Saturday, November 23, 2019

MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIDKAN



KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan pada Allah yg selalu memberi kita nikmat Islam dan Iman. Semoga hidayahNya juga tak henti-hentinya terlimpahkan terhadap saudara-saudara kita seiman seagama.
Shalawat serta Salam semoga senantiasa mengalir terhadap sang Penuntun dunia akhirat, sang Pembimbing bagi umat manusia yg diliputi gelapnya kebodohan, sang maha Guru yang tidak pernah sekalipun menyesatkan murid-muridnya, Orang tua yang penuh kesabaran dan ketelatenan, saudara yang penuh belas kasihan, Nabi dan Rasul akhir zaman, Muhammad bin Abdullah SAW.
Tidak lupa terima kasih juga kami sampaikan pada semua pihak yang sedikit banyak telah membantu pembuatan makalah ini. Baik secara langsung ataupun tidak. Disadari ataupun tidak. Disengaja ataupun tidak.
Dengan segala keterbatasan yang kami miliki, kami mencoba untuk membuat makalah yang berjudul “Islam dan Pendidikan” ini demi memenuhi tugas dari Dosen pengampu. Sebagai pemula, tentunya sangat mungkin terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Baikdari segi redaksi, penjabaran, referensi, dll. Karena itu sebelumnya kami meminta maaf yang sebesar-besarnya dan sangat mengharap pengertian dari para pembaca yang budiman
Kiranya cukup demikian pengantar dari kami, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih yang tiada batasnya

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Guluk-guluk, 10 Desember 2011

Pemakalah





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam sebagaimana yang kita tahu adalah satu-satunya agama yang diakui keabsahannya oleh Allah SWT. Walaupun ada banyak agama lain dimuka bumi, namun hanya agama kita ini yang sangat sempurna konsep dan fleksibilitasnya.
Islam adalah agama yang “rahmatan lil’alamin”. Sangat menjunjung tinggi keseimbangan kehidupan antara makhluk satu dengan lainnya. Makanya dalam Islam dikenal ada 2 jenis hubungan ketergantungan. Yaitu “hablun minallah” dan ”hablun minannas”. Sedangkan dalam hubungan yang disebutkan nomor 2 tadi, kita tidak serta merta hanya dapat memperuntukkannya pada manusia semata, tapi cakupannya luas meliputi binatang, tumbuhan dan alam sekitar.
Di sini kami mungkin hanya akan sedikit menjelaskan sedikit pemahaman dari hubungan kedua tersebut. Kaitannya dengan pengembangan individual manusia dalam hal pengetahuan sebagai tonggak peradaban muslim.
Disadari atau tidak, pendidikan adalah salah satu kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan dari  keberlangsungan siklus kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Tanpa adanya sebuah pendidikan yang cukup, sebuah komunitas akan sangat lambat peningkatan taraf hidupnya. Karena  kebodohan dalam melakukan suatu hal umumnyajustru akan menimbulkan masalah-masalah baru yang bisa menghambat laju perkembangannya.
Karena itulah pendidikan menjadi sebuah kebutuhan pokok yang keberadaannya tidak bisa ditawar lagi
B.     Rumusan Masalah
Demi mempermudah, kami akan merumuskannya sebagai berikut:
1.      Pengertian Pendidikan
2.      Pandangan Islam Terhadap Pendidikan
3.      Model-model Pendidikan Islam di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan
Sebelum kita membahas lebih jauh, ada baiknya jika kita tahu apa sebenarnya yang disebut pendidikan. Berikut kami berikan beberapa definisinya;
  1. “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama”. [Ahmad D. Marimba, 1978:20].
  2. “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akang datang”. [UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor: 2 Tahun 1989].
  3. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. [UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor: 20 Tahun 2003)].
  4. “Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah”. [Zuhairin, 1985:2].
  5. “Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara”. [Zakiyah Drajat, 1996: 25].
  6. “Menurut pendapat Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”. [Hasbullah, 2001: 4].
  7. “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”. [Ngalim Purwanto, 1995:11].
  8. “Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia”.[HM.Arifin, 2003: 22].
  9. “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik”. [Kamus Besar Bahasa Indonesia]
Jadi kalau kami boleh menyimpulkannya dengan sangat sederhana, Pendidikan adalah “Suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna”.


B.     Pandangan Islam Terhadap Pendidikan
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, Islam sangat menekankan umatnya untuk belajar dan tahu (berpendidikan). Hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya seruan-seruan untuk belajar yang dapat kita temui baik di dalam Al-Qur’an, Hadits maupun Ibarah-ibarah dari Ulama pendahulu. Sekedar untuk mengingat kembali, kami akan menyebutkan beberapa di antaranya;
1.               “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At – Taubah: 9)
2.               “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)”. (HR. Ibnu Majah)
dan masih banyak lagi hal semacam itu yang jika kami harus menyebutkannya satu persatu, akan membutuhkan pembahasan yang jauh lebih panjang dari sekedar makalah.
Tidak perlu diragukan lagi bagaimana Islam begitu menganggap penting terhadap Ilmu Pengetahuan (baca: Pendidikan). Dalam Islam, kedudukan orang yang berpendidikan, terutama pendidikan agama, sangat dimuliakan. Bisa kita lihat sendiri di kalangan masyarakat, bagaimana seorang guru atau ustadz mendapatkan posisi yang cukup bergengsi. Lebih- lebih jika orang tersebut menyandang gelar Profesor atau Doktor (Ilmu Umum) dan Kiai (Ilmu Agama), maka dia akan dihormati oleh setiap lapisan masyarakat bahkan pejabat pemerintah sekalipun.
            Dalam al-Qur’an, Allah SWT pun telah berfirman mengenai kedudukan orang yang berpendidikan,
            “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahuai apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11)
Dari sini kita juga bisa menyimpulkan bahwa Islam begitu menghargai sebuah sistem yang kita namakan pendidikan dan orang-orang yang aktif di dalamnya.
Tapi yang kami pikir juga perlu untuk kita sadari bersama bahwa, secara tidak langsung kita juga diberi 2 pilihan oleh Allah SWT. Pertama, menjadi mulia, yaitu dengan menjadi orang yang berpendidikan. Kedua, menjadi orang yang biasa-biasa saja. Kita berhak memilih dan harus menerima semua konsekuensinya. Jadi, selamat memilih..!
C.    Model-model Pendidikan Islam di Indonesia
Maha Suci Allah yang telah menciptakan sebuah siklus kehidupan yang sangat tertata rapi. Begitu indah dan sempurna konsep yang Dia buat untuk kelangsungan hidup makhlukNya, khususnya manusia.
Kita diajarkan bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini butuh proses. Dimulai dari penciptaan alam yang membutuhkan 6 hari seperti yang telah difirmankanNya dalam al-Qur’an. Bukan suatu hal yang sulit tentunya bagi Allah untuk menciptakannya dalam jangka waktu 1/1.000.000 kedipan mata. Karena baginya, “kun fayakun”. Hanya saja Dia mengajarkan pada kita bahwa hidup itu tidaklah seperti sulap yang bisa ada dan tiada dalam sekejap mata.
Dalam perjalanan hidupnya, setiap makhluk hidup mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Baik itu dari segi usia, ukuran, kekuatan, bahkan pengetahuan. Tidak perlu kita perdebatkan lagi bahwa orang dewasa itu lebih besar, kuat dan pandai dibandingkan bayi. Hal itu sangat dipengaruhi oleh perkembangan yang dialami seseorang dan berdasar pada pengalaman
Dengan menyerap pengetahuan dari lingkungannya, seorang bayi akhirnya akan bisa berlari. Hal ini tentunya tidak lepas dari “pendidikan” orang tua. Mustahil seorang bayi akan langsung bisa menjadi juara lari marathon dalam Olimpiade. Karena itu dibutuhkan adanya sebuah pendidikan yang bisa melatihnya berdiri, merangkak, berjalan dan berlari.
Di sinilah gunanya ada sebuah sistem pendidikan yang berjenjang. Dalam artian sebuah sistem pendidikan bertahap yang disesuikan dengan kemampuan seorang manusia untuk menjalaninya.
Islam sangat mengerti akan kebutuhan itu. Dalam Islam ada beberapa tahapan pendidikan yang disesuaikan dengan usia. Sayangnya sedikit sekali dari kita yang menyadari itu. Kita ambil satu contoh, dalam perintah shalat. Untuk anak di bawah usia 10 tahun, jika anak itu meninggalkan shalat, maka Islam hanya memerintahkan orang tua untuk memperingati tanpa hukuman fisik. Baru setelah anak itu menginjak usia 10 tahun ke atas dan masih meninggalkan shalat dengan sengaja, orang tua disyariatkan untuk memukulnya dengan pukulan yang ringan tapi bisa memberikan efek jera. Dan objek pukulan juga ditentukan oleh syariat, yaitu daerah betis tidak boleh melebihi lututnya.
Apa alasannya? Karena anak yang masih di bawah usia 10 tahun itu relatif belum bisa berpikir logis. Mereka masih sangat asyik dengan berbagai macam permainan. Sedangkan anak yang usianya di atas 10 tahun, mereka cenderung sudah bisa membedakan mana yang baik (menguntungkan) bagi diri mereka dan mana yang buruk (merugikan). Atau Islam menyebutnya Tamyiz.
Di Indonesia, hal itu juga rupanya sudah disadari oleh para pakar kita. Sebagianbesar dari mereka merumuskan beberapa jenjang pendidikan yang kemudian kita kenal dengan “sekolah”.
Pada masa penjajahan, tidak banyak sekolah didirikan.karena terbentur dengan peraturan VOC yang melarang kaum miskin untuk bersekolah. Saat itu yang boleh bersekolah hanya anggota keluarga pejabat atau konglomerat. Ini adalah upaya pembodohan yang dilakukan oleh belanda agar rakyat Indonesia tetap terbelenggu dalam ketertinggalan peradaban.
Meski demikian, peraturan itu juga tidak berlaku bagi sebagian kalangan, yaitu para Kiai dengan pesantrennya. Para Kiai tetap bisa mendirikan sebuah kajian keilmuan yang walaupun tidak formal tetap diminati oleh kalangan menengah ke bawah.
Kesuksesan pesantren dengan tidak terendusnya kegiatan mereka oleh penjajah itu tidak lepas dari siasat kamuflase para Kiai. Beliau-beliau menyamarkan nama “sekolah” menjadi “pengajian” atau “madrasah”. Sehingga penjajah mengira jika pesantren itu hanyalah sebuah tempat pengajaran agama. Padahal pada kenyataannya di situ juga diajarkan materi lain termasuk siasat perang. Maka tak heran jika pada saat itu pesantren banyak melahirkan pejuang-pejuang kemerdekaan yang handal dan Kiai sendiri sebagai Panglimanya.
Beda dulu, beda pula sekarang. Dulu karena didukung situasi yang tertindas secara fisik, lembaga pendidikan Islam semisal pesantren banyak menelurkan pejuang kemerdekaan yang menghadapi penjajah dengan frontal. Sedangkan sekarang penjajahan yang terjadi tidak berbentuk fisik, melainkan ideologi dan kebudayaan. Karena itu diharapkan lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren, mampu mencetak alumni yang teguh dalam keimanan dan pemikiran.
Sesuai dengan perkembangannya, di Indonesia terdapat beberapa model pendidikan Islam. Berikut kami sebutkan sepengetahuan kami:
1.      Pesantren
Lembaga ini adalah yang pertama muncul di tengah-tengah masyrakat. Umumnya dipimpin oleh seorang Kiai atau Ustadz. Lazimnya Kiai dianggap “Raja kecil” di sebuah “negara” bernama pesantren. Kata-katanya adalah hukum yang harus ditaati. Ada 3 model pesantren yang selama ini diketahui, yaitu;
-          Salafy.
Pesantren tipe ini adalah pesantren yang murni mengajarkan ilmu-ilmu keislaman saja. sama sekali tidak ada ilmu umum seperti matematika, IPA, IPS, dll yang disajikan di sini. Hanya khusus ilmu-ilmu yang berasal dari kitab kuning.
-          Semi Modern.
Di pesantren ini pengajaran antara ilmu agama dan ilmu umum relatif berimbang. Karena alumninya tidak hanya di arahkan untuk menjadi “kiai” atau “ustadz”, tapi bisa lebih fleksibel dan juga berguna bagi masyarakat dalam bidang selain keagamaan. Misalnya pegawai, pejabat, dsb.
-          Modern.
Sesuai dengan namanya, pesantren ini cenderung lebih memperbanyak porsi pelajaran umum daripada pelajaran agama. Karena tujuan pencetakan alumninya adalah lebih banyak untuk terjun di lingkungan modern. Artinya selalu up to date. Pengajaran agamanya hanya berkisar pada pengetahuan dasar saja.
2.      Sekolah atau Madrasah
Lembaga ini adalah bentuk lain dari perwujudan pendidikan Islamdi Indonesia. Awal kemunculannya adalah di daerah-daerah yang jauh dari jangkauan para Kiai atau lebih “dikuasai” kaum intelek yang berpikiran modern. Bisa dikatakan lembaga ini adalah hasil duplikasi atau adaptasi dari sekolah-sekolah buatan penjajah yang kemudian menjelma menjadi tandingannya. Makanya sistem pengajaran yang digunakan itu banyak kemiripan dengan sekolah umum. Ada banyak tingkatan yang ditawarkan. Yaitu;
-          RA atau TPA/TPQ (setingkat TK)
-          MI atau SDI (setingkat SD)
-          MTs atau SMPI (setingkat SMP)
-          MA atau SMAI (setingkat SMA/SMU)
-          Perguruan Tinggi
Walaupun ada sebagian sekolah yang menyediakan asrama, tapi kadar keterikatan antara siswa dan asramanya masih kalah jika dibandingkan dengan santri dan pondoknya. Khusus PT, biasanya menggunakan nama lain untuk asramanya, yaitu Ma’had ‘aly.
Dengan demikian, disadari ataupun tidak, lembaga-lembaga pendidikan Islam juga turut andil merebut kemerdekaan dari tangan penjajah serta mendorong kemajuan bangsa dan negara Indonesia dengan mencetak alumnus yang berkualitas.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
ð  Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna.
ð  Islam memandang pendidikanitu sangat penting adanya. Karena dengan menjalani sebuah proses itulah seseorang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat menunjang taraf hidup dan posisinya di hadapan Allah dan manusia lainnya.
ð  Secara garis besar, ada 2 model pendidikan Islam di Indonesia. Yaitu;
1.      Pesantren
-          Salafy.
-          Semi Modern.
-          Modern.
2.      Sekolah/ Madrasah
-          RA/ TPA/ TPQ (TK).
-          MI/ SDI (SD).
-          MTs/ SMPI (SMP).
-          MA/ SMAI (SMA/ SMU).
-          Perguruan Tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
·         Arifin, HM., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
·         Drajat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
·         Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001
·         Kamus Besar Bahasa Indonesia
·         Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1995
·         UU Sisdiknas
·         Zauharin, et.al., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1985
·   

No comments:

Post a Comment

Metode Pelaksanaan Bangunan

 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan yakni : I                PEKERJAAN PERSIAPAN II               PEKERJAAN TANAH DA...