1. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan jaman, pembangunan di Indonesia telah
menyebar, tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja, tapi telah merambah ke
daerah-daerah, di seluruh pelosok tanah air. Dalam pembangunan tersebut banyak
bangunan besar seperti gedung, jembatan, menara dan bangunan lain didirikan.
Untuk menahan beban bangunan yang berat tersebut tentunya diperlukan pondasi
yang kokoh. Apabila kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan bangunan
tersebut, maka beban bangunan harus diteruskan ke lapisan tanah keras di
bawahnya. Untuk itu sering dipakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang
pancang atau bored pile.
Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas
dan kosong, dimana getaran yang ditimbulkan pada saat aktifitas pemancangan
berlangsung tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, Namun jika bangunan tersebut
didirikan di lokasi yang telah padat penduduknya, maka getaran yang ditimbulkan
akan menimbulkan masalah karena sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan di
sekitarnya. Dalam hal ini pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan
pondasi yang tepat. Pada proyek besar dimana sarana transportasinya mendukung,
dalam pembuatan bored pile sering digunakan alat berat berupa crane. Namun
untuk proyek kecil apalagi jika sarana transportasinya kurang mendukung,
penggunaan crane sering mengalami kesulitan karena untuk mobilisasinya
dibutuhkan pendanaan yang cukup besar, sehingga biaya proyek menjadi tidak
ekonomis lagi.
2. PROSES PENGEBORAN
Pengeboran dengan sistem dry drilling :
tanah dibor dengan menggunakan mata bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman
0,5 meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan.
Pengeboran dengan sistem wash boring
: tanah dikikis dengan menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai
kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Pengikisan tanah dibantu dengan
tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini
menyebabkan tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.
Setelah mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan,
sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air
sirkulasi tetap berlangsung terus sampai cutting atau serpihan tanah
betul-betul terangkat seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja
tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup
bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang bor
diharapkan hasil pengecoran akan baik hasilnya.
3. PROSES PEMBERSIHAN LUBANG
Tahap kedua adalah pembersihan dasar lubang bor
dari longsoran dan lumpur yang terjadi. Pembersihan harus dilakukan dengan alat
pembersih khusus (cleaning bucket) dengan ukuran yang sesuai dengan lubang bor.
Untuk memastikan bahwa lubang tersebut sudah bersih, maka sebelum dan sesudah
pembersihan harus dilakukan pengukuran kedalaman dasar lubang bor dengan
menggunakan pita ukur. Waktu untuk pembersihan dan kedalaman dari lubang bor
setelah pembersihan dilakukan ini harus dicatat pada piling records.
4. PEMASANGAN BESI BETON DAN PIPA TREMIE
Tahap ketiga adalah penyetelan/pemasangan besi beton
dan tremie . Kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan bantuan
diesel winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan
hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor.
Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang
bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor. Apabila kebutuhan
baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat
kawat beton dengan panjang overlap 30 - 40 D atau dengan cara las.
Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa
tremi disambung dan dimasukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman
lubang bor. Apabila pada waktu pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan
terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan ulang
dengan memasang head kombinasi diameter 6″ ke diameter 2″. Dengan memompakan
air kedalam stang bor dan pipa tremi, maka runtuhan-runtuhan dan tanah yang
menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan kembali.
5. PENGUKURAN KEMBALI KEDALAMAN PENGEBORAN
Setelah tulangan terpasang di dalam lubang, maka
harus dilakukan pengukuran kembali kedalaman lubang bor. Apabila ternyata
terjadi pengurangan kedalaman lubang bor dibandingkan dengan kedalaman pada
saat pembersihan selesai dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harns
dikeluarkan dan pembersihan kembali lubang bor harus dilakukan
6. PENGECORAN BETON
o
Tahap keempat adalah pekerjaan pengecoran beton
ke dalam lubang bor. Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur bor pada
pengecoran awal, digunakan kantong plastik yang telah diisi adukan beton dan
diikat dengan kawat beton yang digantung di bagian dalam lubang tremi.
o
Setelah tenaga cor siap, beton ditampung di
dalam corong cor dan ditahan oleh bola-bola beton pada kantong plastik. Setelah
cukup penuh, bola kantong plastik dilepas sehingga terdorong beton yang ada di
dalam lubang tremi. Selanjutnya penuangan beton dilakukan dengan cepat sehingga
cukup untuk mendorong air lumpur bor yang ada di dalam lubang tremi. Slump
adukan beton untuk bored pile tidak boleh terlalu rendah (minimal 16 cm)
sehingga mudah mengalir dan mendorong lumpur yang ada di dalam lubang bor.
o
Pengecoran selanjutnya dilakukan secara kontinyu
dan tidak terputus lebih dari 10 menit. Dengan sistem tremi ini pengecoran
dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah keluar
lubang.
o
Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie
tertanam beton biasanya beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari
bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, dilakukan hentakan
hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam dalam adukan beton
dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak
kosong.
o
Pipa tremi dilepas setiap 2 meter dan dilakukan
setelah pipa tremi naik ke permukaan lubang lebih dari 2 meter.
o
Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang
naik ke permukaan telah bersih dari lumpur. Bila pengecoran dihentikan di bawah
permukaan tanah (karena perhitungan adanya galian tanah), maka tinggi
pengecoran minimal harus 0,5 meter di atas level rencana bagian atas bored pile
(sampai beton pada rencana bagian atas tidak tercampur Lumpur lagi).
o
Pembersihan dan pemasangan kembali.
o
Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua
peralatan dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk
dipakai pada titik bor berikutnya.
No comments:
Post a Comment