inchi.  Antara angka1 dan  angka 
2  dibagi  lagi 
dalam 4  bagian  yang sama. 
Berarti  satu  skalanya 
kecil  berjarak  0.025 
inchi.  Ulir  utama mempunyai  gang 
sebanyak 40  gang  per 
inchi. Bila  ulir  utama berputar satu  putaran 
penuh  maka  poros 
ukur  akan  maju 
sejauh  1/40  inchi (0.0025). Pada  skala 
putar  (thimble), dari garis nol
ke  garis 
nol  lagi  (berarti satu 
putaran  penuh  skala 
putar)  dibagi  dalam 
25  bagian.  Karena 
satu putaran penuh skala putar menyebabkan perpindahan 0.0025 inchi maka
satu  skala  (divisi) 
berjarak  1/25  x 
0.0025  inchi  = 
0.001  inchi.  Dengan dasar besarnya jarak satu skala pada
tetap dan pada skala putar maka kita 
dapat  menentukan  ukuran 
benda  ukur.  
Ada  pula 
mikrometer  yang  dilengkapi 
dengan  skala vernier sehingga  memungkinkan 
mikrometer  tersebut  memiliki 
tingkat kecermatan  sampai  0.0001 
inchi  atau  0.001 
milimeter.
Pada  dasarnya 
cara  membacanya  sama 
saja  dengan  cara membaca 
skala  ukur  mikrometer 
dalam  inchi  seperti 
yang  telah dijelaskan di atas.
Ulir utama mempunyai jarak gang (pitch) sebesar 0.5 mm.  Berarti, 
satu  putaran  penuh 
poros  ulir  utama 
akan  menggerakkan poros ukur dan
skala putar (thimble) sejauh 0.5 mm. Hal ini berarti juga satu  skala 
tetap  mempunyai  jarak 
0.5  mm.  Biasanya 
pada  skala  tetap dicantumkan  angka-angka 
sebagai  berikut  0,  5,  10, 
15,  20,  dan 
25. Angka-angka ini menunjukkan jarak. Misalnya angka 5 berarti jaraknya
5 mm,  angka  25 
berarti  jaraknya  25 
mm.  Antara  0 
–  5  dibagi 
dalam  10 bagian yang  sama yang 
berarti satu bagian  skala  kecil (divisi) jaraknya 1/10 x 5 mm = 0.5 mm.
Pada skala putar, dari garis nol melingkar 360° menuju  ke 
garis  nol  lagi 
dibagi  dalam  50 
bagian  yang  sama. 
Dengan demikian satu skala kecil (divisi) pada skala putar 1/50 x 0.5 mm
= 0.01 mm. Karena satu putaran penuh skala putar berarti juga memutar dari nol
ke nol (50 bagian = 0.5 mm). Dengan dasar ini maka kita dapat membaca skala
ukur yang ditunjukkan oleh skala ukur mikrometer dalam metrik.
3.4. 
Beberapa Contoh Penggunaan Mikrometer 
Telah  dikemukakan 
di  muka  bahwa 
secara  umum  mikrometer terbagi  dalam 
tiga  tipe  yaitu 
mikrometer  luar,  mikrometer 
dalam  dan mikrometer kedalaman.
Mikrometer luar digunakan untuk mengukur jarak luar  atau 
diameter  luar.  Mikrometer 
dalam  digunakan  untuk 
mengukur jarak  dalam  atau 
diameter  dalam.  Mikrometer 
kedalaman  digunakan untuk
mengukur kedalaman suatu lubang atau alur. 
B. 
Alat Ukur Linier Tak Langsung dan Cara Menggunakannya 
Pada pengukuran linier
langsung hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada skala ukur alat ukur
yang digunakan karena memang dari alat 
ukur  tersebut  memungkinkan 
untuk  maksud-maksud  di 
atas.  Akan tetapi,  kadang-kadang 
kita  tidak  bisa 
melakukan  pengukuran  langsung dikarenakan  adanya 
pengukuran  yang  memerlukan 
kecermatan  yang tinggi  ataupun 
karena  bentuk  benda 
ukur  yang  tidak 
memungkinkan untuk  diukur dengan
alat ukur langsung.  Untuk keadaan
seperti di  atas maka biasanya dilakukan
pengukuran tak langsung, dalam hal ini adalah pengukuran linier. Untuk
melakukan pengukuran linier tak langsung ada dua jenis alat ukur yang biasa
digunakan yaitu alat ukur standar dan alat ukur pembanding. 
1. 
Alat Ukur Standar 
Yang termasuk dalam kategori
alat ukur standar untuk pengukuran linier tak langsung adalah: Blok ukur,
batang ukur dan kaliber induk tinggi. 1.1. Blok Ukur (Gauge Blok) Blok ukur
dikenal juga dengan berbagai nama misalnya end gauge, slip gauge, jo
gauge(johanson gauge). Sebagai alat ukur standar, maka blok ukur ini dibuat
sedemikian rupa sehingga fungsinya sesuai dengan namanya  yaitu 
alat  ukur  standar. 
Alat  ukur  ini 
berbentuk  segi  empat panjang 
dengan  ukuran  ketebalan 
yang  bermacam-macam.  Dua 
dari  6 permukaannya adalah sangat
halus, rata dan sejajar. Kedua permukaan ini sangat halus dan rata maka antara
blok ukur yang satu dengan blok ukur yang lain dapat digabungkan/disusun tanpa
perantara alat lain. Bila penyusunannya 
dilakukan  dengan  teliti 
maka  akan  diperoleh 
suatu susunan  blok  ukur 
yang  sangat  kuat 
seolah-olah  blok  ukur 
yang  satu dengan  yang 
lain  sangat  melekat. 
Dengan  menyusun  blok 
ukur  yang mempunyai  ukuran 
tertentu  maka  kita 
dapat  mengecek  atau mengkalibrasi ukuran yang lain. Karena
blok  ukur  ini 
diperlukan  untuk  pengukuran 
presisi  sebagai alat  ukur standar maka  alat 
ukur ini harus dibuat  dari bahan
yang  kuat dan tahan lama. Biasanya bahan
untuk membuat blok ukur adalah baja, karbon tinggi, baja paduan atau karbida.
Dengan perlakuan proses panas tertentu 
maka  logam  ini 
mempunyai  sifat-sifat:  tahan 
terhadap  keausan karena  tingkat kekerasannya tinggi yaitu  65 RC, tahan terhadap korosi, koefisien muai
panjangnya sama dengan baja karbon yaitu 12 x ,tingkat kestabilan dimensinya tinggi.
Kegunaan  dari  blok 
ukur  ini  antara 
lain  untuk:  mengecek 
dimensi ukuran  alat-alat  ukur, 
mengkalibrasi  alat  ukur 
langsung  seperti  mistar ingsut, mikrometer dan mistar
ketinggian, menyetel komparator dan jam ukur, menyetel posisi batang sinus
dan  senter sinus dalam pengukuran
sudut,  dan  mengukur 
serta  menginspeksi  komponen-komponen  yang presisi di dalam ruang inspeksi. 
1.1.1       
Set Blok Ukur dan Tingkat Kualitasnya 
Karena blok ukur ini
penggunaannya dengan jalan menyusun atau menggabungkan  maka 
sudah  tentu  diperlukan 
jumlah  blok  ukur 
yang cukup. Biasanya jumlah blok ukur ini dikelompokan dalam satu set
blok ukur dengan jumlah dan tingkatan ukuran yang sudah tertentu. Dimensi blok
ukur dibuat dalam versi yaitu dalam standar inchi dan standar metrik.
Untuk  blok  ukur 
yang  sistem  satuannya 
dalam  inchi  dikelompokkan dalam  satu 
set  yang  terdiri 
dari  blok  ukur 
dengan  berbagai  tingkatan, yaitu  dari 
0.0001  inchi,   0.001 
inchi,  0.050  inchi, 
sampai  dengn  1.000 inchi. 
.
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
setiap ilmu pengetahuan, pengukuran menghasilkan deskripsi kuantitatif dan
kualitatif dari suatu proses produk yang membuat kita memahami langkahnya dan hasilnya.
Dan akan semakin berkembang jika kita memilih teknik dan utilitas yang lebih
baik untuk mengendalikan dan memaksimalkan kinerja suatu proses, produk dan
resources (sumber) yang ada. Karena seorang engineer tidak dapat dikatakan
sebagai engineer sejati, apabila kita tidak dapat membangun sebuah pondasi yang
solid untuk pengukuran yang berbasiskan teori.
Untuk memperoleh suatu produk yang memiliki
karakteristik geometris ideal menurut ukuran standard yang dibuat oleh manusia
tidaklah semata-mata dipengaruhi oleh proses pengerjaannya pada mesin,
melainkan juga dipengaruhi oleh manusia itu sendiri, dari bagaimana manusia itu
merencanakannya dan bagaimana pula kondisi materialnya. Oleh karena itu, bagian
perencanaan suatu komponen sudah seharusnya memperhatikan tentang
perbedaan-perbedaan ukuran yang diizinkan sehingga fungsi dari komponen yang
dibuat terpenuhi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jadi, bagian perencanaan
harus memperhatikan masalah kualitas desain. Di samping itu perlu pula diperhatikan
masalah kualitas materialnya. Bagaimana kekuatannya, kekerasannya, dan
sebagainya. Karena kualitas material juga akan berpengaruh pada kuantitas
fungsional.
Dengan demikian, apabila bagian perencanaan telah
merencanakan suatu komponen dengan perhitungan-perhitungan tertentu, kemudian
dalam proses pengerjaannya pada mesin perkakas dapat mengurangi sekecil mungkin
adanya penyimpangan-penyimpangan, maka dapat diharapkan diperolehnya suatu
produk yang memiliki karakteristik geometris ideal menurut ukuran kemampuan
manusia. Dan sekaligus dengan cara ini pula maka kualitas fungsional dari
komponen yang dibuat bisa dipenuhi sesuai dengan tujuan. Sebagai hasil terbesar
dari usaha manusia mengurangi adanya penyimpangan dalam proses pengerjaan suatu
produk adalah munculnya prinsip dasar dalam dunia industri yaitu pembuatan
komponen yang memiliki sifat mampu tukar (interchangeability). Salah satu
contoh sederhana dari pembuatan komponen dengan sifat mampu tukar adalah
pembuatan poros dan roda sudu pompa sentrifugal. Poros dan lubang roda sudu
yang dibuat sengaja diberi kelonggaran tertentu. Namun kelonggaran tersebut
masih dalam batasan-batasan maksimum dan minimum.
B.  Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana cara mengkalibrasi pengukuran dalam kehidupan sehari-hari?
1.2.2 Bagaimana cara menggunakan alat ukur dan cara
perawatanya dengan baik dan benar?
C. Tujuan
dan Manfaat 
a. Tujuan 
1.   Menyebutkan
beberapa macam alat ukur linier langsung. 
2.  Menggunakan, 
membaca  skala  ukur 
dan  memelihara  alat-alat 
ukur linier     langsung. 
3.  Menyebutkan bagian-bagian dari mistar ingsut
mikrometer dan mistar ingsut ketinggian. 
4.   Menyebutkan
beberapa macam alat ukur linier tak langsung. 
5.   Menggunakan
dan memelihara alat-alat ukur linier tak langsung..
b. Manfaat 
1.   
Untuk
mengetahui prinsip pengukuran.
2.   
Memahami
bagaimana cara menggunakan alat ukur.
3.   
Mengetahui
cara untuk merawat alat ukur.
 
 
No comments:
Post a Comment