BAB
2. PEMBAHASAN
D. Landasan Teori
Metrologi adalah ilmu yang mempelajari
pengukuran besaran teknik, sedangkan Metrologi Industri adalah ilmu yang
mempelajari pengukuran dimensi dan karakteristik geometrik suatu produk,
menggunakan alat ukur sehingga didapatkan hasil yang mendekati hasil yang
sebenarnya. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui
dengan suatu besaran yang standar. Besaran adalah standar yang digunakan dalam
pengukuran. Besaran terdiri dari dua jenis:
·
Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar
internasional, berdiri sendiri, dan dapat dijadikan acuan.
·
Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa
variabel dalam bentuk persamaan.
Syarat-syarat besaran adalah:
·
Dapat didefinisikan secara fisik.
·
Dapat digunakan dimana saja.
·
Tidak berubah terhadap waktu.
Agar bisa diukur, maka suatu produk harus mempunyai
karakteristik geometrik antara lain:
·
Dimensi
·
Posisi
·
Bentuk
·
Kualitas permukaan
Jenis-jenis pengukuran dalam Metrologi Industri:
1. Pengukuran Linear
2. Pengukuran Sudut
3. Pengukuran Kerataan dan
Kedataran
4. Pengukuran Profil
5. Pengukuran Ulir
6. Pengukuran Roda Gigi
7. Pengukuran Posisi
8. Pengukuran Kekasaran
Permukaan
Jenis-jenis alat ukur:
Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang
lengkap, sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh.
Contohnya : jangka sorong, mikrometer.
2. Alat Ukur Pembanding
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran
suatu produk dengan ukuran dasar produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu
dengan blok ukur.
Contohnya : dial indicator.
3. Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala
nominal, tidak dapat memberikan hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan
untuk alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
Contohnya : blok ukur.
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah
dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar dari daerah toleransi produk
tersebut.
Contohnya : kaliber lubang dan kaliber poros.
5. Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam
proses pengukuran. Sebenarnya alat ini tidak bisa mengukur objek, namun karena
peranannya yang sangat penting dalam pengukuran maka alat ini dinamakan juga
dengan alat ukur.
Contohnya : meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur
geometri yang khas, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi pada
roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat dilengkapi skala dan dilengkapi alat
pencatat atau penganalisis data.
Contohnya alat ukur roda gigi.
2. Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur ysang memiliki sensor yang dapat
digerakkan dalam ruang, digunakan untuk menentukan posisi
Contohnya alat ukur posisi.
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:
1. Alat ukur mekanik
2. Alat ukur elektrik
3. Alat ukur optik
4. Alat ukur pneumatik
5. Alat ukur hidrolik dan
aerodinamik
Konstruksi umum dari alat
ukur:
1. Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur
dengan objek ukur.
Terdiri dari
·
Sensor mekanik
·
Sensor optik
·
Sensor pneumatik
2. Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal
yang dirasakan oleh sensor menjadi besaran ynag terukur.
Terdiri dari:
·
Pengubah mekanik
·
Pengubah optomekanik
·
Pengubah elektrik
·
Pengubah opto elektrik
·
Pengubah pneumatik
·
Pengubah optik
3. Penunjuk
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga
pengukuran.
Terdiri dari:
·
Penunjuk beskala
ü Skala linear
ü Skala melingkar
·
Penunjuk digital
ü Digital mekanik
ü Digital elektrik (LED)
Adapun sifat dari alat
ukur adalah:
1. Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan
pengkalibrasian.
Tingkatan tersebut adalah
·
Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.
·
Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.
·
Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional.
·
Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar
internasional.
2. Kepekaan
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan
yang relatif kecil dari harga pengukuran.
3. Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk
memberikan harga pengukuran yang jelas dan berarti.
4. Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu
dilakukan pengukuran secara kontinu dari dua arah yang berlawanan.
5. Pergeseran
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga
ukur sementara sensor tidak memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
6. Kepasifan
Terjadi apabila sensor telah memberikan sinyal, namun
penunjuk tidak menunjukkan perubahan pada harga ukur.
7. Kestabilan nol
Yaitu kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol
ketika sensor tidak lagi bekerja.
8. Pengambangan
Yaitu suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak
menunjukkan harga ukur yang konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah
posisi atau bergerak.
Sifat dari pengukuran:
·
Ketelitian (Accuracy), yaitu kemampuan alat ukur untuk
memberikan nilai yang mendekati harga yang sebenarnya.
·
Ketepatan (Precision), yaitu kemampuan alat ukur untuk
memberikan nilai yang sama dari beberapa pengukuran yang dilakukan
·
Kecermatan (Resolution), yaitu skala terkecil yang mampu dibaca
oleh alat ukur.
Metode-metode pengukuran dalam Metrologi Industri
1. Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur langsung dimana hasil pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2. Pengukuran Tak Langsung
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur pembanding dan alat ukur standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat
diperoleh secara langsung.
3. Pengukuran dengan Kaliber
Batas
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar daerah
toleransi produk tersebut.
4. Membandingkan dengan Bentuk
Standar
Yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan
bentuk produk dengan bentuk standar dari produk tersebut. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.
Toleransi adalah perbedaan ukuran antara
kedua harga batas, dimana ukuran atau jarak permukaan batas geometri komponen
harus terletak. Suaian adalah hubungan antara dua komponen yang akan dirakit,
yang ditimbulkan adanya perbedaan ukuran bagi pasangan elemen geometrik saat
mereka disatukan. Kalibrasi adalah membandingkan suatu alat ukur (skala atau
harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Langkah-langkah
kalibrasi yaitu melakukan pengkalibrasian alat ukur dengan alat ukur yang lebih
tinggi tingkatannya pada rantai kalibrasi, sehingga alat ukur tersebut dapat
mempunyai aspek keterlacakkan (trace ability).
2.2 Teori Dasar Alat Ukur
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah
:
1. Mistar Ingsut (Jangka Sorong)
150 mm dan 100 mm.
2. Mikrometer rahang luar
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi
luar suatu benda.
1. Mikrometer rahang dalam
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi
dalam suatu benda.
1. Mikrometer kedalaman.
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur kedalaman
lubang. Mistar Ingsut atau Jangka
Sorong adalah alat ukur dimensi linier atau panjang yang memiliki dua skala
yaitu Skala Utama dan Skala Nonius. Skala Utama adalah skala panjang dan Skala
Nonius adalah skala yang digeser-geser. Mikrometer adalah alat ukur dengan
prinsip kerja dengan informasi gerak melingkar skala yang diputar menjadi gerak
tranfersal pada sensornya.
Mistar Ingsut digunakan untuk mengukur:
1. Dimensi Luar.
2. Ketebalan.
3. Diameter Dalam.
4. Kedalaman Lubang.
Mikrometer digunakan untuk mengukur:
1. Ketebalan dinding atas.
2. Ketebalan alas dari suatu
produk.
3. Diameter dalam dan luar.
Jenis-jenis suian antara lain :
·
Suaian Paksa.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi poros selalu
berada di atas daerah toleransi lubang.
·
Suian Pas.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang
berpotongan dengan toleransi poros.
·
Suaian longgar.
Dapat didefinisikan dimana daerah toleransi lubang selalu
berada di atas daerah toleransi poros.
PENGUKURAN LINIER
Sebagian besar pengukuran
geometris benda ukur dalam metrologi industri adalah menyangkut pengukuran linier atau pengukuran
panjang (jarak), diameter poros, tebal gigi, tinggi,
lebar, kedalaman, perhitungan sudut
dengan metode sinus
atau tangent, kesemuanya
itu merupakan contoh dari
dimensi panjang (linier)
dari benda ukur
yang memang mempunyai variasi
bentuk panjang yang
bermacam-macam. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana cara
mengukurnya dan alat-alat ukur apa saja yang
bisa digunakan untuk
mengukurnya. Berdasarkan cara mengukurnya maka
dapat dibedakan dua
jenis pengukuran yaitu pengukuran linier langsung dan
pengukuran linier tak langsung.
A.
Alat ukur linier langsung dan cara menggunakannya
Telah dikemukakan bahwa
pegukuran langsung adalah pengukuran yang
hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala
ukur dari alat ukur
yang digunakan. Dengan
demikian alat ukur
yang digunakan juga alat
ukur yang mempunyai
skala yang bisa
langsung dibaca skalanya. Alat
ukur linier langsung yang banyak digunakan dalam praktek sehari-hari dapat
digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu :
1.
Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk.
2.
Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk.
3.
Mikrometer dengan berbagai bentuk.
1.
Mistar Ukur
Dalam kehidupan
sehari-hari dikenal yang
namanya mistar atau penggaris. Ada yang terbuat dari kayu,
ada yang dari bahan plastik, dan ada pula yang terbuat dari baja atau
kuningan.Yang paling banyak saat ini
adalah mistar yang
terbuat dari plastik
(untuk menggambar/menggambar
teknik) dan mistar
yang terbuat dari
baja (untuk pengukuran di bidang permesinan). Yang akan dibicarakan
disini mistar yang terbuat
dari baja atau
kuningan yang memang
banyak digunakan untuk pengukuran dalam kerja mesin. Mistar ukur yang
terbuat dari baja ini
bermacam-macam bentuknya, misalnya
meteran gulung, meteran lipat, mistar
ukur berkait, mistar ukur pendek. Sistem pembagian skalanya juga ada yang
dengan sistem inchi dan ada pula yang dengan sistem metrik.
1.1.
Meteran Gulung
Jenis mistar ukur ini
kebanyakan terbuat dari pelat baja yang tipis dan bisa
digulung. Gulungan ini
dimasukkan dalam kotak
sedemikian rupa sehingga cara menggunakannya menjadi lebih praktis. Pada
ujung dari meteran lipat
ini biasanya diberi
semacam kait guna
mengaitkan ujung ukur dengan
benda ukur sehingga
pengukuran menjadi lebih mudah. Panjang maksimum dari meteran
lipat ini biasanya mencapai 50 meter.
Meteran gulung ini
banyak digunakan oleh
pekerja-pekerja bangunan/konstruksi
bangunan.
1.2.
Meteran Lipat
Meteran lipat ini sebetulnya
merupakan gabungan dari mistar ukur yang
dihubungkan oleh sebuah engsel. Biasanya terbuat
dari alumunium atau baja. Dalam penggunaannya memang meteran lipat ini kurang menguntungkan
karena di samping
engsel sering aus
juga kemungkinan ketidak lurusan dari garis pengukuran.
1.3.
Mistar Ukur Berkait (Hook Rule)
Dengan mistar
ukur berkait ini
memberi kemudahan kepada
kita untuk mengukur lebar
alur ataupun dalamnya.
Karena pada alat
ini bagian ujungnya diberi
semacam kait persegi
sehingga dapat menempatkan pada
posisi nol di bagian-bagian benda ukur yang kurang menguntungkan kalau
digunakan mistar ukur biasa. Untuk benda-benda ukur yang
bagian-bagian tertentu bentuknya
menyudut atau tirus (chamfer) mistar
ukur berkait ini
sangat cocok sekali
digunakan dibandingkan dengan mistar-mistar ukur lainnya.
1.4.
Mistar Ukur Pendek (Short Rule Set)
Jenis mistar
ukur ini merupakan
satu set mistar
yang terdiri dari beberapa
mistar ukur kecil
yang bentuknya pendek-pendek. Biasanya pada
proses pengukuran dibantu
dengan perlengkapan sebuah pemegang sehingga
mempermudah dalam menggunakannya.
1.5.
Cara Menggunakan Mistar Ukur
Meskipun alat
ukur yang bernama
mistar ukur bukan
merupakan alat ukur yang
begitu presisi, akan
tetapi untuk keperluan
pengukuran dengan ketelitian yang
tidak begitu tinggi
dan perlu waktu
yang relatif cepat untuk
mengukurnya maka mistar ukur dengan berbagai bentuknya dapat digunakan.
Tinggal bagaimana cara
menggunakannya sehingga
penyimpangan-penyimpangan dalam pengukuran
dapat dihindari. Tentunya letak
dari mistar ukur
harus betul-betul sejajar
dengan arah memanjang atau
tegak lurus dengan
arah melintang dari
benda yanga akan diukur.
Kadang-kadang untuk keperluan tertentu diperlukan jangka bengkok atau
jangka kaki, misalnya
untuk pengukuran kasar
dari diameter luar atau diameter dalam suatu poros dan lubang.
1.5.
Cara Menggunakan Mistar Ukur
Meskipun alat
ukur yang bernama
mistar ukur bukan
merupakan alat ukur yang
begitu presisi, akan
tetapi untuk keperluan
pengukuran dengan ketelitian yang
tidak begitu tinggi
dan perlu waktu
yang relatif cepat untuk
mengukurnya maka mistar ukur dengan berbagai bentuknya dapat digunakan.
Tinggal bagaimana cara
menggunakannya sehingga
penyimpangan-penyimpangan dalam pengukuran
dapat dihindari. Tentunya letak
dari mistar ukur
harus betul-betul sejajar
dengan arah memanjang atau
tegak lurus dengan
arah melintang dari
benda yanga akan diukur.
Kadang-kadang untuk keperluan tertentu diperlukan jangka bengkok atau
jangka kaki, misalnya
untuk pengukuran kasar
dari diameter luar atau diameter dalam suatu poros dan lubang.
1.6.
Cara Pembacaan Skala Ukur Mistar Ukur
Karena mistar
ukur yang banyak
digunakan dalam industri
atau pabrik mempunyai skala dalam inchi dan metrik maka kedua sistem
skala tersebut akan dibicarakan juga dalam pembacaan skala ukur mistar ukur.
1.6.1.
Pembacaan Mistar Ukur dalam Inchi
Dalam sistem
inchi skalanya dibagi
dua sistem yaitu
sistem pecahan (fractional) dan sistem per sepuluhan (decimal).
Sistem Pecahan (Fractional)
Dalam sistem
pecahan ini dimensi
ukuran dinyatakan dalam bilangan bulat dan pecahan. Yang banyak
digunakan dalam pengukuran adalah
1, ½, ¼,
1/8, 1/16, 1/32,
1/64 inchi. Jadi,
ada skala kecil
yang jaraknya ½ inchi,
¼ inchi, sampai
dengan 1/64 inchi.
Biasanya kedua muka ukurnya
sudah dicantumkan angka
besarnya pembagian skala untuk satu bagian (divisi). Untuk
pembagian skala yang 1, ½, ¼, 1/8 dan 1/16 inchi dicantumkan di muka ukur yang
satu, sedangkan untuk 1/32, dan 1/64 dicantumkan di muka yang lain. Dengan
demikian dalam membacanya tinggal mengalikan baris ke berapa benda
ukur yang kira-kira
terletak segaris dengan
skala (garis) alat ukur.
Sistem per Sepuluhan (Decimal)
Dalam industri-industri tertentu
ternyata lebih disukai
mistar ukur yang pembagian dalam
per sepuluhan. Per sepuluhan di sini artinya satu inchi dibagi sepuluh bagian
yang sama sehingga jarak antara garis satu dengan garis yang kedua yang lain
sama dengan 0.10 inchi. Dari cara ini ada
pula yang 1
inchi dibagi dalam seratus
bagian sehingga tiap skala kecil berjarak 0.01 inchi, bahkan
sampai ada yang pembagian skala kecil berjarak 0.01 inchi, bahkan sampai ada
yang pembagian skala kecilnya mencapai seper seperatus ribu inchi. Dan
nampaknya dengan cara atau sistem decimal ini pembacaannya lebih mudah.
1.6.2.
Pembacaan Mistar Ukur dalam Sistem Metrik
Mistar ukur dengan sistem
metrik ini ada yang panjangnya sampai 150
milimeter dan ada
pula yang sampai
300 milimeter. Satuan
dasar yang digunakan adalah satuan dasar panjang yaitu meter yang
kemudian diturunkan menjadi milimeter
di mana satuan
ini digunakan sebagai satuan skala
ukuran untuk mistar ukur
dengan sistem metrik. Biasanya pada
muka ukurnya dicantumkan
angka-angka 1, 2,
3, 4, 5,
.... dan seterusnya sampai
15 atau 30. Dari angka
1 sampai dengan
2 menunjukkan angka skala
ukuran 1 centimeter,
10 milimeter. Berarti
1 sampai 2 dibagi sepuluh bagian yang sama. Dengan demikian jarak satu
skala kecil antara 1 dan 2 adalah 0.1 centimeter = 1 milimeter. Ketelitian mistar
ukur dengan skala metrik ini hanya mencapai 0.5 milimeter, berarti dari angka
ke angka (1 centimeter) dibagi 20 bagian yang sama.
2. Mistar Ingsut (Jangka sorong)
Alat ukur ini banyak terdapat
di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-hari mempunyai banyak
sebutan misalnya jangka sorong, mistar
geser, schuifmaat atau
vernier. Pada batang
ukurnya terdapat skala utama
yang cara pembacaannya
sama seperti pada
mistar ukur. Pada ujung
yang lain dilengkapi
dengan dua rahang ukur
yaitu rahang ukur tetap dan
rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini
maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam,
kedalaman dan ketinggian dari benda ukur.
Di samping
skala utama, dilengkapi pula dengan
skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran yaitu yang disebut dengan skala
nonius. Adanya skala
nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian
mistar ingsut. Dalam pembacaan skalanya
ada yang dalam sistem
inchi dan ada pula
yang dalam sistem metrik.
Biasanya pada masing-masing sisi dari batang
ukur dicantumkan dua
macam skala yaitu
yang satu sisi
dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu
alat ukur bisa
digunakan untuk mengukur
dengan dua sistem
satuan sekaligus yaitu inchi
dan metrik. Ketelitian
alat ukur mistar
ingsut bisa mencapai 0.001 inchi
atau 0.05 milimeter. Ada pula mistar
ingsut yang tidak
dilengkapi dengan skala
nonius. Sebagai penggantinya maka
dibuat jam ukur
yang dipasangkan sedemikian rupa
sehingga besarnya pengukuran dapat dilihat pada
jam ukur tersebut. Angka
yang ditunjukkan oleh
jam ukur adalah
angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang menunjukkan
tingkat ketelitian). Jadi ada dua jenis jangka sorong yaitu jangka sorong
(jangka ingsut) dengan skala nonius dan mistar ingsut dengan jam ukur.
Sesuai dengan bentuk
dari benda ukur
maka saat ini
telah banyak diproduksi mistar
ingsut dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap
sama.
2.1.
Mistar Ingsut dengan Skala Nonius
Ada dua macam bentuknya,
yaitu yang hanya mempunyai rahang
ukur bawah dan yang
lain mempunyai rahang ukur
bawah dan atas.
Mistar ingsut yang
hanya mempunyai rahang
ukur bawah saja digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam
dari benda ukur. Sedangkan mistar
ukur yang mempunyai
rahang ukur atas dan bawah
dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar
dan dalam, kedalaman (depth)
dan ketinggian alur
bertingkat. Untuk skala pembacaan dengan sistem metrik, mistar
ingsut ada yang panjang skala utamanya dari 150 mm, 200 mm, 250 mm dan 300 mm,
bahkan ada juga yang sampai 1000 mm.
2.2.
Mistar Ingsut dengan Jam Ukur
Mistar ingsut jenis ini tidak
mempunyai skala nonius. Sebagai ganti dari
skala nonius maka
dibuat jam ukur.
Oleh karena itu
namanya menjadi mistar ingsut
jam ukur. Pada
jam ukurnya dilengkapi dengan jarum
penunjuk skala dan
angka-angka dari pembagian
(divisi) skala. Jarum penunjuk
tersebut dapat berputar
sejalan dengan bergeraknya rahang jalan
(gerak). Jadi, gerak
lurus dari rahang
ukur jalan (sensor) diubah menjadi gerak rotasi dari
jarum penunjuk. Gerak rotasi ini terjadi karena adanya hubungan mekanis antara
roda gigi pada poros jam ukur dengan batang bergigi pada batang ukur. Pada jam ukur biasanya
sudah dicantumkan tingkat-tingkat kecermatannya. Ada
yang tingkat kecermatannya
0.10 mm, ada
yang 0.05 mm dan ada pula yang sampai 0.02 milimeter. Sedang untuk yang
pembacaannya dalam inchi, tingkat kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada
yang 0.001 inchi.
Untuk yang tingkat
kecermatan 0.10 mm, biasanya
satu putaran jarum
penunjuk dibagi dalam
100 bagian yang sama.
Ini berarti, untuk satu putaran jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100
x 0.10 mm
= 10 mm.
2.3.
Cara Menggunakan Mistar Ingsut
Berdasarkan bagian-bagian
utama yang dipunyai
oleh mistar ingsut, secara
umum mistar ingsut
dapat digunakan antara
lain untuk mengukur ketebalan, mengukur jarak luar, mengukur diameter
luar, mengukur kedalaman, mengukur
tingkatan, mengukur celah,
mengukur diameter luar, dan sebagainya.Agar pemakaian mistar ingsut
berjalan baik dan tidak menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang
dapat menyebabkan cepat
rusaknya mistar ingsut maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
1.
Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus
dapat meluncur kelincinan (gesekan) tertentu sesuai denga standar yang
diizinkan dan jalannya rahang ukur harus tidak bergoyang.
2.
Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari kedua
rahang ukur tetapi
sedapat mungkin harus
masuk agak kedalam.
3.
Harus dipastikan bahwa
posisi nol dari
skala ukur dan
kesejajaran muka rahang ukur betul-betul tepat.
4.
Waktu melakukan penekanan
kedua rahang ukur
pada benda ukur harus
diperhatikan gaya penekannya. Terlalu
kuat menekan kedua rahang ukur akan menyebabkan kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang
ukur. Disamping itu, bila benda ukur
mudah berubah bentuk maka
terlalu kuat menekan
rahang ukur dapat
menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
5.
Sebaiknya jangan membaca
skala ukur pada
waktu mistar ingsut masih berada pada benda ukur. Kunci
dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca skala
ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
6.
Jangan lupa, setelah
mistar ingsut tidak
digunakan lagi dan
akan disimpan ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus dijaga dengan cara membersihkannya memakai
alat-alat pembersih yang
telah disediakan misalnya kertas tissue, vaselin, dan sebagainya.
2.4.
Cara Membaca Skala Mistar Ingsut
Mistar ingsut yang banyak
beredar sekarang ada yang mempunyai skala
ukur dalam inchi
dan ada pula
yang dalam metrik.
Akan tetapi, kebanyakan mistar
ingsut yang digunakan
adalah dalam sistem
metrik. Karena kedua sistem
satuan tersebut sama-sama
digunakan maka pembahasan cara
membacanya pun kedua-duanya akan dijelaskan.
2.4.1.
Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Inchi
Pada mistar ingsut dengan skala inchi, skala vernier(nonius) nya dibagi dalam
25 bagian dan ada juga yang dibagi dalam 50 bagian. Untuk mistar ingsut yang
skala verniernyadibagi dalam 25 bagian, skala utama 1 inchi
dibagi dalam 10
bagian utama yang
diberi nomor 1
sampai 9. Berarti satu
bagian skala utama
mempunyai jarak 0.1
inchi. Masingmasing dari
satu bagian skala
utama (0.1 inchi)
dibagi lagi dalam
4 bagian kecil. Untuk mistar ingsut yang skala verniernya dibagi 50
bagian, skala utama 1
inchi juga dibagi
dengan 10 bagian.
Akan tetapi yang sepersepuluh bagian (0.1) dibagi lagi
dengan 2 bagian kecil. Berarti satu skala (divisi) dari skala utama berjarak
0.050 inchi. Garis indeks nol skala verniertelah melewati angka satu besar pada
skala utama yang
berarti ukurannya menunjukkan
1 inchi. Di
samping melewati angka satu besar, garis nol skala vernierjuga melewati
angka 4 kecil skala utama,
artinya 0.4 inchi.
Ternyata garis nol
skala verniermelewati satu bagian (divisi) skala utama dari angka 5
kecil, berarti 0.05 inchi (1 divisi
skala utama =
0.05 unci). Kemudian
dilihat baris skala vernieryang segaris dengan baris skala
utama. Ternyata baris ke-9 skala verniersegaris dengan salah satu baris dari
skala utama. Ini berarti ada kelebihan 9 x 0.001 inchi = 0.009 inchi. Dengan
demikian ukuran tersebut menunjukkan : 1 + 0.4 + 0.05 + 0.009 inchi = 1.459
inchi. Garis nol indeks skala verniertelah melewati angka 1 besar skala
utama, ini berarti
ukurannya = 1
inchi. Garis nol vernier juga melewati angka 2 kecil skala utama, berarti 2
x 0.1 inchi = 0.2 inchi. Ternyata garis nol skala verniermasih juga melewati
satu skala kecil (divisi) dari skala utama setelah angka 2 kecil tetapi belum
sampai melewati angka 3 kecil, ini berarti ukurannya 0.025 inchi. Setelah dilihat
baris dari skala vernieryang
segaris dengan baris
dari skala utama
ternyata baris ke-13.
Ini artinya mempunyai kelebihan
sebesar 13 x
0.001 inchi =
0.013 inchi. Secara keseluruhan
ukuran tersebut menunjukkan jarak sebesar : 1 + 0.2 + 0.025 + 0.013 inchi =
1.238 inchi.
2.4.2.
Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Metrik
Sistem pembacaan
mistar ingsut dengan
skala satuan metrik sebetulnya sama
saja dengan sistem
pembacaan mistar ingsut
dalam satuan inchi. Perbedaannya
hanyalah pada satuannya dan
juga tingkat ketelitian pada skala
nonius (vernier). Untuk mistar ingsut dengan sistem metrik skala verniernya ada yang
mempunyai ketelitian sampai
0.02 (skala vernierdibagi dalam 50 bagian) dan ada yang tingkat ketelitiannya
sampai 0.05 milimeter.
Tiap angka pada
skala utama menunjukkan besarnya jarak dalam centimeter.
Misalnya angka 1 berarti 1 centimeter = 10 milimeter. Jarak antara dua angka berarti
10 milimeter. Jarak ini dibagi dalam 10
bagian yang sama, berarti satu skala kecil (divisi) pada skala utama menunjukkan jarak 1 milimeter. Skala vernier
sudah melewati angka
2 pada skala
utama yang berarti menunjukkan ukuran
20 mm. Dari
angka 2 itu
pun masih melewati
7 garis, berarti ukurannya 7 mm, akan tetapi belum melewati angka 3
skala utama. Garis nol ternyata terletak
di antara baris
ke tujuh dan
baris ke delapan dari
angka 2 sampai
3 skala utama,
namun belum diketahui besarnya. Untuk
itu perlu mengetahui
baris skala vernier
yang segaris dengan salah
satu baris pada
skala utama. Ternyata
baris ke-18 dari skala
vernier adalah segaris
dengan salah satu
baris skala utama.
Ini berarti ada kelebihan
18 x 0.02
mm = 0.36
mm. Dengan demikian keseluruhanukurannya menunjukkan
jarak : 20 + 7 + 0.36 mm = 27.36 mm. 2.5.
Mistar Ingsut Pengukur Tinggi (Vernier Height Gauge) Salah satu
alat ukur yang
prinsip pembacaannya sama
dengan mistar ingsut tapi
penggunaannya hanya untuk
mengukur ketinggian adalah mistar
ukur ketinggian (vernier
height gauge). Sistem pembacaannya ada
yang menggunakan skala vernier(nonius) dan ada juga yang
menggunakan jam ukur.
Salah satu bagian
dari alat ukur ketinggian ini
juga dapat digunakan
untuk penggambaran (menggores) pada bagian
permukaan benda kerja.
Secara keseluruhan alat
ukur ini dapat diugankan
untuk mengukur tinggi,
menggambar garis,
membandingkan ketinggian, mengukur
kemiringan, mengukur jarak senter
lubang (dengan bantuan
peraba senter), dan
membandingkan kedalaman. Sebelum
digunakan, posisi nol
harus disetel terlebih
dahulu. Untuk mengukur ketinggian,
rahang ukur harus
diletakkan secara perlahanlahan
di atas muka
ukur, agar kerusakan
rahan ukur dan
kesalahan pengukuran dapat dihindari. Mistar ingsut mempunyai banyak
macam bentuk yang disesuaikan dengan kondisi dari benda yang akan diukur.
Walaupun banyak macam bentuk akan tetapi
cara pembacaannya mempunyai prinsip
yang sama. Perbedaan bentuk
ini hanya pada konstruksi dari
rahang ukurnya saja. Oleh
karena itu, bila
menjumpai mistar ingsut
yang konstruksinya agak
berbeda dengan yang
dipakai sehari-hari tidak
perlu ragu dalam memakainya karena prinsip pembacaan
skalanya adalah sama. Mistar ingsut digital elektronik dibuat oleh Perusahaan
Starret. Alat ukur ini mempunyai kemampuan jarak linier sepanjang 0 sampai 6
inchi (0 sampai 150
mm). Bekerja secara
elektronik dan hasi
pengukuran secara cepat dan
mudah untuk dibaca
karena adanya sistem
pencatat digital. Data pengukuran
bisa langsung dihubungkan
ke komputer dan printer untuk dianalisis lebih lanjut.
Jenis komputer yang khusus ini dibuat oleh Stareetdengan nomor produksi Starret
720 QC Computer.
3.
Mikrometer
Alat ukur linier langsung
yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer. Mikrometer
inipun mempunyai bentuk
yang bermacammacam yang
disesuaikan dengan bentuk yang
bermacam-macam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Bagian
yang sangat penting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya ulir utama
kita dapat menggerakkan poros ukur
menjauhi dan mendekati
permukaan bidang ukur dari benda
ukur. Ulir utama ini
dibuat sedemikian rupa
sehingga satu putaran
ulir utama dapat menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak
kisar (pitch) ulir. Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi gerak traslasi.
Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya
terjadi kesalahan kisar.
Bila diamati kesalahan
kisar ini mulai
dari awal gerak sampai
batas akhir akan
terjadi kesalahan kisar
yang biasanya disebut dengan
kesalahan kumulatif. Untuk
mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar
ulir utama maka biasanya
panjang ulir utama
hanya dibuat sampai 25
mm yang berarti panjang poros ukur maksimum hanya 25
mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk pengukuran
yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat landasan
tetap yang dapat diganti-ganti. Secara
umum, tipe dari
mikrometer ada tiga
macam yaitu mikrometer luar
(outside micrometer), mikrometer
dalam (insidemicrometer) dan
mikrometer kedalaman (depth micrometer). Meskipun mikrometer ini
terbagi dalam tiga
tipe yang masing-masing
tipe mempunyai bermacam-macam bentuk, akan tetapi komponen-komponen
penting dan prinsip baca skalanya pada
umumnya sama.
3.1.
Cara Menggunakan Mikrometer
Mikrometer adalah
alat ukur yang
presisi. Oleh karena
itu, dalam menggunakannya harus
dengan metode yang
betul dan dengan
cara yang hati-hati. Dengan
demikian, keselamatan alat
ukur dan kesalahan pengukuran dapat
dikontrol. Untuk itu ada
beberapa hal yang
harus diperhatikan bila akan
melakukan pengukuran dengan
menggunakan mikrometer. Hal-hal tersebut antara lain yaitu :
1.
Permukaan bidang ukur
dari benda ukur
harus betul-betul bersih sehingga tidak ada kotoran yang dapat
merusakkan sensor alat ukur dan kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran
adalah kecil.
2.
Sebelum melakukan pengukuran
harus dipastikan terlebih
dahulu apakah posisi nol
dari skala ukur
sudah tepat. Kalau
belum harus dilakukan penyetelan
lebih dulu dengan
menggunakan kunci penyetel.
3.
Bila tersedia alat pemegang mikrometer maka sebaiknya mikrometer
diletakkan pada alat pemegang
tersebut sedemikian rupa
sehingga posisinya
memudahkan untuk melakukan
pengukuran. Bila tidak tersedia alat
pemegang mikrometer maka
sebaiknya benda kerja dipegang dengan tangan kiri dan
mikrometer dengan tangan kanan. Aturlah
posisinya sedemikian rupa sehingga skala
ukurnya dapat dilihat dan dibaca
dengan mudah.
4.
Penekanan poros ukur
terhadap muka bidang
ukur harus diperhatikan betul-betul,
tidak terlalu keras
dan tidak terlalu
lunak. Terlalu keras menekan poros ukur akan cepat merusakkan ulir utama
dan adanya kemungkinan untuk terjadinya perubahan bentuk benda ukur sehingga
menimbulkan kesalahan pengukuran.
Terlalu lunak menekan poros ukur
juga akan menimbulkan kesalahan pengukuran karena kemungkinan tidak menyentuhnya sensor pada bidang
ukur dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk memastikan tekanan poros ukur
yang cukup dapat
digunakan alat pembantu
pemutar silinder putar yaitu gigi gelincir (rachet). Penekanan
poros ukur pada benda ukur dapat diatur
dengan gigi gelinchir
ini begitu muka
poros ukur menempel pada muka
bidang ukur.
3.2.
Cara Pemeliharaan Mikrometer
Pemeliharaan mikrometer harus
diperhatikan betul-betul. Bila terjadi kerusakan kecil saja pada mikrometer maka tingkat
kecermatannya pun menjadi berkurang.
Oleh karena itu, cara menggunakan dan memelihara mikrometer ini harus dilakukan
dengan baik. Setelah dipakai harus dilap yang
bersih dengan kain
pembersih yang disediakan
dan harus diberi vaselin bila disimpan ditempatnya.
Salah satu cara
untuk mengecek tingkat
kecermatannya adalah dengan cara
kalibrasi. Kalibrasi alat-alat ukur dalam jangka waktu tertentu setelah
digunakan perlu dilakukan untuk mengkalibrasi mikrometer adalah
sebagai berikut :
1.
Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-betul stabil
dalam arti tidak ada goyangan.
2.
Mengecek apakah kedudukan posisi nol dari skala ukur sudah tepat.
3.
Mengecek apakah kedua
muka ukur (sensor) mempunyai
kerataan dan kesejajaran bila dirapatkan.
4.
Mengecek apakah harga-harga yang ditunjukkan oleh skala ukurnya betul-betul menunjukkan
harga yang benar
menurut standar yang berlaku.
5.
Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros ukur dapat
berfungsi dengan baik.
Bila hal-hal
di atas dapat
dilakukan dengan baik
maka alat ukur mikrometer keawetannya
dapat dijamin dan
tingkat kecermatannya pun bisa
dipelihara. Ada dua
hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam pengecekan mikrometer tersebut
yaitu pemeriksaan kerataan dan kesejajaran muka ukur serta kebenaran skala
ukurnya.
3.2.1.
Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur
Dengan prinsip optis maka
pemeriksaan kerataan salah satu muka ukur
dapat dilakukan. Alat
bantu yang digunakan
adalah kaca datar (optical flat). Kaca datar terbuat dari
gelas atau Batu Sapphireyang satu permukaannya sangat rata dengan toleransi
kerataan antara 0.2 sampai 0.05 um. (Masalah
kaca datar akan
disinggung lagi pada
pembahasan pengukuran permukaan). Kaca
datar tidak boleh digosok-gosokan pada muka ukur. Sebab akan merusakkan
kerataan dari kaca datar. Pemeriksaan
kerataan adalah dengan
bantuan sinar monochromatis. Bila
tidak ada sinar
monochromatis dapat juga digunakan sinar lampu biasa. Kaca datar diletakkan
di atas muka ukur. Dengan
bantuan sinar monochromatis
dapat dilihat apakah
muka ukur mikrometer masih rata
atau tidak. Bila tidak nampak garis berwarna pada muka ukur
setelah dilihat melalui
kaca datar maka
dapat disimpulkan bahwa muka ukur
adalah rata, bila nampak garis-garis berwarna berarti muka ukur tidak rata.
Ketidak rataan ini dapat dibedakan menurut jumlah garis berwarna
yang nampak menunjukkan
adanya ketidak rataan sebesar 0.32 mm. Muka ukur mikrometer masih dianggap baik
bila garis berwarna yang nampak paling banyak 2 garis (untuk mikrometer dengan
kapasitas lebih dari 250 mm paling banyak 4 garis).
3.2.2.
Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur
Muka ukur dari mikrometer
tidak saja harus rata, tetapi juga harus sejajar bila
dirapatkan antara muka
ukur yang satu
dengan mua ukur yang
lain. Pemeriksaan kesejajaran
muka ukur juga
dapat dilakukan dengan
menggunakan kaca datar, tetapi kaca datar yang mempunyai dua permukaan yang
rata paralel. Kaca datar seperti ini lebih dikenal dengan nama kaca
paralel (optical parallel).
Ketebalan dari kaca
paralel ini bermacam-macam, misalnya
12 mm, 12.12
mm, 12.25 mm
dan 12.37 mm. Cara menggunakannya
adalah dengan menjepitkan kaca paralel di antara kedua
muka ukur dari
mikrometer. Cara menjepitkannya adalah dengan
memutar gigi gelincir
(rachet) secara hati-hati.
Seperti halnya pemeriksaan
kerataan muka ukur, maka untuk pemeriksaan kesejajaran juga menggunakan sinar
monochromatis, bisa juga sinar lampu. Dengan adanya sinar
ini maka dapat
dilihat apakah ada
garis berwarna pada kedua muka ukur mikrometer yang
diperiksa. Sudah barang tentu untuk memeriksanya kedua
muka ukur harus
betul-betul bersih dari kotoran
agar pemeriksaannya seliti. Untuk
memeriksa kesejajaran muka
ukur mikrometer yang mempunyai kapasitas lebih dari 25 mm
dapat digunakan alat bantu lain yaitu blok ukur (gauge block). Blok ukur ini
diletakkan di tengah-tengah antara kedua
kaca paralel. Dengan
mengamati jumlah garis
berwarna yang nampak maka
dapat ditentukan apakah
kedua muka ukur mikrometer betul-betul
sejajar atau tidak.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan
sampai 5 kali pada posisi yang berbeda
yang masing-masing posisi dicatat apa
yang terjadi. Kemudian
hasil pengamatannya
dibandingkan dengan standar
kesejajaran yang diijinkan.
a.
Kedua permukaan rata
dan paralel. Keparalelannya adalah
0.32 m x
2 ... 0.6 µm
b.
Kedua permukaan rata
dan keparalelannya adalah 0.32 µm
x 3 = 0.96µm .... 1 µm.
c.
Landasan tetap bentuknya
bulat dengan tingkat
ketidakrataan sebesar 0.32 µm x 2 = 0.64 µm. Poros ukur gerak berbentuk
lengkungan dengan tingkat
kemiringan terhadap landasan tetap
0.32 µm x 3 =
0.96 µm ... 1 µm. Keparalelannya 0.32 µm x 5 = 1.6 µm
d.
Landasan tetap bentuknya
bulat dengan tingkat kebulatan
sebesar 0.6 µm. Poros ukur gerak berbentuk
bulat pada ujungnya.
Keparalelannya : 0.32 µm x 4 = 1.3 µm.
3.2.3. Pemeriksaan kebenaran skala ukur mikrometer
Dalam sistem
pengukuran kita mempunyai
ukuran standar yang biasa
digunakan untuk membandingkan
hasil pengukuran yang
kita lakukan. Hasil pengukuran yang dilakukan dengan alat-alat ukur
tertentu harus sesuai dengan
ukuran standar diatas.
Apabila hasil pengukuran tidak sesuai
dengan besarnya harga
ukuran standar maka
kebenaran skala alat ukur yang
kita gunakan adalah tidak tepat atau
kurang baik. Demikian juga dengan
kebenaran skala ukur mikrometer, harus diperiksa apakah harga
yang ditunjukkan oleh
skalanya sudah sesuai
dengan harga ukuran standar.
Alat ukur standar
yang biasa digunakan
untuk memeriksa kebenaran skala
ukur mikrometer adalah
blok ukur dengan kualitas kelas
1 atau kelas
2. pembahasan lebih
lanjut mengenai blok ukur akan dijumpai pada pembahasan
alat-alat ukur standar. Skala ukur mikrometer yang harus diperiksa adalah mulai
dari ukuran sampai pada ukuran
maksimum yaitu 25
mm. Blok ukur
yang digunakan untuk memeriksa juga
harus yang bertingkat
biasanya tingkatan kenaikan ukurannya adalah 0.5 mm. Bila sudah
diperoleh kepastian bahwa posisi nol betul-betul tepat baru dilakukan
pemeriksaan dengan mengukur blok ukur yang 0.5 mm, dicatat harga yang
ditunjukkan oleh skala mikrometer. Kemudian
diteruskan mengukur blok
ukur dengan ukuran
yang lebih tinggi sampai
pada mengukur blok
ukur yang maksimum.
Setiap kali mengukur blok
ukur harus dicatat
harga yang ditunjukkan
oleh skala mikrometer.
Dengan demikian
diperoleh harga-harga pengukuran
blok ukur dengan mikrometer
yang banyaknya tergantung
dari jumlah blok ukur
yang digunakan untuk
pemeriksaan. Besarnya tingkat
kesalahan yang mungkin terjadi adalah: Kesalahan = pembacaan mikrometer
– ukuran blok ukur Kemudian dilakukan pengukuran ulang dengan cara seperti
diatas, hanya mulainya dari pengukuran blok ukur yang maksimum sampai pada
pengukuran blok ukur yang terkecil sampai pada posisi nol semula. Dari
kedua hasil pengukuran
(pengukuran naik dan
pengukuran turun) diperoleh harga
rata-ratanya. Dengan adanya harga rata-rata inilah maka dibuat grafik tingkat
kesalahan kumulatif (cumulative error).
3.3.
Cara Membaca Skala Ukur Mikrometer
Sistem pembacaan
mikrometer ada yang
menggunakan sistem Inchi dan
ada pula yang
menggunakan sistem matrik.
Yang paling banyak digunakan
dalam praktek sehari-hari
adalah sistem metrik.
Karena kedua sistem tersebut digunakan
maka untuk mengenalkan cara
pembacaannya kedua-duanya akan
dibicarakan.
3.3.1. Cara Pembacaan Skala Ukur
Mikrometer dan Inchi
Pada skala tetap(sleeve),
jarak dari angka 1 sampai angka 2 adalah 0.1
inchi. Antara angka1 dan angka
2 dibagi lagi
dalam 4 bagian yang sama.
Berarti satu skalanya
kecil berjarak 0.025
inchi. Ulir utama mempunyai gang
sebanyak 40 gang per
inchi. Bila ulir utama berputar satu putaran
penuh maka poros
ukur akan maju
sejauh 1/40 inchi (0.0025). Pada skala
putar (thimble), dari garis nol
ke garis
nol lagi (berarti satu
putaran penuh skala
putar) dibagi dalam
25 bagian. Karena
satu putaran penuh skala putar menyebabkan perpindahan 0.0025 inchi maka
satu skala (divisi)
berjarak 1/25 x
0.0025 inchi =
0.001 inchi. Dengan dasar besarnya jarak satu skala pada
tetap dan pada skala putar maka kita
dapat menentukan ukuran
benda ukur.
Ada pula
mikrometer yang dilengkapi
dengan skala vernier sehingga memungkinkan
mikrometer tersebut memiliki
tingkat kecermatan sampai 0.0001
inchi atau 0.001
milimeter.
Pada dasarnya
cara membacanya sama
saja dengan cara membaca
skala ukur mikrometer
dalam inchi seperti
yang telah dijelaskan di atas.
Ulir utama mempunyai jarak gang (pitch) sebesar 0.5 mm. Berarti,
satu putaran penuh
poros ulir utama
akan menggerakkan poros ukur dan
skala putar (thimble) sejauh 0.5 mm. Hal ini berarti juga satu skala
tetap mempunyai jarak
0.5 mm. Biasanya
pada skala tetap dicantumkan angka-angka
sebagai berikut 0, 5, 10,
15, 20, dan
25. Angka-angka ini menunjukkan jarak. Misalnya angka 5 berarti jaraknya
5 mm, angka 25
berarti jaraknya 25
mm. Antara 0
– 5 dibagi
dalam 10 bagian yang sama yang
berarti satu bagian skala kecil (divisi) jaraknya 1/10 x 5 mm = 0.5 mm.
Pada skala putar, dari garis nol melingkar 360° menuju ke
garis nol lagi
dibagi dalam 50
bagian yang sama.
Dengan demikian satu skala kecil (divisi) pada skala putar 1/50 x 0.5 mm
= 0.01 mm. Karena satu putaran penuh skala putar berarti juga memutar dari nol
ke nol (50 bagian = 0.5 mm). Dengan dasar ini maka kita dapat membaca skala
ukur yang ditunjukkan oleh skala ukur mikrometer dalam metrik.
3.4.
Beberapa Contoh Penggunaan Mikrometer
Telah dikemukakan
di muka bahwa
secara umum mikrometer terbagi dalam
tiga tipe yaitu
mikrometer luar, mikrometer
dalam dan mikrometer kedalaman.
Mikrometer luar digunakan untuk mengukur jarak luar atau
diameter luar. Mikrometer
dalam digunakan untuk
mengukur jarak dalam atau
diameter dalam. Mikrometer
kedalaman digunakan untuk
mengukur kedalaman suatu lubang atau alur.
B.
Alat Ukur Linier Tak Langsung dan Cara Menggunakannya
Pada pengukuran linier
langsung hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada skala ukur alat ukur
yang digunakan karena memang dari alat
ukur tersebut memungkinkan
untuk maksud-maksud di
atas. Akan tetapi, kadang-kadang
kita tidak bisa
melakukan pengukuran langsung dikarenakan adanya
pengukuran yang memerlukan
kecermatan yang tinggi ataupun
karena bentuk benda
ukur yang tidak
memungkinkan untuk diukur dengan
alat ukur langsung. Untuk keadaan
seperti di atas maka biasanya dilakukan
pengukuran tak langsung, dalam hal ini adalah pengukuran linier. Untuk
melakukan pengukuran linier tak langsung ada dua jenis alat ukur yang biasa
digunakan yaitu alat ukur standar dan alat ukur pembanding.
1.
Alat Ukur Standar
Yang termasuk dalam kategori
alat ukur standar untuk pengukuran linier tak langsung adalah: Blok ukur,
batang ukur dan kaliber induk tinggi. 1.1. Blok Ukur (Gauge Blok) Blok ukur
dikenal juga dengan berbagai nama misalnya end gauge, slip gauge, jo
gauge(johanson gauge). Sebagai alat ukur standar, maka blok ukur ini dibuat
sedemikian rupa sehingga fungsinya sesuai dengan namanya yaitu
alat ukur standar.
Alat ukur ini
berbentuk segi empat panjang
dengan ukuran ketebalan
yang bermacam-macam. Dua
dari 6 permukaannya adalah sangat
halus, rata dan sejajar. Kedua permukaan ini sangat halus dan rata maka antara
blok ukur yang satu dengan blok ukur yang lain dapat digabungkan/disusun tanpa
perantara alat lain. Bila penyusunannya
dilakukan dengan teliti
maka akan diperoleh
suatu susunan blok ukur
yang sangat kuat
seolah-olah blok ukur
yang satu dengan yang
lain sangat melekat.
Dengan menyusun blok
ukur yang mempunyai ukuran
tertentu maka kita
dapat mengecek atau mengkalibrasi ukuran yang lain. Karena
blok ukur ini
diperlukan untuk pengukuran
presisi sebagai alat ukur standar maka alat
ukur ini harus dibuat dari bahan
yang kuat dan tahan lama. Biasanya bahan
untuk membuat blok ukur adalah baja, karbon tinggi, baja paduan atau karbida.
Dengan perlakuan proses panas tertentu
maka logam ini
mempunyai sifat-sifat: tahan
terhadap keausan karena tingkat kekerasannya tinggi yaitu 65 RC, tahan terhadap korosi, koefisien muai
panjangnya sama dengan baja karbon yaitu 12 x ,tingkat kestabilan dimensinya tinggi.
Kegunaan dari blok
ukur ini antara
lain untuk: mengecek
dimensi ukuran alat-alat ukur,
mengkalibrasi alat ukur
langsung seperti mistar ingsut, mikrometer dan mistar
ketinggian, menyetel komparator dan jam ukur, menyetel posisi batang sinus
dan senter sinus dalam pengukuran
sudut, dan mengukur
serta menginspeksi komponen-komponen yang presisi di dalam ruang inspeksi.
1.1.1
Set Blok Ukur dan Tingkat Kualitasnya
Karena blok ukur ini
penggunaannya dengan jalan menyusun atau menggabungkan maka
sudah tentu diperlukan
jumlah blok ukur
yang cukup. Biasanya jumlah blok ukur ini dikelompokan dalam satu set
blok ukur dengan jumlah dan tingkatan ukuran yang sudah tertentu. Dimensi blok
ukur dibuat dalam versi yaitu dalam standar inchi dan standar metrik.
Untuk blok ukur
yang sistem satuannya
dalam inchi dikelompokkan dalam satu
set yang terdiri
dari blok ukur
dengan berbagai tingkatan, yaitu dari
0.0001 inchi, 0.001
inchi, 0.050 inchi,
sampai dengn 1.000 inchi.
.
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
setiap ilmu pengetahuan, pengukuran menghasilkan deskripsi kuantitatif dan
kualitatif dari suatu proses produk yang membuat kita memahami langkahnya dan hasilnya.
Dan akan semakin berkembang jika kita memilih teknik dan utilitas yang lebih
baik untuk mengendalikan dan memaksimalkan kinerja suatu proses, produk dan
resources (sumber) yang ada. Karena seorang engineer tidak dapat dikatakan
sebagai engineer sejati, apabila kita tidak dapat membangun sebuah pondasi yang
solid untuk pengukuran yang berbasiskan teori.
Untuk memperoleh suatu produk yang memiliki
karakteristik geometris ideal menurut ukuran standard yang dibuat oleh manusia
tidaklah semata-mata dipengaruhi oleh proses pengerjaannya pada mesin,
melainkan juga dipengaruhi oleh manusia itu sendiri, dari bagaimana manusia itu
merencanakannya dan bagaimana pula kondisi materialnya. Oleh karena itu, bagian
perencanaan suatu komponen sudah seharusnya memperhatikan tentang
perbedaan-perbedaan ukuran yang diizinkan sehingga fungsi dari komponen yang
dibuat terpenuhi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jadi, bagian perencanaan
harus memperhatikan masalah kualitas desain. Di samping itu perlu pula diperhatikan
masalah kualitas materialnya. Bagaimana kekuatannya, kekerasannya, dan
sebagainya. Karena kualitas material juga akan berpengaruh pada kuantitas
fungsional.
Dengan demikian, apabila bagian perencanaan telah
merencanakan suatu komponen dengan perhitungan-perhitungan tertentu, kemudian
dalam proses pengerjaannya pada mesin perkakas dapat mengurangi sekecil mungkin
adanya penyimpangan-penyimpangan, maka dapat diharapkan diperolehnya suatu
produk yang memiliki karakteristik geometris ideal menurut ukuran kemampuan
manusia. Dan sekaligus dengan cara ini pula maka kualitas fungsional dari
komponen yang dibuat bisa dipenuhi sesuai dengan tujuan. Sebagai hasil terbesar
dari usaha manusia mengurangi adanya penyimpangan dalam proses pengerjaan suatu
produk adalah munculnya prinsip dasar dalam dunia industri yaitu pembuatan
komponen yang memiliki sifat mampu tukar (interchangeability). Salah satu
contoh sederhana dari pembuatan komponen dengan sifat mampu tukar adalah
pembuatan poros dan roda sudu pompa sentrifugal. Poros dan lubang roda sudu
yang dibuat sengaja diberi kelonggaran tertentu. Namun kelonggaran tersebut
masih dalam batasan-batasan maksimum dan minimum.
B. Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana cara mengkalibrasi pengukuran dalam kehidupan sehari-hari?
1.2.2 Bagaimana cara menggunakan alat ukur dan cara
perawatanya dengan baik dan benar?
C. Tujuan
dan Manfaat
a. Tujuan
1. Menyebutkan
beberapa macam alat ukur linier langsung.
2. Menggunakan,
membaca skala ukur
dan memelihara alat-alat
ukur linier langsung.
3. Menyebutkan bagian-bagian dari mistar ingsut
mikrometer dan mistar ingsut ketinggian.
4. Menyebutkan
beberapa macam alat ukur linier tak langsung.
5. Menggunakan
dan memelihara alat-alat ukur linier tak langsung..
b. Manfaat
1.
Untuk
mengetahui prinsip pengukuran.
2.
Memahami
bagaimana cara menggunakan alat ukur.
3.
Mengetahui
cara untuk merawat alat ukur.
No comments:
Post a Comment