Friday, November 22, 2019

Fisika Lingkungan


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Semua gejala alam sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme.Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya.Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang sangat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, batuan tetap padat.
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi.Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma, sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma atau erupsi. Erupsi inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan. Banyaknya tipe erupsi menyebabkan munculnya jenis gunung api yang berbeda-beda.
Seperti yang telah kita ketahui, di Indonesia banyak tersebar gunung apiyang masih aktif. Hal tersebut menyebabkan Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api. Erupsi pada gunung api menimbulkan dampak pada kehidupan manusia. Dampak tersebut selain dapat merugikanjuga dapat memberikan keuntungan bagi manusia.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini sebagai berikut.
1.    Apa yang dimaksud arsitektur bumi ?
2.    Bagaimana tenaga yang mengubah bentuk muka bumi ?
3.    Apa yang dimaksud dengan tektonisme ?
4.    Bagaimana tektonisme itu bisa terjadi ?
5.    Apa yang dimaksud dengan vulkanisme?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian arsitektur bumi
2.      Mengetahui mengetahui bagaimana Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
3.      Mengetahui pengertian tertonisme
4.      Mengetahui bagaimana tektonisme bisa terrjadi
5.      Mengetahui pengertian vulkanisme

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Arsitektur Bumi
1.    Definisi Bumi
Bumi yang kita tempati, antara satu tempat dengan tempat yang lain tidaklah sama bentuk kenampakan alamnya. Pada umumnya bumi terdiri atas daratan dan lautan, dimana luas lautan lebih besar daripada daratan. Wilayah daratan dengan lautan masing-masing memiliki keanekaragam bentuk yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di daratan saja memiliki banyak sekali kenampakan alam (ada gurun, pegunungan, gunung, sungai, hutan, dan masih banyak lagi). Kenampakan bentuk muka bumi baik di daratan maupun di lautan dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan bentuk, hal ini dikarenakan adanya tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun luar bumi (eksogen) yang menyertainya. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan bentuk muka bumi itu?.. pertanyaan ini mungkin akan memiliki banyak sekali jawaban dikarenakan banyak sekali cara yang bisa digunakan untuk mendefinisikan bentuk muka bumi. Mendefinisikan bentuk muka bumi akan lebih mudah apabila kita melihat langsung kenampakan bentuk muka bumi yang ada. Sebagai contoh kita bisa mendefinisikan bentuk muka bumi sebagai kenampakan alam (permukaan bumi) yang kita lihat secara langsung dengan mata kita.
Untuk mempelajari bentuk muka bumi, maka geomorfologi adalah ilmu yang tepat dalam mengkaji berbagai kenampakan bentuk muka bumi. Geomorfologi berasal dari kata geomorf yang berarti bentuk lahan dan logos yang berarti ilmu. Jadi geomorfologi adalah ilmu atau uraian mengenai bentuk muka bumi. Cooke (1974) mengatakan bahwa geomorfologi adalah studi bentuk lahandan proses-proses yang mempengaruhi pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan keruangannya. Sedangkan menurut Verstappen (1983) geomorfologi merupakan ilmu pengetahuan alam tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa geomorfologi mempelajari bentuk lahan muka bumi.
2.      Tenaga Yang Mengubah Bentuk Muka Bumi
Permukaan bumi selalu dan akan selalu mengalami perubahan sebagai akibat gomorfologi. Proses ini dapat berupa proses endogen (dari dalam bumi), proses eksogen ( dari luar bumi), maupun ekstraterestrial (angkasa, contoh meteor jatuh). Antara proses endogen dan eksogen saling berhubungan dimana apabila proses endogen terjadi (misal gunung meletus) maka proses eksogen akan menyertainya.
Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai proses-proses yang bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Tenaga Endogen
Merupakan tenaga dari dalam bumi yang membentuk konfigurasi permukaan bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Tenaga ini dapat berupa tektonisme (diastropisme), volkanisme, dan gempa.
Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif lambat. Contoh akibat dari tenaga epirogenesa positif adalah turunnya pulau-pulau di Indonesia Timur, dan akibat dari tenaga epirogenesa negatif adalah pengangkatan benua Asia. Sedangkan tenaga orogenesa merupakan pengangkatan pada daerah relatif sempit dalam waktu relatif singkat. Contoh dari tenaga ini adalah terbentuknya pegunungan lipatan di zone utara jawa timur (pegunungan kendeng). Tenaga ini biasa disebut sebagai tenaga pembentuk pegunungan.
Proses Diastropisme adalah proses strutural yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi magma tapi tenaga dari dalam bumi. Kalau tenaga endogen yang menekan litosfer arahnya mendatar dan bertumpukan yang mengakibatkan permukaan bumi melipat menyebabkan terbentuknya puncak dan lembah disebut lipatan. Bentuk permukaan bumi dari hasil proses ini ada dua, yaitu :
puncak lipatan (antiklin) dan lembah lipatan (sinklin). Proses datropisme juga dapat menyebabkan struktur lapisan-lapisan batuan retak-retak dan patah. Lapisan batuan yang mengalami proses patahan ada yang mengalami pemerosotan yang membentuk lembah patahan dan ada yang terangkat membentuk puncak patahan. Lembah patahan disebut slenk atau graben sedangkan puncak patahan dinamakan horst.
2.    Tenaga eksogen
Proses eksogen berlangsung pada permukaan bumidan tenaganya berasal dari luar kulit bumi. Tenaga yang bekerja meliputi semua medium alami yang mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi. Tenaga ini dapat berupa pelapukan (baik pelapukan fisik, mekanis, organik, maupun campuran), gerakan massa batuan, longsor, dan erosi. Tenaga yang menggerakkan dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang, dan arus tsunami, angin dan gletser. Berdasarkan proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenal proses fluvial, marin, eolian, glasial, pelapukan dan gerakan massa batuan. Akibat bekerjanya proses tersebut terjadilah proses gradasi yang terdiri atas degradasi dan agradasi.
Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi. Pada proses degradasi tercakup proses pelapukan, gerak massa batuan dan erosi. Berlangsungnya proses eksogen tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi (jenis batuan, struktur geologi, sikap perlapisan), iklim, topografi, vegetasi, dan tanah.
3.      Bentuk-bentuk Muka Bumi
Pada dasarnya bentuk-bentuk muka bumi dibagi menjadi 2 (dua), yakni bentuk muka bumi pada wilayah daratan dan bentuk muka bumi pada wilayah lautan. Masing-masing bentuk muka bumi baik di daratan maupun di lautan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Lalu apa saja bentuk muka bumi di wilayah daratan dan lautan tersebut. Berikut akan dijelaskan lebih rinci bentuk-bentuk muka bumi di kedua wilayah tersebut.
1.    Di daratan
Bentuk muka bumi di wilayah daratan berada di permukaan bumi yang tidak tertutupi air. Bentuk muka bumi di daratan ini terbagi menjadi 3 (tiga), yakni: dataran rendah, dataran tinggi, gunung, dan pegunungan.
·                     Dataran rendah. Merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dataran ini mempunyai ketinggian mencapai 200 m di atas permukaan air laut. Contoh dari dataran rendah, yakni dataran aluvial (contoh dataran aluvial di Sumatra Bagian Timur).
·                     Dataran tinggi. Merupakan dataran yang luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. Dataran tinggi terbentuk sebagai akibat hasil erosi dan sedimentasi. Dataran ini juga dinamakan plato, contoh dataran tinggi gayo, dataran tinggi dieng.
·                     Gunung. Merupakan bentuk muka bumi yang berbentuk kerucut atau kubah berdiri sendiri. Pada beberapa gunung ditemukan juga yang bersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya masih jelas. Umumnya gunung merupakan gunung berapi, contoh gunung bromo, gunung semeru, dan gunung merapi.
·                     Pegunungan. Bentuk muka bumi ini berbeda dengan gunung, tetapi juga memiliki persamaan yakni letaknya sama-sama tinggi. Perbedaannya adalah kalo pegunungan merupakan suatu jalur memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak yang lainnya. Pegunungan biasanya relatif luas. Pegunungan dapat dibedakan menjadi pegunungan tua dan muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah dengan puncaknya yang relatif tumpul dan lerengnya landai (contoh pegunungan skandinavia dan australia timur), sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi denga puncaknya yang runcing dan lerengnya relatif curam. Contoh dari pegunungan di Indonesia adalah pegunungan bukit barisan.
2.      Di lautan
Bentuk muka bumi di wilayah lautan merupakan daerah yang tergenang oleh air laut dan letaknya di dasar laut. Contoh relief dasar laut, yakni:
·  Palung laut (trough) merupakan daerah ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contoh palung sunda (7450 meter)
·  Lubuk laut (basin) terjadi akibat tenaga tektonik merupakan laut ingresi dan bentuknya bulat. Contoh lubuk sulawesi, lubuk banda
·  Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut dan puncaknya menjulang ke atas permukaan air laut. Contoh gunung krakatau.
·  Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contoh punggung laut Sibolga.
·  Ambang laut adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut dalam contoh ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.

B.     Tektonisme
1.      Pengertian Tektonisme
Tektonisme adalah peristiwa pergeseran dan perubahan kerak bumi dalam skala besar, pada umumnya meliputi patahan, lipatan dan tektonik lempeng. Menurut teori tektonik lempeng bahwa litosfer dipandang terdiri dari dari beberapa lempeng pejal yang bergerak relatif lambat. Lempeng adalah suatu bentuk ukuran yang panjang dan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya (contoh daun pintu, ubin, dll).
Menurut konsep isostasi bahwa material kerak bumi mengapung karena kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh lapisan fluida. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi (litosfer) terdiri dari kerak bumi dan bagian padat mantel atas, sampai kedalaman kira-kira 80 km. Material di bawah litosfer yang dianggap cukup panas, sehingga mudah dibentuk ulang dan mampu mengalir, dinamakan asthenosfer. Gerak relatif lempeng ada tiga yaitu divergen (saling menjauhi), konvergen (saling mendeka) dan geseran. Pada batas antara kedua lempeng yang bergerak divergen, terjadi pelebaran dasar samudra. Begitu kedua lempeng saling menjauhi, material lebur panasdan mantel naik untuk mengisi celah yang terbentuk. Material lebur yang naik mndingin menjadi tanggul dasar samudra.
Jika luas permukaan bumi dianggap tetap, maka ketika material litofer baru tercipta sepanjang batas antara kedua lempeng, terjadilah gerak saling mendekati (konvergen). Ada 3 jenis gerak konvergen yang dialami oleh lempeng.

      Tumbukan antara lempeng samudra dengan lempeng benua.
Ketika lempeng samudra bertumbukan dengan lempeng benua, lempeng samudra yang lebih rapat menggeser ke bawah lempeng benua dengan sudut miring tertentu sehingga terbentuklah palung laut

      Tumbukan antara lempeng samudra dengan lempang samudra.
Ketika dua lempeng samudra bertumbukan, lempeng yang satu akan menggeser ke bawah lempeng yang lain pada daerah patahan. Akibat dari ini akan muncul gunung berapi di lautan.

      Tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng benua
Kedua lempeng relatif ringan dibanding astenosfir yang terletak di bawahnya dan terlalu tebal sehingga salah satu tidak dapat didorong ke bawah. Ujung-ujung lempeng yang berdekatan saling mendorong sehingga terjadi lekuka, membentuk jalur pegunungan. Himalaya diperkirakan terjadi karena tumbukan seperti ini, yaitu tumbukan antara lempeng india dan eurasia pada 45 juta tahun lalu.Pada pergeseran terbentuk transform fault, yang terjadi ketika ujung-ujung kedua lempeng bergeseran satu sama lain. Gempa bumi umumnya terjadi di sepanjang transform fault ini. Pada tahun 1968 ditetapkan bahwa litosfer terdiri dari 6 lempeng utama yaitu lempeng afrika, amerika, eurasia, india (australia) pacific dan antartika.

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.Tumbukan itu dapat berupa :. 
2.        Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45º atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
3.      Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
4.      Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.

Teori Tektonik Lempeng

Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori yang menerangkan proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan jalur pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan kerak benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan teori-teori sebelumnya sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna sehingga diterima oleh para ahli geologi.

Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi, pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.

Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) juga suatu teori dalam bidang geologi yang menjelaskan tentang sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis karena adanya gaya endogen dari dalam bumi. Teori ini dikembangkan untuk memberikan penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. 

Teori ini menggantikan teori lama yaitu: Teori Continental Drift yang lebih dahulu dikemukakan pada pertengahan pertama abad ke – 20 dan konsep Seafloor Spreading yang dikembangkan pada tahun 1960 – an.

Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. 

Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer yang terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya. 

Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). 

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.
a. Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan Jawa. Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.

b. Pergerakan lempeng saling menjauh
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng konstruktif.


c. Pergerakan lempeng saling melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antar lempeng yang saling melewati dengan gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries).
Berlandaskan pada teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecah-pecah menjadi lempengan-lempengan yang mengapung di atas lapisan yang lebih cair. Lempeng tektonik tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi ada juga yang lebih tipis dengan luas yang beragam. Jika lempeng-lempeng tersebut bergerak saling bertumbukan, maka akan terjadi penunjaman. Sesuai dengan hukum fisika sederhana, lempengan yang berat jenis atau massanya lebih besar akan menunjam dan menyusup ke bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan lempeng tektonik tersebut sangat lambat, yaitu antara 1 dan 10 cm per tahun. Namun, pergerakan yang sangat lambat tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat kuat secara pelan-pelan di kedalaman sekitar 80 km. Apabila tekanan dan regangan tumbukan lempeng mencapai titik jenuh, biasanya akan terjadi gerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba. Gerakan tersebut menimbulkan getaran di muka bumi yang disebut gempa.

Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis yang mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut terdapat rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam bumi. Cairan yang keluar dari dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi batuan basalt. Banyaknya basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik ke arah yang saling berlawanan. Akibatnya, lempeng tektonik terpisah dengan jarak yang makin jauh.


Pada setiap daerah penunjaman, kira-kira pada kedalaman 150 km, terjadi pelelehan batuan yang disebut pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan terjadi karena adanya gesekan batuan dengan massa yang sangat padat dan berat secara terus menerus. Melalui rekahan atau celah yang ada, lelehan tersebut akan menyusup dan berusaha menembus kerak bumi. Jika lelehan tersebut berhasil menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut muncul gunung api. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya gesekan lempeng tektonik.

Penyebab Lempeng Bergerak
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.

Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1.      Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.

2.      Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3.      Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).
Gempa bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan oleh tektonisme, volkanisme maupun terban (tanah runtuh). Gempa bumi ini kurang berperan dalam membentuk konfigurasi permukaan bumi dibandingkan kedua tenaga sebelumnya.
Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibedakan menjadi 3 (tiga), yakni: gempa tektonik, gempa volkanik, dan gempa runtuhan. Gempa volkanik disebabkan oleh aktivitas gunung api, gempa tektonik disebabkan akibat gerakan tektonik yakni patahan dan retakan, sedangkan gempa runtuhan disebabkan oleh akibat runtuhan atap gua (sering terjadi pada gua-gua di daerah berkapur). Dari ketiga macam gempa ini yang terkuat adalah gempa yang diakibatkan oleh proses tektonik dan volkanik.

C.    Vulkanisme
1.         Pengertian Vulkanisme
Vulkanisme berasal dari kata Vulkanus, dewa api bangsa Yunani yang konon tinggal di danau kawah Vulkano di Kepulauan Lipari, lepas pantai Italia. “Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi” (Herlambang, 2014: 37).“Vulkanisme adalah proses alam yang berhubungan dengan kegiatan kegunungapian, mulai dari asal usul pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi dalam berbagai bentuk dan kegiatannya” (Buranda, 2012: 98).“Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang naik ke permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema” (Anonim: 2013).Jadi, dapat disimpulkan bahwa vulkanisme adalah semua peristiwa alam yang diakibatkan oleh adanya aktivitas magma yang naik ke permukaan bumi baik melalui lubang kepundan maupun melalui celah atau retakan kerak bumi.
Vulkanisme adalah peristiwa alam akibat adanya aktivitas magma. Relief bentuk muka bumi Indonesia sangat heterogen, hal ini salah-satunya diantaranya diakibatkan oleh peristiwa vulkanisme. Dan dengan tekan yang sangat kuat magma bisa bergerak ke berbagai arah. Jika magma itu bisa sampai keluar disebut ekstrusi, inilah yang melahirkan gunung api atau vulkan. Jika magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Akibat adanya intrusi, terjadilah bermacam bentukan. Keluarnya cairan magma menuju ke permukaan berasal dari dapur magma disebut batolit. Batolit yang bentuknya lebih kecil dengan permukaan cembung, dasarnya rata disebut Lakolit, sedangkan magma yang masuk diantara batuan dan membeku tipis dan datar disebut Sill. Magma yang ada di dapur magma, suhunya masih tinggi, dan makin ke atas suhunya makin turun, dalam pergerakanya magma kadang bisa sampai keluar ke permukaan bumi, kadang belum sampai keluar, magma sudah dingin dan membeku serta berubah menjadi batuan.
2.      Pengertian Intrusi dan Ekstrusi Magma
1.      Intrusi Magma                               
              Menurut Poetrafic, intrusi magma adalah menyusupnya magma dari dapur magma ke dalam lapisan kulit bumi (litosfer) yang berbentuk padat dan keras, akan tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Adapun jenis-jenis intrusi menurut Poetrafic (2010) sebagai berikut.
1)   Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat. Dengan kata lain, batolit adalah intrusi magma yang berada dekat dengan dapur magma. Batolit berbentuk seperti lensa cembung yang besar.
2)   Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung.  Permukaan  atas lakolit bentuknya tetap rata. Lakolit biasanya berada di atas sill.
3)   Sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan. Menyusupnya bisa horizontal dan vertikal. Sill biasanya terletak di bawah lapisan lakolit.
4)   Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder. Diatrema dimulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi. Bentuk ditrema seperti lubang kepundan, tempat keluarnya magma.
5)   Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih  atau lempeng. Perbedaan antara intrusi korok dengan sill adalah apabila sill batuan beku diantara dua lapisan batuan. Intrusi korok merupakan batuan beku yang terbentuk dari intrusi magma yang berbentuk pipih yang posisinya memotong antar lapisan batuan.
6)   Apofisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil. Apofisa dapat disebut juga sebagai percabangan magma yang ukurannya kecil atau sering disebut urat-urat magma. Apofisa berbentuk horizontal
2.      Gejala Vulkanisme
Syarat-syarat terjadinya gejala vulkanisme adalah :
1)      Terbentuknya dapur magma di lapis-lapis kulit bumi
2)      Terjadi intrusi magma, yaitu aktivitas magma yang menerobos melalui celah, retakan atau patahan yang terbentuk di lapisan atas dapur magma tetapi tidak sampai tembus ke permukaan bumi. Hasil bentukan intrusi magma :
·           Batolit, yaitu batuan beku dalam yang membeku di dekat atau di dalam dapur  magma.
·           Lakolit, yaitu batuan beku dalam yang membeku di antara dua lapisan litosfer dan bentuk alasnya datar, bagian atasnya cembung.
·           Sills, yaitu batuan beku dalam yang membeku di antara dua lapisan, bentuknya tipis, pipih, dan melebar.
·           Dikes, yaitu batuan beku dalam yang memotong lapisan litosfer, bentuk miring/tegak dan pipih.
·           Apofisa, yaitu batuan beku dalam yang terbentuk di cabang-cabang berukuran kecil.
·           Batuan beku korok, batuan beku yang membeku di pipa kawah.
3) Ekstrusi Magma, yaitu aktivitas atau gerakan magma yang mencapai permukaan bumi. Ekstrusi dapat menyebabkan erupsi, sedangkan erupsi itu dibagi menjadi dua, antara lain :
·         Erupsi eksplosif, yaitu letusan yang luar biasa dahsyatnya akibat tekanan gas yang sangat kuat.
·         Erupsi epusif, yaitu letusan karena tekanan gas magmatiknya tidak seberapa kuat, sehingga magma kental keluar dari kepundan.
Klasifikasi lainmenurut Buranda (2012: 105) berdasarkan penyebab erupsi sebagai berikut.
a)      Erupsi Magma (Magmatik eruption) adalah erupsi yang dihasilkan oleh dobrakan tekanan gas yang berasal dari dapur magma.
b)      Erupsi Hidro (Hidro eruption) adalah erupsi yang dihasilkan oleh tekanan uap yang berasal dari pemanasan air di luar magma.
c)      Erupsi Preatik (Preatic Eruption) adalah erupsi yang dihasilkan oleh tekanan uap dari air tanah yang mengalami pemanasan magma.
d)     Erupsi Preato-magmatik (Preatomagmatik eruption) adalah gabungan erupsi magma dan erupsi preatik.
Kenampakan vulkanik dibedakan menjadi dua seperti berikut.
a)      Kenampakan Vulkanik Ekstrusif
Kenampakan vulkanik ekstrusif di antaranya danau kaldera, sumbat lava, dan plato lava. Danau kaldera terjadi akibat letusan sangat dahsyat sehingga menyisakan lubang yang sangat besar. Lubang ini kemudian terisi air dan membentuk danau.Sumbat lava terjadi jika magma terdorong ke permukaan.Magma yang panas ini akhirnya mencuat ke permukaan dan menjadi dingin.Sumbat lava ini bisa sangat besar hingga menyerupai bukit. Plato lava terjadi jika magma yang keluar dari dalam Bumi sangat encer sehingga menyebar dan membentuk hamparan lava yang luas. Lava ini perlahan-lahan membeku hingga membentuk suatu daratan. Lama-kelamaan lava ini semakin tinggi hingga membentuk dataran tinggi dan luas yang disebut plato. Selain kenampakan vulkanik ekstrusif, ada beberapa kenampakan oleh kegiatan panas bumi (geothermal) yang berhubungan dengan vulkanisme, yaitu geyser, mata air panas, kolam lumpur, solfatar (embusan gas gunung berapi yang banyak mengandung belerang), dan fumarol (embusan gas gunung berapi berupa uap panas kering/dry steam atau uap panas yang mengandung air/wet steam).
b)      Kenampakan Vulkanik Intrusif
Kenampakan ini terbentuk ketika magma yang menyusup ke dalam batuan membeku sebelum mencapai permukaan Bumi.Kenampakan intrusif kadang kala terlihat di permukaan karena terjadi erosi batuan penutupnya.Contohnya batuan intrusif dapat dilihat di Pantai Parangkusumo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Batuan ini menonjol ke permukaan sebagai batuan andesit.Beberapa bentuk vulkanik intrusif adalah batolit, lakolit, dan dike.
Kalangan Vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi kedalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarahl etusan/erupsinya.
a)      Gunungapi Tipe A :tercatat pernah mengalami erupsi magmatic sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
b)      Gunungapi TipeB :sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatic namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara dan fumarola.
c)      Gunungapi Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Berdasarkan kekentalan magma, tekanan gas, kedalaman dapur magma, dan material yang dikeluarkannya, letusan gunung api dibedakan beberapa tipe yaitu sebagai berikut.
1.      Letusan Tipe Hawai
(Anonim: 2012)
Letusan tipe hawai terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah.Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawai.
2.      Letusan Tipe Stromboli
(Anonim: 2012)
Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya ± 12 menit. Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu. Contoh gunungapi bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).
3.      Letusan Tipe Vulkano
(Anonim 2012)
            Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava.Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
4.      Letusan Tipe Merapi
(anonim 2102)
                        Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah.Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava.Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar.Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine.Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel.Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya. Contoh: gunung Merapi di Jawa Tengah.
5.      Letusan Tipe Perret atau Plinian
(Anonim 2012)
Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan.Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot. Contoh: Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St. Helens 18 Mei 1980.
6.      Letusan Tipe Pelee
(Anonim: 2012)
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, maka gunung tersebut akan meletus.Lava yang keluar bersifat kental. Contoh: gunung Pelee di Amerika Tengah
7.      Letusan Tipe Sint Vincent
(Anonim: 2012)
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902 (Geoenviron: 2012).
Jika terjadi letusan gunung api, ada material yang dikeluarkan. Material tersebut dapat berwujud benda padat, cair, dan gas.Berikut penjelasannya.
Material Padat (Efflata), terdiri atas:
a)         bom (batu-batu besar)
b)        terak (batu-batu yang tidak beraturan)
c)         bahan lapili, berupa kerikil
d)        pasir
e)         debu
f)         batu apung
Menurut asalnya, efflata dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)        efflata allogen, berasal dari batu-batu di sekitar kawah yang terlempar ketika terjadi letusan.
b)        efflata autogen, berasal dari magma itu sendiri atau piroklastik.
Material Cair (effusifa), terdiri atas:
a)         Lava, yaitu magma yang meleleh di luar gunung api.
b)        Lahar panas, yaitu campuran magma dan air, sehingga merupakan lumpur panas yang mengalir.
c)         Lahar dingin, terbentuk dari efflata porus atau bahan padat di puncak gunung menjadi lumpur ketika turun hujan lebat dan mengalir pada lereng serta lembah. Contohnya, akibat letusan Gunung Merapi tahun 2006 yang lalu telah menghasilkan sekitar 6 juta meter kubik timbunan material yang akan membentuk aliran lahar dingin saat turun hujan.
Material Gas (Ekshalasi) terdiri atas:
a)         solfatar, berbentuk gas belerang (H2S).                                                      
b)        fumarol, berbentuk uap air (H2O).                                                                   
c)         mofet, berbentuk gas asam arang (CO2). Gas ini berbahaya bagi kehidupan karena bersifat racun. Selain itu, sifatnya yang lebih berat dari oksigen menyebabkan gas ini lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga mudah dihirup oleh makhluk hidup. Contohnya, gas CO2 yang keluar dari Gunung Dieng pada tahun 1979 telah membunuh 149 penduduk (Lutfiana: 2013).
3.      Klasifikasi Macam - Macam Jenis Vulkanisme
Jenis-jenis vulkanisme dapat dibedakan berdasarkan tempat terjadinya. Berdasarkan tempat terjadinya vulkanisme, jenis-jenis vulkanisme terbagi menjadi:
a.       Vulkanisme pada zona divergen
Vulkanisme pada zona ini berupa keluarnya magma bersuhu tinggi secara meleleh tanpa letusan dahsyat.
b.      Vulkanisme pada zona konvergen
Vulkanisme pada zona konvergen berupa letusan dahsyat yang mengeluarkan magma cair kental, magma padat, dan gas.
c.       Vulkanisme pada zona tengah
Vulkanisme pada zona tengah berupa melelehnya magma tanpa letusan dahsyat.
4.      Gejala (Tanda) Vulkanisme
a)      Gejala di Luar Perut Bumi
Gunung api yang sedang mengalami aktivitas magma menimbulka tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan manusia. Gejala tersebut diantaranya:
·         Terjadinya gempa bumi
Gunung berapi yang sedang mengalami aktivitas magma sering menyebabkan gemoa vulkanik yang dapat dirasakan di sekitar gunung api.
·         Turunnya hewan
Hewan mampu menyadari gelaja vulkanisme. Mereka biasanya akan turun secara berkelompok menghindari puncak gunung api.
·         Keluarnya awan panas
Awan panas keluar seiring proses vulkanisme. Awan ini sering disertai abu vulkanik yang sangat panas. Awan ini sebaiknya dijauhi karena berbahaya dan beracun.
b)      Gejala di Dalam Perut Bumi
Selain di luar permukaan bumi, terdapat juga gejala di dalam permukaan bumi. Gejala tersebut diantaranya:
·         Dapur magma terbentuk di lapisan-lapisan kulit bumi.
·         Terjadi intrusi magma.
5.      Pengelompokkan Ekstrusi Magma
Pengelompokkan ekstrusi magma terbagi menjadi dua bagian, yaitu ekstrusi magma berdasarkan kekuatan tekanan gasnya dan ekstrusi magma berdasarkan tempat terjadinya. Berikut akan dijelaskan masing-masing dari pengelompokkan tersebut.
a.       Berdasarkan Kekuatan Tekanan Gas
Berdasarkan kekuatan tekanan gasnya, ekstrusi magma dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu ekstrusi eksplosif, ekstrusi efusif dan ekstrusi campuran. Ekstrusi eksplosif adalah erupsi magma yang disertai dengan suara letusan yang keras dan juga mengeluarkan banyak material dari perut bumi, ekstrusi eksplosif ini dapat menghasilkan suara ledakan karena tekanan gas yang berada di dalamnya sangat banyak dan kuat sehingga menyebabkan material dalam perut bumi ikut keluar dalam jumlah yang cukup besar.
Ekstrusi efusif adalah erupsi kecil yang tidak sampai menimbulkan suara ledakan karena tekanan gas dari dalam perut bumi tidak sekuat dari ekstrusi eksplosif dan juga pada ekstrusi efusif ini bahan material yang dikeluarkan hanya lava cair dan material padat dalam jumlah yang sedikit. Ekstrusi campuran adalah gabungan dari proses ekstrusi eksplosif dan ekstrusi efusif yang terjadi secara bergantian.
b.      Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, ekstrusi magma dibagi menjadi 3 kelompok yaitu ekstrusi linier, ekstursi sentral dan ekstrusi areal. Ekstrusi linier adalah peristiwa keluarnya magma dari dalam perut bumi yang keluar dari celah yang ada di sepanjang retakan, hal ini mengakibatkan terbentuknya gunung api kecil di sekitar pegunungan yang memiliki retakan tersebut. Contoh dari ekstrusi linier adalah wilayah pegunungan yang berada di sepanjang Jawa Barat menuju pegunungan di Jawa Timur.
Ekstrusi sentral adalah peristiwa keluarnya magma melalui saluran tunggal dan langsung dari dalam perut bumi. Pada erupsi ini nantinya akan terbentuk gunung-gunung yang berdiri sendiri akan tetapi ukurannya cukup besar. Contoh dari ekstrusi sentral adalah Gunung Krakatau. Ekstrusi areal adalah peristiwa keluarnya magma dari lubang yang besar, besarnya lubang tersebut disebabkan karena dekatnya permukaan muka bumi dengan dapur magma, hal ini menyebabkan magma menjadi menghancurkan dapur magmanya sendiri dan meleleh keluar bumi. Contoh dari ekstrusi areal adalah di daerah Yellow Stone National Park di Amerika Serikat

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tektonisme adalah peristiwa pergeseran dan perubahan kerak bumi dalam skala besar, pada umumnya meliputi patahan, lipatan dan tektonik lempeng.
Vulkanisme merupakan seluruh peristiwa alam yang diakibatkan oleh adanya aktivitas magma yang naik ke permukaan bumi baik melalui lubang kepundan maupun melalui celah atau retakan kerak bumi. Intrusi magma adalah menyusupnya magma dari dapur magma ke dalam lapisan kulit bumi tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Hasil bentukannya berupa batolit, lakolit, sill, diatrema, intrusi korok dan apofisa. Sedangkanekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan bumi dan membentuk gunung api. Adapun jenis-jenis gunung api terdiri dari berbagai macam bentuk dan tipe yang masing-masing diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ketika gunung api telah meletus pasti mengeluarkan material-material. Material tersebut dapat berwujud padat, cair dan gas. Ketika gunung api akan meletus, akan muncul berbagai gejala. Sehingga masyarakat bisa segera melakukan antisipasi untuk menyelamatkan diri.
B.     Saran
Sebelum bencana gunung api terjadi, salah satu cara untuk mendeteksi kapan terjadinya letusan adalah melalui gejala-gejala post vulkanik. Untuk itu masyarakat diharap untuk berwaspada. Dari dampak negatif yang diakibatkan oleh letusan gunung api tersebut, kita harus berhati-hati. Kemudian, dari dampak positif letusan gunung api kita dapat mengambil manfaat darinya.

No comments:

Post a Comment

Metode Pelaksanaan Bangunan

 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan yakni : I                PEKERJAAN PERSIAPAN II               PEKERJAAN TANAH DA...