BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua gejala alam sebagai akibat
adanya aktivitas magma disebut vulkanisme.Gerakan magma itu terjadi karena
magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan
yang ada di sekitarnya.Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang
terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang
terlarut di dalamnya.Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang
sangat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, batuan tetap padat.
Magma bisa bergerak ke segala arah,
bahkan bisa sampai ke permukaan bumi.Jika gerakan magma tetap di bawah
permukaan bumi disebut intrusi magma, sedangkan magma yang bergerak dan
mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma atau erupsi. Erupsi inilah
yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan. Banyaknya tipe erupsi
menyebabkan munculnya jenis gunung api yang berbeda-beda.
Seperti yang telah kita ketahui, di
Indonesia banyak tersebar gunung apiyang masih aktif. Hal tersebut menyebabkan
Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api. Erupsi pada gunung api
menimbulkan dampak pada kehidupan manusia. Dampak tersebut selain dapat
merugikanjuga dapat memberikan keuntungan bagi manusia.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud arsitektur bumi ?
2. Bagaimana tenaga yang mengubah bentuk muka bumi ?
3. Apa yang
dimaksud dengan tektonisme ?
4. Bagaimana
tektonisme itu bisa terjadi ?
5. Apa yang dimaksud dengan vulkanisme?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian arsitektur bumi
2. Mengetahui mengetahui bagaimana Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
3. Mengetahui
pengertian tertonisme
4. Mengetahui
bagaimana tektonisme bisa terrjadi
5. Mengetahui
pengertian vulkanisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arsitektur Bumi
1. Definisi Bumi
Bumi yang kita tempati, antara satu
tempat dengan tempat yang lain tidaklah sama bentuk kenampakan alamnya. Pada
umumnya bumi terdiri atas daratan dan lautan, dimana luas lautan lebih besar
daripada daratan. Wilayah daratan dengan lautan masing-masing memiliki
keanekaragam bentuk yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di daratan saja memiliki
banyak sekali kenampakan alam (ada gurun, pegunungan, gunung, sungai, hutan,
dan masih banyak lagi). Kenampakan bentuk muka bumi baik di daratan maupun di
lautan dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan bentuk, hal ini dikarenakan
adanya tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun luar bumi (eksogen)
yang menyertainya. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan bentuk muka bumi
itu?.. pertanyaan ini mungkin akan memiliki banyak sekali jawaban dikarenakan
banyak sekali cara yang bisa digunakan untuk mendefinisikan bentuk muka bumi.
Mendefinisikan bentuk muka bumi akan lebih mudah apabila kita melihat langsung
kenampakan bentuk muka bumi yang ada. Sebagai contoh kita bisa mendefinisikan
bentuk muka bumi sebagai kenampakan alam (permukaan bumi) yang kita lihat
secara langsung dengan mata kita.
Untuk mempelajari bentuk muka bumi,
maka geomorfologi adalah ilmu yang tepat dalam mengkaji berbagai kenampakan
bentuk muka bumi. Geomorfologi berasal dari kata geomorf yang berarti
bentuk lahan dan logos yang berarti ilmu. Jadi geomorfologi adalah ilmu
atau uraian mengenai bentuk muka bumi. Cooke (1974) mengatakan bahwa
geomorfologi adalah studi bentuk lahandan proses-proses yang mempengaruhi
pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan
keruangannya. Sedangkan menurut Verstappen (1983) geomorfologi merupakan ilmu
pengetahuan alam tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik diatas maupun
dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di
masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan. Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa geomorfologi mempelajari
bentuk lahan muka bumi.
2. Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
Permukaan bumi selalu dan akan selalu
mengalami perubahan sebagai akibat gomorfologi. Proses ini dapat berupa proses
endogen (dari dalam bumi), proses eksogen ( dari luar bumi), maupun
ekstraterestrial (angkasa, contoh meteor jatuh). Antara proses endogen dan
eksogen saling berhubungan dimana apabila proses endogen terjadi (misal gunung
meletus) maka proses eksogen akan menyertainya.
Berikut ini akan dijelaskan lebih
detail mengenai proses-proses yang bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga
proses tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tenaga Endogen
Merupakan tenaga dari dalam bumi yang
membentuk konfigurasi permukaan bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk
permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan
batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya
permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau
pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau
jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme, dan
gempa.
Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga
orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau
penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif
lambat. Contoh akibat dari tenaga epirogenesa positif adalah turunnya
pulau-pulau di Indonesia Timur, dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif
adalah pengangkatan benua Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan
pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh
dari tenaga ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur
(pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga pembentuk
pegunungan.
Proses Diastropisme adalah proses strutural yang
mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi magma tapi
tenaga dari dalam bumi. Kalau tenaga endogen yang menekan litosfer arahnya
mendatar dan bertumpukan yang mengakibatkan permukaan bumi melipat menyebabkan
terbentuknya puncak dan lembah disebut lipatan. Bentuk permukaan bumi dari
hasil proses ini ada dua, yaitu :
puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Proses datropisme juga dapat menyebabkan struktur lapisan-lapisan batuan retak-retak dan patah. Lapisan batuan yang mengalami proses patahan ada yang mengalami pemerosotan yang membentuk lembah patahan dan ada yang terangkat membentuk puncak patahan. Lembah patahan disebut slenk atau graben sedangkan puncak patahan dinamakan horst.
puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Proses datropisme juga dapat menyebabkan struktur lapisan-lapisan batuan retak-retak dan patah. Lapisan batuan yang mengalami proses patahan ada yang mengalami pemerosotan yang membentuk lembah patahan dan ada yang terangkat membentuk puncak patahan. Lembah patahan disebut slenk atau graben sedangkan puncak patahan dinamakan horst.
2. Tenaga eksogen
Proses eksogen berlangsung pada
permukaan bumidan tenaganya berasal dari luar kulit bumi. Tenaga yang bekerja
meliputi semua medium alami yang mampu mengikis dan mengangkut material di
permukaan bumi. Tenaga ini dapat berupa pelapukan (baik pelapukan fisik,
mekanis, organik, maupun campuran), gerakan massa batuan, longsor, dan erosi.
Tenaga yang menggerakkan dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang, dan
arus tsunami, angin dan gletser. Berdasarkan proses yang bekerja pada permukaan
bumi dikenal proses fluvial, marin, eolian, glasial, pelapukan dan gerakan
massa batuan. Akibat bekerjanya proses tersebut terjadilah proses gradasi yang
terdiri atas degradasi dan agradasi.
Proses degradasi cenderung menyebabkan
penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan penaikan permukaan
bumi. Pada proses degradasi tercakup proses pelapukan, gerak massa batuan dan
erosi. Berlangsungnya proses eksogen tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi
(jenis batuan, struktur geologi, sikap perlapisan), iklim, topografi, vegetasi,
dan tanah.
3. Bentuk-bentuk Muka Bumi
Pada dasarnya bentuk-bentuk muka bumi
dibagi menjadi 2 (dua), yakni bentuk muka bumi pada wilayah daratan dan bentuk
muka bumi pada wilayah lautan. Masing-masing bentuk muka bumi baik di daratan
maupun di lautan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Lalu apa saja bentuk
muka bumi di wilayah daratan dan lautan tersebut. Berikut akan dijelaskan lebih
rinci bentuk-bentuk muka bumi di kedua wilayah tersebut.
1. Di daratan
Bentuk muka bumi di wilayah daratan berada
di permukaan bumi yang tidak tertutupi air. Bentuk muka bumi di daratan ini
terbagi menjadi 3 (tiga), yakni: dataran rendah, dataran tinggi, gunung, dan
pegunungan.
·
Dataran
rendah. Merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian
antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dataran ini mempunyai ketinggian
mencapai 200 m di atas permukaan air laut. Contoh dari dataran rendah, yakni
dataran aluvial (contoh dataran aluvial di Sumatra Bagian Timur).
·
Dataran
tinggi. Merupakan dataran yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau
pegunungan. Dataran tinggi terbentuk sebagai akibat hasil erosi dan
sedimentasi. Dataran ini juga dinamakan plato, contoh dataran tinggi gayo,
dataran tinggi dieng.
·
Gunung.
Merupakan bentuk muka bumi yang berbentuk kerucut atau kubah berdiri sendiri.
Pada beberapa gunung ditemukan juga yang bersambung dengan gunung lainnya,
namun bentuk terpisahnya masih jelas. Umumnya gunung merupakan gunung berapi,
contoh gunung bromo, gunung semeru, dan gunung merapi.
·
Pegunungan.
Bentuk muka bumi ini berbeda dengan gunung, tetapi juga memiliki persamaan
yakni letaknya sama-sama tinggi. Perbedaannya adalah kalo pegunungan merupakan
suatu jalur memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak
yang lainnya. Pegunungan biasanya relatif luas. Pegunungan dapat dibedakan
menjadi pegunungan tua dan muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang
relatif rendah dengan puncaknya yang relatif tumpul dan lerengnya landai
(contoh pegunungan skandinavia dan australia timur), sedangkan pegunungan muda
pada umumnya tinggi denga puncaknya yang runcing dan lerengnya relatif curam.
Contoh dari pegunungan di Indonesia adalah pegunungan bukit barisan.
2. Di lautan
Bentuk muka bumi di wilayah lautan
merupakan daerah yang tergenang oleh air laut dan letaknya di dasar laut.
Contoh relief dasar laut, yakni:
·
Palung
laut (trough) merupakan daerah ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contoh
palung sunda (7450 meter)
·
Lubuk
laut (basin) terjadi akibat tenaga tektonik merupakan laut ingresi dan
bentuknya bulat. Contoh lubuk sulawesi, lubuk banda
·
Gunung
laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut dan puncaknya menjulang ke
atas permukaan air laut. Contoh gunung krakatau.
·
Punggung
laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contoh punggung laut
Sibolga.
·
Ambang
laut adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut dalam
contoh ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
B. Tektonisme
1.
Pengertian Tektonisme
Tektonisme
adalah peristiwa pergeseran dan perubahan kerak bumi dalam skala besar, pada
umumnya meliputi patahan, lipatan dan tektonik lempeng. Menurut teori tektonik
lempeng bahwa litosfer dipandang terdiri dari dari beberapa lempeng pejal yang
bergerak relatif lambat. Lempeng adalah suatu bentuk ukuran yang panjang dan
lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya (contoh daun pintu, ubin, dll).
Menurut konsep isostasi bahwa material
kerak bumi mengapung karena kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke
atas yang dikerjakan oleh lapisan fluida. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan
luar bumi (litosfer) terdiri dari kerak bumi dan bagian padat mantel atas,
sampai kedalaman kira-kira 80 km. Material di bawah litosfer yang dianggap
cukup panas, sehingga mudah dibentuk ulang dan mampu mengalir, dinamakan
asthenosfer. Gerak relatif lempeng ada tiga yaitu divergen (saling menjauhi),
konvergen (saling mendeka) dan geseran. Pada batas antara kedua lempeng yang
bergerak divergen, terjadi pelebaran dasar samudra. Begitu kedua lempeng saling
menjauhi, material lebur panasdan mantel naik untuk mengisi celah yang
terbentuk. Material lebur yang naik mndingin menjadi tanggul dasar samudra.
Jika luas permukaan bumi dianggap tetap,
maka ketika material litofer baru tercipta sepanjang batas antara kedua
lempeng, terjadilah gerak saling mendekati (konvergen). Ada 3 jenis gerak
konvergen yang dialami oleh lempeng.
Ketika
lempeng samudra bertumbukan dengan lempeng benua, lempeng samudra yang lebih
rapat menggeser ke bawah lempeng benua dengan sudut miring tertentu sehingga
terbentuklah palung laut
Ketika
dua lempeng samudra bertumbukan, lempeng yang satu akan menggeser ke bawah
lempeng yang lain pada daerah patahan. Akibat dari ini akan muncul gunung berapi
di lautan.
Kedua
lempeng relatif ringan dibanding astenosfir yang terletak di bawahnya dan
terlalu tebal sehingga salah satu tidak dapat didorong ke bawah. Ujung-ujung
lempeng yang berdekatan saling mendorong sehingga terjadi lekuka, membentuk
jalur pegunungan. Himalaya diperkirakan terjadi karena tumbukan seperti ini,
yaitu tumbukan antara lempeng india dan eurasia pada 45 juta tahun lalu.Pada
pergeseran terbentuk transform fault, yang terjadi ketika ujung-ujung kedua
lempeng bergeseran satu sama lain. Gempa bumi umumnya terjadi di sepanjang
transform fault ini. Pada tahun 1968 ditetapkan bahwa litosfer terdiri dari 6
lempeng utama yaitu lempeng afrika, amerika, eurasia, india (australia) pacific
dan antartika.
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika
(pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur
gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan
lempeng. Menurut
teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan
posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara
lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik
yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan
dataran tinggi.
Prinsip
umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku
yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung
bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan
hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat
bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit
yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer
yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang
tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari
kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya
aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi.
Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau
keduanya.
Pada
daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona
konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.Tumbukan itu dapat
berupa :.
2.
Tumbukan lempeng benua dengan
lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah
dengan sudut 45º atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
3.
Tumbukan lempeng samudra dengan
lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu
akan menyusup di bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung
api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan
laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak
beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
4.
Tumbukan lempeng benua dengan
lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah
benua sehingga menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan ,
terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan
baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang
menghasilkan pegunungan Himalaya.
Teori Tektonik Lempeng
Teori lempeng tektonik diyakini oleh
banyak ahli sebagai teori yang menerangkan proses dinamika bumi, antara lain
gempa bumi dan pembentukan jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi
(kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di
atas lapisan yang lebih padat yang disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak
bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra tersusun atas batuan
yang bersifat basa, sedangkan kerak benua tersusun atas batuan yang bersifat
asam.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika
Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan
teori-teori sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna
sehingga diterima oleh para ahli geologi.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat
adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut
lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya
menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik;
merupakan dasar dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi, peristiwa
gunung berapi, pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) juga suatu
teori dalam bidang geologi yang menjelaskan tentang sifat-sifat bumi yang
mobil/dinamis karena adanya gaya endogen dari dalam bumi. Teori ini
dikembangkan untuk memberikan penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan
skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini menggantikan teori lama yaitu: Teori Continental
Drift yang lebih dahulu dikemukakan pada pertengahan pertama abad ke – 20 dan
konsep Seafloor Spreading yang dikembangkan pada tahun 1960 – an.
Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat
dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan
hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental
crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari
mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan
teratas mantel ini dinamakan litosfer yang terpecah ke dalam beberapa lempeng
tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding
kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra
(mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang
dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat
tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Pergerakan lempeng tektonik
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan lempeng yang saling mendekat,
saling menjauh, dan saling melewati.
a.
Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan
lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya tumbukan yang salah
satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng yang lain. Daerah
penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi
yang kuat. Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan terjadi aktivitas
vulkanisme dan terbentuknya cekungan pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini
di Indonesia adalah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau
Jawa, jalur gunung api di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai
cekungan di Sumatra dan Jawa. Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga
mengakibatkan tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang
lain (subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.
b.
Pergerakan lempeng saling menjauh
Pergerakan
lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak
bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur
vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di
belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini
berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah
terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua
Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya
perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng
konstruktif.
c.
Pergerakan lempeng saling melewati
Pergerakan
lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah
yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua
perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan
atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang
dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang
besar. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah patahan San Andreas di
Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke
arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antar
lempeng yang saling melewati dengan gerakan yang sejajar disebut batas
menggunting (shear boundaries).
Berlandaskan pada teori lempeng
tektonik, kerak bumi terpecah-pecah menjadi lempengan-lempengan yang mengapung
di atas lapisan yang lebih cair. Lempeng tektonik tebalnya dapat mencapai 80
km, tetapi ada juga yang lebih tipis dengan luas yang beragam. Jika
lempeng-lempeng tersebut bergerak saling bertumbukan, maka akan terjadi penunjaman.
Sesuai dengan hukum fisika sederhana, lempengan yang berat jenis atau massanya
lebih besar akan menunjam dan menyusup ke bawah lempeng yang lebih ringan.
Pergerakan lempeng tektonik tersebut sangat lambat, yaitu antara 1 dan 10 cm
per tahun. Namun, pergerakan yang sangat lambat tersebut ternyata mengumpulkan
energi yang sangat kuat secara pelan-pelan di kedalaman sekitar 80 km. Apabila
tekanan dan regangan tumbukan lempeng mencapai titik jenuh, biasanya akan
terjadi gerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba. Gerakan tersebut menimbulkan
getaran di muka bumi yang disebut gempa.
Jika
lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis yang
mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut terdapat
rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam bumi.
Cairan yang keluar dari dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi batuan
basalt. Banyaknya basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik ke
arah yang saling berlawanan. Akibatnya, lempeng tektonik terpisah dengan jarak
yang makin jauh.
Pada
setiap daerah penunjaman, kira-kira pada kedalaman 150 km, terjadi pelelehan
batuan yang disebut pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan terjadi
karena adanya gesekan batuan dengan massa yang sangat padat dan berat secara
terus menerus. Melalui rekahan atau celah yang ada, lelehan tersebut akan
menyusup dan berusaha menembus kerak bumi. Jika lelehan tersebut berhasil
menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut muncul gunung api. Oleh karena
itu, dapat diketahui bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya gesekan
lempeng tektonik.
Penyebab Lempeng Bergerak
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita
terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak
relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi
ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun
1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai
peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi,
juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental
crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari
mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan
teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra
lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen
zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak
benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang
dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat
tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan
satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di
bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.
Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng
tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis,
yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup
kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.
1.
Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling
memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer
menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses
ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada
lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley)
akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah
satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di
sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua
Amerika.
2.
Batas Konvergen
Terjadi
apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua
atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di
zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic
ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3.
Batas Transform
Terjadi
bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).
Gempa bumi
adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan oleh tektonisme,
volkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam
membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.
Berdasarkan peristiwa yang
menimbulkannya, gempa dibedakan menjadi 3 (tiga), yakni: gempa tektonik, gempa
volkanik, dan gempa runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh aktivitas gunung
api, gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni patahan dan
retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan atap gua
(sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga macam gempa ini
yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik dan volkanik.
C. Vulkanisme
1.
Pengertian Vulkanisme
Vulkanisme
berasal dari kata Vulkanus, dewa api
bangsa Yunani yang konon tinggal di danau kawah Vulkano di Kepulauan Lipari,
lepas pantai Italia. “Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan
gerakan magma naik ke permukaan bumi” (Herlambang, 2014: 37).“Vulkanisme adalah
proses alam yang berhubungan dengan kegiatan kegunungapian, mulai dari asal
usul pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi
dalam berbagai bentuk dan kegiatannya” (Buranda, 2012: 98).“Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan
magma yang naik ke permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui
sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema” (Anonim: 2013).Jadi, dapat disimpulkan bahwa
vulkanisme adalah semua peristiwa alam yang diakibatkan
oleh adanya aktivitas magma yang naik ke permukaan bumi baik melalui lubang
kepundan maupun melalui celah atau retakan kerak bumi.
Vulkanisme adalah peristiwa alam
akibat adanya aktivitas magma. Relief bentuk muka bumi Indonesia sangat
heterogen, hal ini salah-satunya diantaranya diakibatkan oleh peristiwa
vulkanisme. Dan dengan tekan yang sangat kuat magma bisa bergerak ke berbagai
arah. Jika magma itu bisa sampai keluar disebut ekstrusi, inilah yang
melahirkan gunung api atau vulkan. Jika magma tetap di bawah permukaan bumi
disebut intrusi magma. Akibat adanya intrusi, terjadilah bermacam bentukan.
Keluarnya cairan magma menuju ke permukaan berasal dari dapur magma disebut
batolit. Batolit yang bentuknya lebih kecil dengan permukaan cembung, dasarnya
rata disebut Lakolit, sedangkan magma yang masuk diantara batuan dan membeku
tipis dan datar disebut Sill. Magma yang ada di dapur magma, suhunya masih
tinggi, dan makin ke atas suhunya makin turun, dalam pergerakanya magma kadang
bisa sampai keluar ke permukaan bumi, kadang belum sampai keluar, magma sudah
dingin dan membeku serta berubah menjadi batuan.
2.
Pengertian Intrusi dan Ekstrusi Magma
1.
Intrusi Magma
Menurut Poetrafic, intrusi magma adalah
menyusupnya magma dari dapur magma ke dalam lapisan kulit bumi (litosfer) yang
berbentuk padat dan keras, akan tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Adapun
jenis-jenis intrusi menurut Poetrafic (2010) sebagai berikut.
1)
Batolit adalah batuan beku yang
terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat
lambat. Dengan kata lain, batolit adalah intrusi magma yang berada dekat dengan
dapur magma. Batolit berbentuk seperti lensa cembung yang besar.
2)
Lakolit adalah magma yang menyusup di
antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat
sehingga menyerupai lensa cembung.
Permukaan atas lakolit bentuknya
tetap rata. Lakolit biasanya berada di atas sill.
3) Sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
Menyusupnya bisa horizontal dan vertikal. Sill
biasanya terletak di bawah lapisan lakolit.
4) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder.
Diatrema dimulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi. Bentuk ditrema
seperti lubang kepundan, tempat keluarnya magma.
5) Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer
dengan bentuk pipih atau lempeng. Perbedaan antara intrusi korok dengan
sill adalah apabila sill batuan beku diantara dua lapisan batuan. Intrusi korok
merupakan batuan beku yang terbentuk dari intrusi magma yang berbentuk pipih
yang posisinya memotong antar lapisan batuan.
6) Apofisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil. Apofisa
dapat disebut juga sebagai percabangan magma yang ukurannya kecil atau sering
disebut urat-urat magma. Apofisa berbentuk horizontal
2.
Gejala Vulkanisme
Syarat-syarat
terjadinya gejala vulkanisme adalah :
1)
Terbentuknya dapur magma di
lapis-lapis kulit bumi
2)
Terjadi intrusi magma, yaitu
aktivitas magma yang menerobos melalui celah, retakan atau patahan yang
terbentuk di lapisan atas dapur magma tetapi tidak sampai tembus ke permukaan
bumi. Hasil bentukan intrusi magma :
·
Batolit, yaitu batuan beku
dalam yang membeku di dekat atau di dalam dapur
magma.
·
Lakolit, yaitu batuan beku
dalam yang membeku di antara dua lapisan litosfer dan bentuk alasnya datar,
bagian atasnya cembung.
·
Sills, yaitu batuan beku dalam
yang membeku di antara dua lapisan, bentuknya tipis, pipih, dan melebar.
·
Dikes, yaitu batuan beku dalam
yang memotong lapisan litosfer, bentuk miring/tegak dan pipih.
·
Apofisa, yaitu batuan beku
dalam yang terbentuk di cabang-cabang berukuran kecil.
·
Batuan beku korok, batuan beku
yang membeku di pipa kawah.
3)
Ekstrusi Magma, yaitu aktivitas atau gerakan magma yang mencapai permukaan
bumi. Ekstrusi dapat menyebabkan erupsi, sedangkan erupsi itu dibagi menjadi
dua, antara lain :
·
Erupsi eksplosif, yaitu letusan
yang luar biasa dahsyatnya akibat tekanan gas yang sangat kuat.
·
Erupsi epusif, yaitu letusan
karena tekanan gas magmatiknya tidak seberapa kuat, sehingga magma kental
keluar dari kepundan.
Klasifikasi lainmenurut
Buranda (2012: 105) berdasarkan penyebab erupsi sebagai berikut.
a)
Erupsi Magma (Magmatik eruption) adalah erupsi yang
dihasilkan oleh dobrakan tekanan gas yang berasal dari dapur magma.
b)
Erupsi Hidro (Hidro eruption) adalah erupsi yang
dihasilkan oleh tekanan uap yang berasal dari pemanasan air di luar magma.
c)
Erupsi Preatik (Preatic Eruption) adalah erupsi yang
dihasilkan oleh tekanan uap dari air tanah yang mengalami pemanasan magma.
d)
Erupsi Preato-magmatik (Preatomagmatik eruption) adalah
gabungan erupsi magma dan erupsi preatik.
Kenampakan
vulkanik dibedakan menjadi dua seperti berikut.
a)
Kenampakan Vulkanik Ekstrusif
Kenampakan vulkanik ekstrusif di
antaranya danau kaldera, sumbat lava, dan plato lava. Danau kaldera terjadi
akibat letusan sangat dahsyat sehingga menyisakan lubang yang sangat besar.
Lubang ini kemudian terisi air dan membentuk danau.Sumbat lava terjadi jika
magma terdorong ke permukaan.Magma yang panas ini akhirnya mencuat ke permukaan
dan menjadi dingin.Sumbat lava ini bisa sangat besar hingga menyerupai bukit.
Plato lava terjadi jika magma yang keluar dari dalam Bumi sangat encer sehingga
menyebar dan membentuk hamparan lava yang luas. Lava ini perlahan-lahan membeku
hingga membentuk suatu daratan. Lama-kelamaan lava ini semakin tinggi hingga
membentuk dataran tinggi dan luas yang disebut plato. Selain kenampakan
vulkanik ekstrusif, ada beberapa kenampakan oleh kegiatan panas bumi
(geothermal) yang berhubungan dengan vulkanisme, yaitu geyser, mata air panas,
kolam lumpur, solfatar (embusan gas gunung berapi yang banyak mengandung
belerang), dan fumarol (embusan gas gunung berapi berupa uap panas kering/dry steam atau uap panas yang mengandung
air/wet steam).
b)
Kenampakan Vulkanik Intrusif
Kenampakan ini terbentuk ketika magma yang menyusup
ke dalam batuan membeku sebelum mencapai permukaan Bumi.Kenampakan intrusif
kadang kala terlihat di permukaan karena terjadi erosi batuan
penutupnya.Contohnya batuan intrusif dapat dilihat di Pantai Parangkusumo,
Daerah Istimewa Yogyakarta.Batuan ini menonjol ke permukaan sebagai batuan
andesit.Beberapa bentuk vulkanik intrusif adalah batolit, lakolit, dan dike.
Kalangan
Vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi kedalam tiga tipe
berdasarkan catatan sejarahl etusan/erupsinya.
a)
Gunungapi Tipe A :tercatat
pernah mengalami erupsi magmatic sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun
1600.
b)
Gunungapi TipeB :sesudah
tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatic namun masih
memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara
dan fumarola.
c)
Gunungapi Tipe C : sejarah
erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat
tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkah lemah.
Berdasarkan
kekentalan magma, tekanan gas, kedalaman dapur magma, dan material yang
dikeluarkannya, letusan gunung api dibedakan beberapa tipe yaitu sebagai
berikut.
1.
Letusan Tipe Hawai
(Anonim: 2012)
|
Letusan
tipe hawai terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga
mudah mengalir ke segala arah.Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan
bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan
Kilauea di Hawai.
2.
Letusan Tipe Stromboli
(Anonim: 2012)
|
Letusan
tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval
atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari
tenggang waktu letusannya ± 12 menit. Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan
yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu. Contoh gunungapi bertipe
stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).
3.
Letusan Tipe Vulkano
(Anonim
2012)
Letusan
tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta
bahan-bahan padat dan cair atau lava.Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan
erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di
Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
4.
Letusan Tipe Merapi
(anonim
2102)
Letusan tipe ini mengeluarkan lava
kental sehingga menyumbat mulut kawah.Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin
bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava.Sumbatan yang pecah-pecah terdorong
ke atas dan akhirnya terlempar keluar.Material ini menuruni lereng gunung
sebagai ladu atau gloedlawine.Selain
itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk)
atau sering disebut wedhus gembel.Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk
di sekitarnya. Contoh: gunung Merapi di Jawa Tengah.
5.
Letusan Tipe Perret atau Plinian
(Anonim 2012)
Letusan
tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan.Material yang
dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan
tipe ini dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga
dinding kawah melorot. Contoh: Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan
St. Helens 18 Mei 1980.
6.
Letusan Tipe Pelee
(Anonim:
2012)
|
Letusan
tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api
yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi
bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, maka gunung tersebut
akan meletus.Lava yang keluar bersifat kental. Contoh: gunung Pelee di Amerika
Tengah
7.
Letusan Tipe Sint
Vincent
(Anonim:
2012)
|
Letusan
tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini
mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang
sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung
Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902 (Geoenviron: 2012).
Jika terjadi letusan gunung
api, ada material yang dikeluarkan. Material tersebut dapat berwujud benda
padat, cair, dan gas.Berikut penjelasannya.
Material Padat (Efflata), terdiri
atas:
a)
bom
(batu-batu besar)
b)
terak (batu-batu yang tidak
beraturan)
c)
bahan lapili, berupa kerikil
d)
pasir
e)
debu
f)
batu apung
Menurut asalnya, efflata dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)
efflata allogen, berasal dari batu-batu
di sekitar kawah yang terlempar ketika terjadi letusan.
b)
efflata autogen, berasal dari magma itu
sendiri atau piroklastik.
Material Cair (effusifa),
terdiri atas:
a)
Lava, yaitu magma yang meleleh
di luar gunung api.
b)
Lahar panas, yaitu campuran
magma dan air, sehingga merupakan lumpur panas yang mengalir.
c)
Lahar dingin, terbentuk dari efflata porus atau bahan padat di puncak
gunung menjadi lumpur ketika turun hujan lebat dan mengalir pada lereng serta
lembah. Contohnya, akibat letusan Gunung Merapi tahun 2006 yang lalu telah
menghasilkan sekitar 6 juta meter kubik timbunan material yang akan membentuk
aliran lahar dingin saat turun hujan.
Material Gas
(Ekshalasi) terdiri atas:
a)
solfatar, berbentuk gas belerang (H2S).
b)
fumarol, berbentuk uap air (H2O).
c)
mofet, berbentuk gas asam arang (CO2). Gas ini berbahaya bagi
kehidupan karena bersifat racun. Selain itu, sifatnya yang lebih berat dari
oksigen menyebabkan gas ini lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga mudah
dihirup oleh makhluk hidup. Contohnya, gas CO2 yang keluar dari
Gunung Dieng pada tahun 1979 telah membunuh 149 penduduk (Lutfiana: 2013).
3. Klasifikasi Macam - Macam
Jenis Vulkanisme
Jenis-jenis vulkanisme
dapat dibedakan berdasarkan tempat terjadinya. Berdasarkan tempat terjadinya
vulkanisme, jenis-jenis vulkanisme terbagi menjadi:
a.
Vulkanisme pada zona divergen
Vulkanisme pada zona ini berupa keluarnya
magma bersuhu tinggi secara meleleh tanpa letusan dahsyat.
b.
Vulkanisme pada zona konvergen
Vulkanisme pada zona konvergen berupa
letusan dahsyat yang mengeluarkan magma cair kental, magma padat, dan gas.
c.
Vulkanisme pada zona tengah
Vulkanisme pada zona tengah berupa
melelehnya magma tanpa letusan dahsyat.
4. Gejala (Tanda) Vulkanisme
a) Gejala di Luar Perut Bumi
Gunung api yang sedang mengalami aktivitas
magma menimbulka tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan manusia. Gejala
tersebut diantaranya:
·
Terjadinya gempa bumi
Gunung berapi yang sedang mengalami
aktivitas magma sering menyebabkan gemoa vulkanik yang dapat dirasakan di
sekitar gunung api.
·
Turunnya hewan
Hewan mampu menyadari gelaja vulkanisme.
Mereka biasanya akan turun secara berkelompok menghindari puncak gunung api.
·
Keluarnya awan panas
Awan panas keluar seiring proses vulkanisme.
Awan ini sering disertai abu vulkanik yang sangat panas. Awan ini sebaiknya
dijauhi karena berbahaya dan beracun.
b)
Gejala di Dalam Perut Bumi
Selain di luar permukaan bumi, terdapat juga
gejala di dalam permukaan bumi. Gejala tersebut diantaranya:
·
Dapur magma terbentuk di
lapisan-lapisan kulit bumi.
·
Terjadi intrusi magma.
5.
Pengelompokkan Ekstrusi Magma
Pengelompokkan ekstrusi
magma terbagi menjadi dua bagian, yaitu ekstrusi magma berdasarkan kekuatan
tekanan gasnya dan ekstrusi magma berdasarkan tempat terjadinya. Berikut akan
dijelaskan masing-masing dari pengelompokkan tersebut.
a.
Berdasarkan Kekuatan Tekanan
Gas
Berdasarkan kekuatan
tekanan gasnya, ekstrusi magma dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu ekstrusi
eksplosif, ekstrusi efusif dan ekstrusi campuran. Ekstrusi eksplosif adalah
erupsi magma yang disertai dengan suara letusan yang keras dan juga mengeluarkan
banyak material dari perut bumi, ekstrusi eksplosif ini dapat menghasilkan
suara ledakan karena tekanan gas yang berada di dalamnya sangat banyak dan kuat
sehingga menyebabkan material dalam perut bumi ikut keluar dalam jumlah yang
cukup besar.
Ekstrusi efusif adalah
erupsi kecil yang tidak sampai menimbulkan suara ledakan karena tekanan gas
dari dalam perut bumi tidak sekuat dari ekstrusi eksplosif dan juga pada
ekstrusi efusif ini bahan material yang dikeluarkan hanya lava cair dan
material padat dalam jumlah yang sedikit. Ekstrusi campuran adalah gabungan
dari proses ekstrusi eksplosif dan ekstrusi efusif yang terjadi secara
bergantian.
b.
Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat
terjadinya, ekstrusi magma dibagi menjadi 3 kelompok yaitu ekstrusi linier,
ekstursi sentral dan ekstrusi areal. Ekstrusi linier adalah peristiwa keluarnya
magma dari dalam perut bumi yang keluar dari celah yang ada di sepanjang
retakan, hal ini mengakibatkan terbentuknya gunung api kecil di sekitar
pegunungan yang memiliki retakan tersebut. Contoh dari ekstrusi linier adalah
wilayah pegunungan yang berada di sepanjang Jawa Barat menuju pegunungan di
Jawa Timur.
Ekstrusi sentral adalah
peristiwa keluarnya magma melalui saluran tunggal dan langsung dari dalam perut
bumi. Pada erupsi ini nantinya akan terbentuk gunung-gunung yang berdiri
sendiri akan tetapi ukurannya cukup besar. Contoh dari ekstrusi sentral adalah
Gunung Krakatau. Ekstrusi areal adalah peristiwa keluarnya magma dari lubang
yang besar, besarnya lubang tersebut disebabkan karena dekatnya permukaan muka
bumi dengan dapur magma, hal ini menyebabkan magma menjadi menghancurkan dapur
magmanya sendiri dan meleleh keluar bumi. Contoh dari ekstrusi areal adalah di
daerah Yellow Stone National Park di Amerika Serikat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tektonisme adalah peristiwa pergeseran dan perubahan kerak bumi dalam skala
besar, pada umumnya meliputi patahan, lipatan dan tektonik lempeng.
Vulkanisme merupakan seluruh peristiwa alam yang
diakibatkan oleh adanya aktivitas magma yang naik ke permukaan bumi baik
melalui lubang kepundan maupun melalui celah atau retakan kerak bumi. Intrusi magma adalah menyusupnya
magma dari dapur magma ke dalam lapisan kulit bumi tetapi tidak mencapai
permukaan bumi. Hasil bentukannya berupa batolit,
lakolit, sill, diatrema, intrusi korok dan apofisa. Sedangkanekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke
permukaan bumi dan membentuk gunung api. Adapun jenis-jenis gunung api terdiri dari berbagai
macam bentuk dan tipe yang masing-masing diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Ketika gunung api telah meletus pasti mengeluarkan material-material.
Material tersebut dapat berwujud padat, cair dan gas. Ketika gunung api akan
meletus, akan muncul berbagai gejala. Sehingga masyarakat bisa segera melakukan
antisipasi untuk menyelamatkan diri.
B. Saran
Sebelum bencana gunung
api terjadi, salah satu cara untuk mendeteksi kapan terjadinya letusan adalah
melalui gejala-gejala post vulkanik. Untuk itu masyarakat diharap untuk
berwaspada. Dari dampak negatif yang diakibatkan oleh letusan gunung api
tersebut, kita harus berhati-hati. Kemudian, dari dampak positif letusan gunung
api kita dapat mengambil manfaat darinya.
No comments:
Post a Comment